Intermezzo

Thomas Doll Kritik Mentalitas Pesepakbola Indonesia

TOPIK BERITA :


NOBARTV NEWS – Pelatih Persija Thomas Doll mengkritik mentalitas pesepakbola Indonesia. Sebelumnya, ia mengkritik karena pemain seringkali buang-buang waktu. Terbaru, ia mengkritik mentalitas mereka yaitu gampang tersulut emosi.

Seperti yang diketahui, Thomas Doll menjadi salah satu pelatih asing yang suka mengkritisi berbagai kebijakan sepak bola di tanah air. Didatangkan pada awal musim ini oleh Persija Jakarta, sudah tak terhitung berapa kali Doll mengeluarkan statemennya di media.

Ia pernah berseteru dengan pelatih Shin Tae-yong karena tidak setuju dengan TC jangka panjang – yang di mana memaksa dirinya dan timnya kehilangan beberapa pemainnya sekaligus. Ia juga pernah mengungkapkan kekecewaannya dengan cara bermain lawannya ketika mengarungi kompetisi Liga 1.

Dalam salah satu pertandingan Liga 1 yang dilakoni anak asuhnya, ia mendapati tim lawan yang sering sekali membuang-buang waktu hanya demi mengamankan poin. Buang-buang waktu bisa dilakukan dengan cara pura-pura cidera, bisa juga dengan keluar lapangan secara pelan sehingga membuat banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Atas dasar itu, Doll merasa kesal dengan budaya yang sudah mendarah daging dalam sepak bola Indonesia itu. Sebab tidak hanya satu klub yang seringkali melakukan hal demikian. Setiap tim di Liga Indonesia, ketika sudah unggul atau target yang diinginkannya dalam pertandingan tersebut sudah dipenuhi, maka mereka enggan untuk bermain serius. Mereka akan lebih suka buang-buang waktu untuk menghabiskan waktu.

Pada pekan ke-26 tanggal 22 Pebruari lalu, Doll mendapati hal tersebut. Sang lawan yakni Barito Putera sering melakukan hal demikian (buang-buang waktu dengan alasan cidera). Ketika itu, Barito dan Persija sedang bermain imbang 1-1.

“Saya mau menyoroti pertandingan sepakbola hari ini, tak ada yang bisa menikmati ketika pemain banyak tertidur di atas lapangan. Setiap menit ada yang terjatuh, ini merusak sepakbola. Ini memakan banyak waktu,” kata Doll saat itu.

“Setiap menit ada pemain yang keluar, ini merusak ritme permainan kami. Setelah itu mereka keluar dan tak lama setelah itu 30 detik kembali ke lapangan. Ini harus dibicarakan dan harus diubah karena ini merusak sepakbola,” ujarnya menambahkan.

“Kami mau sepakbola Indonesia maju dan berkembang, tapi situasi ini terjadi setiap saat. Banyak yang jatuh dari kiper sampai striker, ini tak benar. Harus ada yang melakukan sesuatu,” pungkasnya saat itu.

Dan baru-baru ini, Doll kembali melemparkan kritikannya. Bukan terkait ‘buang-buang' waktu namun lebih kepada mentalitas pemain Indonesia. Doll mengaku heran dengan pesepakbola Indonesia yang cepat sekali terpancing emosi. Rata-rata mereka suka tersulut emosi dan ingin baku hantam hanya gara-gara sebuah pelanggaran keras. Di Eropa, Doll tidak pernah menemukan hal seperti ini.

Beberapa hari lalu, terjadi ketegangan usai pemain Dewa United melakukan pelanggaran keras kepada Dony Tri Pamungkas. Sontak, kejadian tersebut membuat beberapa pemain Persija emosi hingga membuat ofisial klub ikut masuk ke dalam lapangan. Menurut Doll, mental (gampang emosi) seperti ini harus dibuang sebab katanya hal yang dilakukan tersebut terlalu berlebihan.

“Saya tidak paham dengan reaksi kejadian ini karena menurut saya terlalu berlebihan. Kejadian ini tidak ada hubungannya dengan sepak bola,” kata Thomas Doll.

“Di Eropa, tidak ada kejadian yang seperti ini,” tambahnya.

Doll lantas menyoroti kinerja wasit yang kurang tegas sehingga bisa menjadi pemicu pemain melakukan protes yang berlebihan. Di musim depan, ia berharap wasit Liga Indonesia untuk berbenah.

“Seharusnya wasit bisa lebih tegas. Wasit seharusnya bisa memberikan kartu merah kepada dua sampai tiga pemain karena kejadian itu.”

“Musim depan wasit harus berubah, tidak boleh seperti ini. Saya tidak membenarkan kejadian ini dan saya harap di musim depan bisa lebih baik lagi,” ujarnya memungkasi.

Lalu Getar

Seorang penikmat kopi dan fans layar kaca Real Madrid

6 Comments