Piala Dunia 2022

Flashback Piala Dunia: “Tragedi Mineirazo” Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2014, Brasil di Bantai Jerman 7-1

TOPIK BERITA :


NOBARTV NEWS – Para pendukung Brasil rasanya sulit untuk melupakan kenangan pahit kala menjadi tuan rumah di Piala Dunia 2014, tampil cukup impresif sejak awal kompetisi, nasib Brasil justru tragis. Pasalnya sang tuan rumah harus menelan kekalahan memalukan dengan skor 7-1 dari Jerman.

Flashback Piala Dunia: "Tragedi Mineirazo" Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2014, Brasil di Bantai Jerman 7-1
Brasil di Bantai Jerman 7-1

Tragedi kelam dalam sejarah sepak bola Brasil itu terjadi di Stadion Mineirao. Momen ini lantas dikenang sebagai tragedi Mineirazo, para pendukung nampak meneteskan air mata di tribun penonton kala itu.

Mereka nampak tak tega melihat apa yang di lakukan skuad timnas Jerman terhadap tim kebanggaan mereka, usai laga kritikan pedas langsung di alamatkan kepada sang pelatih Luiz Felipe Scolari.

Stadion Mineirao Jadi Saksi Bisu

https://twitter.com/was_neverbetter/status/1545628560445935621

Pada stadion yang dibangun pada 1965 itu, Brasil menghadapi tantangan Timnas Jerman di babak semifinal Piala Dunia 2014, 8 Juli. Sebagai tuan rumah, Tim Samba jelas lebih difavoritkan.

Terlebih, inilah momen yang tepat bagi mereka untuk kembali memenangkan Piala Dunia. Kali terakhir Selecao mengangkat trofi bergengsi tersebut di edisi 2002. Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini ya Bolaneters.

Luiz Felipe Scolari, Pelatih Brasil saat itu, memainkan semua pemain terbaiknya kecuali Neymar. Sang bomber harus menepi lantaran dalam laga sebelumnya, kontra Kolombia, dibekap cedera horor. Pukulan yang sangat berat, mengingat sang kapten sosok krusial di lini serang.

Minus Neymar, Brasil tak bisa berbuat banyak. Lini depan yang dimotori Fred tak sanggup mengganggu secara kontinyu barisan pertahanan Timnas Jerman. Bek-bek Tim Panser masih terlalu tangguh.

Bernard yang menggantikan posisi Neymar juga kerap kalah berduel yang membuat suplai bola sering kali tersendat.

Timnas Jerman Bermain Beringas di Babak Pertama

Memulai pertandingan gawang Brasil yang dikawal Julio Cesar sudah kecolongan saat laga baru bergulir 11 menit. Sang pemain muda berbakat, Thomas Müller membuka kran gol Jerman.

Hanya berselang 12 menit, giliran Miroslav Klose yang membungkam pendukung tuan rumah. Gol Klose membuat anak-anak asuh Joachim Loew semakin kesetanan.

Sebelum turun minum, Tim Panser memperbesar keunggulan menjadi 5-0 berkat sepasang lesakan Toni Kroos serta sebiji gol Sami Khedira.

Pada babak kedua, Timnas Jerman sama sekali tak menurunkan tempo permainan. Alhasil, André Schürrle menambah dua gol via aksinya pada menit ke-69 dan 79′.

Memaksimalkan waktu tersisa, tuan rumah mencoba mengejar. Kerja keras berbuah manis pada menit ke-90. Tapi gol Oscar dos Santos Emboaba Júnior di menit-menit akhir pertandingan tak mampu menyelamatkan Brasil dari kekalahan.

Kalah dengan skor 1-7, Scolari dan pasukannya meninggalkan stadion dengan kepala tertunduk. Seluruh rakyat Brasil menangis, maklum, bagi mereka sepak bola adalah sebuah kebanggaan dan budaya.

Scolari Jadi Sasaran Kemarahan Pendukung

Usai laga, Scolari jadi sasaran kemarahan fans. Tak lama setelah pembantaian di Estadio Mineirao, Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF) akhirnya mendepak Scolari dari kursi pelatih.

“Kekalahan itu meninggalkan bekas yang tak mengenakkan, seperti tahun 1950,” ketus Dunga, dilansir Globo Esporte, beberapa waktu lalu. Pada Piala Dunia 1950, Brasil bersua Uruguay di final.

Ribuan pendukung memadati Maracana, kandang kebanggaan mereka. Pesta sudah disiapkan. Sial, Brasil malah kalah 1-2. Hal senada dilontarkan Dante. Meski sudah lama berlalu, mantan bek Bayern Munchen ini, mengaku masih trauma.

“Saya bermain saat itu dan sangat sulit untuk melupakannya. Kekalahan yang sangat menyakitkan. Dalam situasi seperti itu, Anda membutuhkan waktu agar bisa bangkit dan kembali bekerja keras,” ketusnya.

Memori kelam Estadio Mineirao delapan tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi Brasil jelang berjibaku di Qatar. Brasil yang kini ditukangi Tite berada di Grup G bersama Serbia, Swiss, dan Kamerun.

Peter Nawa Nawa

Penggila sepakbola yang tidak bisa bermain bola, tapi cukup lihay dalam menulis berita bola