NOBARTV NEWS PDIP pada akhirnya urung mendukung Anies Baswedan di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta. Hal itu menyusul informasi A1 yang bersumber dari sejumlah petinggi DPP PDI Perjuangan yang menyatakan Pramono Anung lah yang akan diusung sebagai calon gubernur (cagub) Jakarta.
Sekretaris Kabinet itu akan didampingi oleh kader PDIP lainnya, Rano Karno. Rencananya pasangan Pramono-Rano akan mendaftar hari ini, Rabu (28/08/2024) langsung ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta tanpa dideklarasikan terlebih dahulu.
Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Bendahara Umum (Bendum) PDI Perjuangan, Olly Dondokambey sebagaimana dikutip dari kompas.com.
“Pak Pramono besok (Rabu, 28 Agustus 2024) mendaftar jam 11 di KPU sama Rano Karno,” kata Olly di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/8/2024).
Selain Olly, sejumlah petinggi PDIP juga menyampaikan hal yang sama. Pramono Anung lah yang diusung alih-alih Anies Baswedan. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan publik perihal siapa sosok yang akan diusung oleh PDIP untuk melawan Ridwan Kamil (RK) – Suswono.
Anies dan PDIP Sulit Bersatu
Dinamika Pilkada serentak 2024 menjelang pembukaan pendaftaran 27 – 28 Agustus 2024 memang sarat akan kejutan. Dua putusan MK yang mengurangi ambang batas pencalonan dan ketentuan usia calon kepala daerah membuat sejumlah daerah urung melawan kotak kosong dan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, juga tidak bisa maju di menjadi cagub atau cawagub.
Di Jakarta hampir saja pasangan Ridwan Kamil-Suswono melawan kotak kosong atau calon independen. Pasalnya, nyaris semua partai sudah diborong oleh RK-Suswono dan hanya meninggalkan PDIP seorang diri.
Dengan aturan ambang batas yang sebelumnya PDIP tidak bisa mengusung calon sendiri. Kursi mereka di DPRD Jakarta hanya 15 sedangkan syarat pencalonan adalah minimal 22 kursi.
Namun, dengan ketentuan yang baru PDIP bisa mengajukan pasangan calon sendiri. Muncullah spekulasi bahwa PDIP akan mendukung Anies Baswedan mengingat eks Gubernur Jakarta itu punya elektabilitas tertinggi sejauh ini.
Sinyal itupun menguat dengan datangnya Anies ke Kantor DPD PDIP Jakarta. Di hari pengumuman dukungan PDIP untuk calon kepala daerah gelombang 3 pun Anies nampak hadir di Kantor DPP PDIP namun urung diumumkan.
Bahkan beredar foto Anies mengenakan batik berwarna merah sedang duduk bersama Rano Karno, kader PDIP yang digadang-gadang akan menjadi pendamping Anies Baswedan.
Namun takdir tidak memihak ke Anies. PDIP pada akhirnya akan mengusung kader mereka sendiri untuk maju di Pilgub Jakarta. Lantas sesulit itu kah PDIP dan Anies bersatu?
Dalam beberapa momen politik PDIP dan Anies memang berada di kutub yang berbeda. PDIP terkenal dengan ideologi nasionalisnya sedangkan Anies dicitrakan dekat dengan golongan kanan.
Masih jelas diingatkan ketika peristiwa 212 di penghujung tahun 2016 silam membuat Ahok, kader PDIP yang saat itu menjabat Gubernur Jakarta harus kalah di Pilkada sekaligus mendekam di penjara karena didakwa melakukan penistaan agama.
Anies Baswedan saat itu dianggap menjadi tokoh politik yang mendapat keuntungan elektoral di atas penderitaan PDIP dan Ahok. Menurut pengamat politik, Adi Prayitno, mungkin ini yang menjadi faktor utama mengapa bukan Anies yang dipilih PDIP.
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu tak jadinya PDI-P mengusung Anies bisa jadi karena faktor luka politik pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
“(Tak jadi diusungnya Anies) tentu sebagai salah satu bentuk bahwa PDI-P dan Anies dalam banyak hal tak ada kecocokan apa pun karena harus diakui luka politik Pilkada DKI Jakarta 2017 sepertinya memang cukup membekas di kader-kader PDI-P, khususnya PDI-P Jakarta,” ungkap Adi.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: