NOBARTV NEWS – Pada Selasa, 20 Mei 2025, laporan terbaru mengungkapkan bahwa pasukan militer Israel menargetkan siapa pun yang bergerak di dalam Rumah Sakit Indonesia, fasilitas medis utama di wilayah utara Jalur Gaza. Menurut sumber medis di lokasi, serangan ini termasuk Penembakan langsung terhadap ruangan Dr. Mohammed Zahir, menimbulkan ancaman serius bagi nyawa pasien dan staf medis. Laporan ini pertama kali muncul melalui akun Twitter @DropSiteNews, yang mengutip video dari @HCWWatch (IG) yang menunjukkan lubang-lubang peluru besar di dinding ruangan Rumah Sakit.
“Drones tidak pernah meninggalkan langit, tembakan Hujan dari segala arah, dan peluru ditembakkan secara acak – bahkan di dalam ruangan pasien. Ini terasa seperti film horor, tetapi kenyataannya jauh lebih brutal,” kata seorang saksi mata, seperti dilaporkan oleh GlobalSecurity.org pada 18 Mei 2025. Pernyataan ini mencerminkan situasi mencekam di dalam rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat perlindungan.
Serangan ini terjadi di tengah eskalasi Kekerasan yang terus berlanjut di Gaza, di mana fasilitas Kesehatan menjadi target berulang kali sejak awal Konflik pada Oktober 2023. Menurut laporan Human Rights Watch pada 20 Maret 2025, pendudukan Militer Israel terhadap rumah sakit di Gaza telah menyebabkan Kematian dan penderitaan yang tidak perlu pada pasien Palestina, yang diklasifikasikan sebagai kejahatan perang. Laporan Al Jazeera pada 18 Mei 2025 juga mencatat bahwa Rumah Sakit Indonesia, yang sebelumnya menjadi fasilitas medis utama di utara Gaza setelah Kamal Adwan dan Beit Hanoon ditutup, kini terpaksa berhenti beroperasi akibat serangan berkelanjutan.
Situasi ini tidak hanya mengancam nyawa individu tetapi juga melemahkan sistem kesehatan yang sudah rapuh di Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan pada Senin malam (19 Mei 2025) melibatkan tank dan penembak jitu, yang menyebabkan seorang wanita mengalami luka ringan di punggung. Foto-foto yang beredar menunjukkan dinding ruangan dengan lubang peluru besar, mengonfirmasi laporan serangan langsung terhadap Infrastruktur medis.
BREAKING: Israeli forces are targeting anyone moving inside the Indonesian Hospital, a medical source at the facility tells Drop Site. Moments ago, they directly targeted the room of Dr. Mohammed Zahir.
Last night, tanks and snipers reportedly opened fire on those inside the… pic.twitter.com/YHzRdUmFqr
— Drop Site (@DropSiteNews) May 20, 2025
Konflik ini terjadi dalam konteks tekanan internasional yang semakin besar terhadap Israel untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit. Pada 2 Maret 2025, pemerintah Israel kembali memblokir bantuan, termasuk bahan bakar, ke Gaza, yang dianggap melanggar Hukum humaniter internasional, seperti yang dicatat oleh Human Rights Watch. Langkah ini memperburuk krisis Kemanusiaan di wilayah tersebut, di mana lebih dari 53.272 orang telah tewas dan 120.673 lainnya terluka sejak Oktober 2023, mayoritas adalah wanita dan anak-anak.
Dalam skala global, serangan ini menyoroti kegagalan komunitas internasional dalam melindungi warga sipil di zona konflik. Pernyataan dari berbagai organisasi Hak Asasi Manusia, seperti Amnesty International dan Médicins Sans Frontières, menyerukan investigasi independen dan akuntabilitas atas tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
Menurut Nobartv News, serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia bukan hanya isu Lokal tetapi juga mencerminkan dinamika Geopolitik yang lebih luas. “Target utama serangan ini adalah menghancurkan kapasitas Gaza untuk merawat korban konflik, yang pada akhirnya memperburuk Krisis Kemanusiaan,” kata seorang analis Politik yang tidak ingin disebutkan namanya. Analisis ini sejalan dengan laporan terbaru dari Reuters pada 20 Mei 2025, yang menyoroti bahwa serangan terhadap fasilitas medis merupakan bagian dari Strategi Militer Israel untuk melemahkan resistensi di Gaza.
Namun, kritik juga ditujukan kepada komunitas internasional yang dinilai lambat dalam mengambil tindakan tegas. “Jika dunia terus membiarkan ini terjadi, maka kita sedang menyaksikan Genosida yang sistematis,” kata seorang aktivis hak asasi manusia, mengutip data dari BBC pada 19 Mei 2025.