Timur Tengah

Uni Eropa Berjuang Temukan Konsensus untuk Langkah Tegas terhadap Israel di Tengah Konflik Gaza

Konflik Gaza Uji Ketegasan EU: Antara Diplomasi dan Tekanan Internasional



NOBARTV NEWS – Ketegangan di Gaza terus menjadi sorotan dunia, dan Uni Eropa (EU) kini menghadapi tantangan besar untuk menyepakati langkah konkret terhadap Israel. Sebuah tweet dari akun resmi Al Jazeera English (@AJEnglish) pada 21 Mei 2025 mengungkapkan bahwa EU masih kesulitan mencapai konsensus untuk mengambil tindakan lebih serius terhadap Israel, meskipun tekanan global terus meningkat seiring Eskalasi Konflik di wilayah tersebut.

Gambar yang menyertai tweet tersebut menunjukkan dua tokoh penting EU, yang diduga adalah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan seorang pejabat senior lainnya, dalam sebuah pertemuan formal. Ekspresi mereka yang tampak serius namun diselingi tawa kecil menimbulkan pertanyaan: seberapa serius EU dalam menangani krisis ini?

Latar Belakang Konflik dan Posisi EU

Konflik Israel-Palestina, khususnya di Gaza, kembali memanas pada awal Mei 2025. Menurut laporan Al Jazeera, serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 300 warga sipil dalam dua minggu terakhir, memicu kecaman keras dari komunitas internasional. Sementara itu, kelompok Hamas juga melancarkan serangan roket sebagai respons, yang menyebabkan korban jiwa di pihak Israel. Reuters melaporkan bahwa hingga 20 Mei 2025, lebih dari 4.000 warga Gaza terluka, dan Infrastruktur di wilayah tersebut hancur parah.

EU, sebagai blok yang dikenal vokal dalam isu Kemanusiaan, telah mengeluarkan pernyataan resmi menyerukan Gencatan Senjata. Namun, seperti diberitakan BBC pada 19 Mei 2025, negara-negara anggota EU terpecah dalam menentukan langkah konkret. Negara-negara seperti Prancis dan Irlandia mendorong sanksi Ekonomi terhadap Israel, sementara Jerman dan Hungaria menunjukkan sikap yang lebih hati-hati, mengutip hubungan diplomatik yang rumit.

Seorang pejabat EU yang tidak disebutkan namanya, dalam wawancara dengan CNN pada 20 Mei 2025, menyatakan, “Kami ingin bertindak tegas, tetapi mencapai konsensus di antara 27 negara anggota adalah proses yang sangat kompleks, terutama dengan kepentingan politik yang berbeda-beda.”

Mengapa EU Kesulitan Bertindak?

Kegagalan EU mencapai konsensus bukanlah hal baru. Analis politik dari Universitas Oxford, Dr. Maria Steinmann, mengatakan bahwa perpecahan ini mencerminkan dilema lama EU dalam politik Luar Negeri. “EU sering kali terjebak antara nilai-nilai kemanusiaan yang mereka junjung dan kepentingan Geopolitik masing-masing negara anggota,” ujarnya kepada Al Jazeera pada 21 Mei 2025. Jerman, misalnya, memiliki sejarah panjang dukungan terhadap Israel karena faktor historis pasca-Perang Dunia II, sementara negara-negara lain seperti Spanyol lebih kritis terhadap kebijakan Israel di wilayah pendudukan.

Selain itu, tekanan dari Amerika Serikat, sekutu utama Israel, juga menjadi faktor. Laporan Reuters menunjukkan bahwa Washington telah memperingatkan EU untuk tidak mengambil langkah yang dapat memperkeruh hubungan transatlantik. “Ini adalah permainan Diplomasi yang sangat rumit,” kata Steinmann, menambahkan bahwa EU harus berhati-hati agar tidak kehilangan pengaruh di panggung global.

Konteks Global dan Regional

Konflik di Gaza tidak hanya menjadi isu regional, tetapi juga memengaruhi dinamika global. Di tengah krisis ini, PBB telah mengadakan sidang darurat pada 18 Mei 2025, di mana Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan investigasi independen terhadap dugaan pelanggaran Hukum internasional oleh kedua belah pihak. Sementara itu, negara-negara Teluk seperti Qatar dan Uni Emirat Arab terus berupaya memediasi gencatan senjata, meskipun hasilnya masih minim.

Di sisi lain, eskalasi ini juga memengaruhi stabilitas regional. Menurut laporan CNN, ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel meningkat, dengan Hizbullah mengancam akan turun tangan jika serangan di Gaza berlanjut. Situasi ini memperumit upaya EU untuk mengambil posisi yang tegas tanpa memicu konflik yang lebih luas.

Tanggapan dan Harapan Masyarakat Internasional

Masyarakat sipil di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, terus menyuarakan dukungan untuk rakyat Palestina melalui aksi solidaritas. Demonstrasi besar-besaran dilaporkan terjadi di Jakarta pada 20 Mei 2025, di mana ribuan orang menuntut keadilan untuk Gaza. “Kami ingin dunia, termasuk EU, bertindak lebih dari sekadar mengeluarkan pernyataan,”.

Sementara itu, harapan terhadap EU tetap tinggi. Seorang jurnalis senior Al Jazeera, Omar Al-Hassan, berkomentar, “Jika EU tidak dapat bersatu dalam krisis seperti ini, bagaimana mereka bisa dianggap sebagai kekuatan moral di dunia?” Pertanyaan ini menggema di kalangan pengamat internasional, yang melihat EU sebagai Aktor kunci dalam menekan kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan.

Apa Langkah Selanjutnya?

Hingga 21 Mei 2025, EU belum mengumumkan langkah konkret baru. Namun, sebuah pertemuan darurat dijadwalkan pada 23 Mei 2025 untuk membahas opsi lebih lanjut, termasuk kemungkinan pengiriman Bantuan Kemanusiaan tambahan ke Gaza. Sementara itu, dunia terus memantau apakah EU mampu mengatasi perpecahan internalnya dan mengambil peran lebih aktif dalam menyelesaikan krisis ini.

Konflik di Gaza, dengan segala kompleksitasnya, sekali lagi menguji kemampuan komunitas internasional untuk bertindak cepat dan efektif. Bagi EU, tantangan ini bukan hanya soal diplomasi, tetapi juga tentang menegaskan identitas mereka sebagai pembela Hak Asasi Manusia di panggung dunia.