NOBARTV NEWS– Krisis Kemanusiaan di Gaza mencapai titik kritis. Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Peringatan mendesak bahwa sekitar 14.000 bayi berisiko meninggal dalam 48 jam ke depan jika Bantuan Kemanusiaan tidak segera diberikan. Peringatan ini disampaikan di tengah Konflik berkepanjangan antara Israel dan kelompok-kelompok di Gaza, yang telah memperparah kondisi kehidupan di wilayah tersebut.
Gambar yang dibagikan oleh akun Twitter @AJEnglish menunjukkan seorang ibu menggendong bayi yang baru lahir, dengan latar belakang yang mencerminkan situasi darurat. Dalam cuitannya pada 21 Mei 2025, Al Jazeera English (@AJEnglish) menyoroti pernyataan pejabat PBB tersebut, menekankan urgensi situasi dengan tagar #Israel’sWarOnGaza. Namun, peringatan ini tidak berdiri sendiri. Laporan serupa dari Reuters pada tanggal yang sama mengonfirmasi bahwa blokade ketat dan Serangan Militer telah memutus akses terhadap pasokan medis, makanan, dan air bersih, terutama bagi kelompok rentan seperti bayi dan anak-anak.
Menurut laporan Al Jazeera, pejabat PBB yang tidak disebutkan namanya menyatakan, “Tanpa intervensi segera, kita akan menyaksikan bencana kemanusiaan yang tak terbayangkan, dengan 14.000 bayi menjadi korban dalam waktu dua Hari ke depan.” Angka ini menjadi gambaran nyata dari dampak konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, diperparah oleh eskalasi terbaru pada awal Mei 2025. BBC juga melaporkan bahwa Rumah sakit-Rumah Sakit di Gaza, termasuk di Kota Gaza dan Khan Younis, kehabisan bahan bakar untuk menjalankan inkubator dan peralatan medis lainnya, meninggalkan bayi prematur dalam kondisi sangat rentan.
14,000 babies are at risk of dying in the next 48 hours in Gaza if aid doesn’t reach them, warns Tom Fletcher, the UN’s under-secretary-general for humanitarian affairs – a figure he called “utterly chilling.”
🔴 LIVE updates: https://t.co/tPCzcwe9jW pic.twitter.com/csgdJNJ4m0
— Al Jazeera English (@AJEnglish) May 20, 2025
Mengapa krisis ini begitu mendesak? Konflik Israel-Gaza, yang kembali memanas sejak awal bulan ini, telah menyebabkan kerusakan Infrastruktur yang parah. Rumah sakit, sumber air, dan jaringan listrik menjadi sasaran, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam serangan yang saling balas. CNN melaporkan bahwa lebih dari 60% fasilitas Kesehatan di Gaza tidak beroperasi penuh pada 20 Mei 2025, sementara pasokan obat-obatan hanya mencukupi untuk beberapa hari ke depan. Di sisi lain, Israel menyatakan bahwa operasi militer mereka menargetkan infrastruktur yang digunakan oleh kelompok bersenjata, namun dampaknya terhadap warga sipil, terutama anak-anak, tidak dapat diabaikan.
Konteks global juga memainkan peran penting dalam krisis ini. Pada saat yang sama, dunia tengah menyaksikan berbagai peristiwa besar, seperti perubahan kebijakan perbankan di India (Axis Bank) dan Perayaan Ulang Tahun Aktor Josh O’Connor, sebagaimana trending di X. Namun, krisis di Gaza menuntut perhatian internasional yang lebih besar. Analisis kritis menunjukkan bahwa kurangnya tekanan diplomatik yang efektif dari komunitas global, termasuk negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah memungkinkan situasi ini memburuk. Sementara itu, organisasi kemanusiaan seperti UNICEF dan WHO terus mendesak pembukaan koridor bantuan, tetapi hingga 21 Mei 2025, kemajuan di lapangan masih minim.
Bagaimana solusi dapat ditemukan? PBB telah menyerukan Gencatan Senjata sementara untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk makanan bayi, obat-obatan, dan bahan bakar untuk rumah sakit. Namun, tantangan logistik tetap besar. Perbatasan Rafah, yang menjadi pintu masuk utama bantuan dari Mesir, dilaporkan masih tertutup sebagian akibat ketegangan militer, menurut laporan Reuters. Di sisi lain, kelompok-kelompok Lokal di Gaza berupaya mendistribusikan sumber daya yang tersisa, tetapi jumlahnya jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Seorang pekerja kemanusiaan di Gaza, yang diwawancarai oleh BBC, menggambarkan situasi dengan nada putus asa: “Kami kehabisan waktu. Setiap menit yang berlalu, nyawa anak-anak ini semakin terancam.” Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi tindakan segera, bukan hanya dari pihak yang berkonflik, tetapi juga dari komunitas internasional yang memiliki kapasitas untuk memberikan tekanan Politik dan bantuan nyata.
Krisis ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang nyawa manusia yang paling rentan. Gambar bayi dalam pelukan ibunya, yang dibagikan oleh @AJEnglish, menjadi pengingat akan urgensi kemanusiaan di balik konflik politik yang rumit. Tanpa intervensi cepat, Gaza berisiko menyaksikan tragedi yang lebih besar dalam beberapa hari ke depan.