NOBARTV NEWS Hari ini banyak yang memprediksi Anies-Rano Karno akan diumumkan oleh PDI Perjuangan sebagai cagub dan cawagub di Pilkada Jakarta. Sayangnya, tidak ada nama keduanya dalam pengumuman tahap ke-3 dukungan PDIP kepada calon kepala daerah di sejumlah daerah. Namun, PDIP masih punya 1 agenda lagi pengumuman dukungan kepala daerah pada Pilkada 2024 ini.
Dari berbagai sumber Anies Baswedan hari ini dikabarkan bertolak ke Kantor DPP PDI Perjuangan. Nampak ia berpamitan dengan ibu dan istrinya. Sejumlah foto Anies Baswedan dan Rano Karno yang duduk bersama dan disinyalir berada di gedung DPP PDIP juga menyebar.
Lantas mengapa pengumuman tersebut urung dilakukan oleh PDIP? Padahal sejumlah petinggi PDIP telah memberikan sinyal duet Anies Baswedan-Rano Karno.
Masinton Pasaribu, misalnya, melalui akun X miliknya mengajak untuk mengawal kemenangan Anies-Rano. “Bersama rakyat, kita kawal kemenangan Anies-Rano, Merdeka” tulis Masinton.
Namun saat acara dimulai tidak ada nama Anies Baswedan dan Rano Karno yang diumumkan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto. Baik Anies dan Rano juga nampak tidak hadir dalam acara tersebut.
Sejumlah pihak meyakini ada sesuatu yang belum clear sehingga PDIP menunda pengumuman Anies-Rano. Namun, benarkah pengumuman tersebut hanya ditunda? Tidak kah ada kemungkinan Anies-Rano batal bersanding?
Internal PDIP Belum Satu Suara
Identitas PDIP sebagai sebuah partai politik adalah keputusan akhir ada di tangan Ketua Umum (Ketum) Megawati Soekarnoputri. Selama Megawati belum menentukan pilihan maka perbedaan aspirasi di internal PDIP akan terus terjadi.
PDIP sejatinya punya sejumlah kader yang potensial di usung di Pilgub Jakarta, salah satunya adalah Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok. Elektabilitas Ahok lebih baik dibanding Ridwan Kamil, Cagub Jakarta yang diusung KIM Plus. Namun jika dibandingkan dengan Anies, Ahok masih kalah jauh.
PDIP dikenal sebagai partai yang kerap mengutamakan kadernya. Hal itu pernah disampaikan oleh Ganjar Pranowo saat dimintai pendapat terkait Pilgub Jakarta. Menurut Ganjar PDIP paling tepat mengusung Ahok karena kita tidak mengusung kader sendiri berarti proses kaderisasi di partai tersebut tidak berjalan dengan baik.
Namun, seandainya Ahok yang diturunkan untuk berlaga di Pilgub Jakarta maka PDIP perlu kerja ekstra keras untuk meraih kemenangan. Mengabaikan Anies Baswedan yang punya elektabilitas menjanjikan tentu bisa jadi perjudian besar untuk PDIP.
Jika di Banten saja PDIP pada akhirnya memilih mengusung Airin sebagai Cagub, yang bukan kader PDIP namun punya elektabilitas tinggi, maka kenapa hal itu tidak bisa berlaku untuk Anies Baswedan juga? Bukankah Jakarta jauh lebih strategis dibanding daerah lain?
Tunggu Momentum atau Ada Tarik-Ulur Dukungan?
Anies Baswedan merupakan ancaman besar untuk Ridwan Kamil. Dibanding melawan Ahok, RK, sapaan akrab Ridwan Kamil, akan perlu kerja keras habis-habisan jika berhadapan dengan Anies.
Tak heran sejumlah simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kerap bersuara agar Ahok yang dimajukan ketimbang Anies.
Tidak jadinya pengumuman Anies-Rano hari ini bisa disebabkan salah satu di antara dua kemungkinan; PDIP menunggu momentum tepat atau PDIP tengah dilobi untuk tidak jadi mengusung Anies.
Namun, besar kemungkinan PDIP memang sedang mencari momentum yang tepat. Pasalnya, tidak hanya Jakarta daerah strategis yang belum diumumkan oleh PDIP, ada pula Jawa Timur di mana sampai detik ini Khofifah belum mendapatkan lawan kuat.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: