NOBARTV NEWS Teka-teki nasib Anies Baswedan untuk Pilkada Jakarta akhirnya sudah jelas sejelas-jelasnya. Setelah sebelumnya dikecewakan karena ditinggal oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai NasDem ke KIM Plus. Lalu mendapat secercah asa pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menurunkan ambang batas pencalonan tidak lagi 20 persen.
Pada akhirnya Anies Baswedan dan ‘anak abah’, sebutan untuk pendukung Anies, harus gigit jari lantaran harapan satu-satunya, PDIP lebih memilih mengusung Pramono Anung ketimbang Anies Baswedan.
PDI Perjuangan sendiri telah mendaftarkan Pramono Anung pada hari ini, Rabu (28/08/2024) ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta. Pramono Anung akan berpasangan dengan Rano Karno, eks Gubernur Banten, sebagai calon wakil gubernurnya.
Alasan PDIP Urung Dukung Anies
Menurut pengamat politik, Adi Prayitno, keputusan PDIP mengusung Pramono Anung merupakan hak mereka sebagai partai. Justru PDIP bisa menunjukkan ke publik bahwa kaderisasi di internal mereka berjalan dengan baik sehingga mereka tak perlu mengusung tokoh non kader dalam Pilkada Jakarta.
Lagi pula, menurut Adi Prayitno, PDIP dan Anies punya kisah kelam di masa lalu tepatnya pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2017. Saat itu Anies disinyalir memanfaatkan isu sentimen keagamaan yang menyerang Ahok, jagoan PDIP, sehingga mereka mengalami kekalahan bahkan Ahok sampai harus mendekam di dalam penjara.
Meskipun Anies memiliki elektabilitas tinggi dan potensi menang yang besar, namun PDIP tak sampai kepalang tanggung menggadai ideologi partai mereka dengan pragmatisme politik mendulang kemenangan.
Juga masih terngiang-ngiang di benak sebagian petinggi PDIP ketika Anies menyampaikan pidato kemenangannya pasca dilantik sebagai Gubernur Jakarta dengan menyuarakan diksi “pribumi”. Banyak pihak yang menyayangkan pidato Anies tersebut karena terkesan menggunakan isu SARA.
Mampukah Pramono-Rano Melawan RK-Suswono?
Sudah tepatkah PDIP mengusung Pramono-Rano untuk berhadapan dengan Ridwan Kamil (RK)-Suswono di Pilkada Jakarta? Jawabannya tergantung sudut pandang mana yang akan dipakai.
Dari aspek kesolidan internal partai Pramono-Rano adalah pilihan paling tepat untuk PDIP. Namun, jika tujuannya adalah memenangkan kursi Jakarta 1 dan Jakarta 2 rasa-rasanya pilihan itu masih bisa dipertanyakan.
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pernah merilis hasil survei terkait Pilkada Jakarta 2024 dengan merilis sejumlah nama potensial dengan elektabilitas tertinggi.
Dalam simulasi dua nama, Anies berhadapan dengan Ridwan Kamil, Anies menang dengan perolehan 42,8 persen berbanding Ridwan Kamil yang mendapatkan 34,9 persen. Jika tak ada Anies RK sulit menang namun jika Anies tak ikut kemenangan sudah ada di depan mata RK.
Hasil survei lain dipaparkan oleh Indikator Politik Indonesia dimana jika RK dihadapkan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, RK hanya mampu mendapatkan 13,1 persen suara sedangkan Ahok memperoleh 23,8 persen suara. Lagi-lagi jika berhadapan dengan Ahok RK sulit menang namun ketika Ahok tidak ada peluang bagi RK pun terbuka lebar.
Tidak ada nama lain yang mampu menyaingi 3 besar tokoh tersebut di Jakarta. Namun, kini dari ketiga nama tersebut hanya Ridwan Kamil yang memiliki tiket untuk maju bertarung.
Otomatis saat ini RK lah yang lebih berpotensial memenangkan kontestasi Pilkada Jakarta 2024. Lawan terdekatnya adalah Pramono Anung yang menurut survei Litbang Kompas memiliki elektabilitas di bawah 1 persen.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: