NOBARTV NEWS Nama pengusaha jalan tol terkenal, Jusuf Hamka, mulai meramaikan bursa Calon Gubernur (cagub) Jakarta 2024. Ia menjadi satu dari sejumlah nama yang diberikan rekomendasi oleh Partai Golkar untuk bertarung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta November mendatang. Beberapa nama lain tersebut di antaranya Erwin Aksa dan Ridwan Kamil.
Nama Jusuf Hamka mencuat paling akhir dibanding beberapa nama lain. Namun, justru dia lah yang mencuri perhatian publik paling besar. Namanya mulai diperhitungkan dan menjadi pembicaraan dalam sejumlah kesempatan.
Awalnya Jusuf Hamka disiapkan untuk menjadi Calon Wakil Gubernur (cawagub) mendampingi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep. Akan tetapi, belakangan justru ia mendapatkan tambahan tugas dan rekomendasi sebagai Calon Gubernur (cagub) Jakarta.
Saat ini bukan hanya Partai Golkar yang mempertimbangkan untuk mendukung pria yang akrab disapa Babah Alun itu. Partai Amanat Nasional (PAN) yang tadinya ingin menjodohkan Zita Anjani dengan Anies Baswedan juga tidak menutup pintu untuk berpindah haluan mendukung Babah Alun. Terlebih, Anies Baswedan dan Zita Anjani nampaknya sulit untuk dipasangkan.
Lantas seberapa besar peluang Jusuf Hamka untuk menjadi Gubernur Jakarta? Sebelum berbicara tentang peluang keterpilihannya lebih baik kita simak dulu beberapa keunggulan yang dimiliki Babah Alun untuk bertarung di Pilgub Jakarta.
1. Popularitas
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menganggap langkah Partai Golkar memunculkan nama Jusuf Hamka adalah pilihan yang sangat tepat. Di tengah elektabilitas Anies yang belum tertandingi nama Jusuf Hamka menggebrak dengan popularitas yang dimilikinya.
Popularitas adalah salah satu kunci untuk memenangkan perhatian publik. Dan Babah Alun memiliki hal tersebut. Ia adalah pengusaha Tionghoa – muslim yang dikenal banyak kalangan.
Babah Alun bahkan kerap muncul di berbagai media. Ia punya daya tarik di mata penonton sehingga konten-konten yang ada dia di dalamnya mendapatkan traffic yang lumayan baik.
Popularitas merupakan elemen penting dalam kontestasi. Itu lah yang menjadi penyebab banyaknya partai politik yang membidik artis atau publik figur untuk ikut dalam kontestasi Pilkada. Karena mereka memiliki popularitas.
2. Akseptabilitas
Akseptabilitas (tingkat penerimaan) ini dapat terbagi menjadi 2, yaitu, akseptabilitas di kalangan pemilih dan akseptabilitas di kalangan partai politik. Babah Alun memiliki keduanya.
Jusuf Hamka cukup diterima dengan baik di kalangan pemilih. Terbukti belum ada suara sumbang atau yang meragukan keputusan Jusuf Hamka untuk maju dalam Pilgub Jakarta. Ini menunjukkan bahwa tingkat akseptabilitas Jusuf Hamka di kalangan pemilih cukup baik.
Bandingkan dengan ketika nama Kaesang yang muncul, atau bahkan Ridwan Kamil. Masih ada suara-suara penolakan dan kritik yang ditujukan kepada mereka jika keduanya benar-benar maju di Pilgub Jakarta. Babah Alun aman dari itu semua.
Lalu dalam konteks akseptabilitas terhadap partai politik, Babah Alun juga tak perlu diragukan. Ketertarikan PAN jadi bukti bahwa Babah Alun akan sangat bisa diterima oleh parpol-parpol selain Golkar.
3. Isi tas
Isi tas atau dalam bahasa yang lebih politisnya “logistik” jadi keunggulan ketiga yang dimiliki Babah Alun. Sudah jadi rahasia umum bahwa jika hendak bertarung dalam Pilkada perlu menyiapkan logistik yang tidak sedikit.
Apalagi ini di Jakarta. Pilkada yang paling menyita perhatian rakyat Indonesia. Daerah yang bisa menjadi batu loncatan untuk mentas di kancah perpolitikan nasional.
Jelas butuh logistik yang banyak untuk bertarung di Jakarta. Babah Alun jelas punya hal ini. Isi tasnya tidak perlu diragukan lagi.
Dan keunggulan ini bisa jadi tidak dimiliki oleh kandidat cagub lain, termasuk Anies Baswedan.
4. Elektabilitas
Ini lah yang paling penting bagi seorang kandidat pemimpin daerah. Tingkat keterpilihan atau elektabilitas yang baik. Babah Alun sayangnya belum muncul dalam simulasi berbagai lembaga survei.
Akan tetapi, bukan berarti ia tak punya elektabilitas yang bagus. Ia baru muncul beberapa waktu terakhir. Sedangkan survei terakhir di lakukan pada rentang bulan Juni 2024 ketika Babah Alun belum dimunculkan oleh Partai Golkar.
Menarik untuk menantikan hasil survei untuk bulan Juli yang akan dirilis pada Agustus nanti. Bukan tidak mungkin Babah Alun akan memberikan kejutan dengan elektabilitas yang mulai naik.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: