NOBARTV NEWS Hasil survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas pada 15-20 Juni 2024 menempatkan Anies dan Ahok berada di 2 teratas kandidat calon gubernur (cagub) Jakarta pada November 2024 mendatang. Elektabilitas Anies mencapai 29,8 persen sedangkan Ahok memperoleh 20 persen.
Nama-nama kandidat lain menyusul di bawah mereka berdua namun dengan jarak yang cukup jauh. Ridwan Kamil, misalnya, berada di urutan ketiga elektabilitas tertinggi namun baru di angka 8,5 persen. Selisih 11,5 persen dengan Ahok dan sekitar 21,3 persen dengan Anies.
Kondisi ini tentu membuka peluang besar terjadinya rematch antara Anies vs Ahok pada Pemilihan Gubernur (pilgub) Jakarta. Sebelumnya Anies dan Ahok pernah berhadap-hadapan pada Pilgub DKI Jakarta 2017 silam. Anies berhasil mengalahkan Ahok yang kala itu diterpa isu penistaan agama.
Berkaitan dengan hal itu sejumlah pihak mulai khawatir apabila Anies vs Ahok kembali berhadapan akan memunculkan kembali politik identitas seperti pada pilgub 2017 dan pilpres 2019. Pasalnya 2 politisi ini menjadi sorotan utama ketika politik identitas menjadi komoditi andalan pada kontestasi sebelumnya.
Tanggapan Cak Imin
Akan tetapi, Ketua Umum (Ketum) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, mengatakan masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut (politik identitas). Pasalnya, Cak Imin – sapaan akrab Muhaimin Iskandar – meyakini politik identitas tidak akan muncul di Pilgub Jakarta mendatang sekalipun Anies dan Ahok kembali berhadap-hadapan.
“Kita lihat, saya yakin sudah tidak ada konflik itu (identitas), sudah berubah semuanya,” tutur Cak Imin usai memberi pembekalan kepada calon legislative terpilih PKB di Denpasar, Bali, pada Rabu (17/7). Cak Imin memberikan contoh Pemilu 2024 yang lalu, dimana isu identitas tidak lagi menjadi bumbu yang laris di kalangan pemilih. Baginya pemilih sudah mulai cerdas dan tidak gampang termakan isu seperti itu.
“Terbukti pilpres yang lalu sudah tidak ada lagi isu sara yang muncul, kemudian kompetisinya berkualitas, sudah isu-isu dan tema kerakyatan yang diadu,” imbuh Cak Imin kepada awak media.
Pada Pilkada Jakarta PKB sendiri sudah menyatakan dukungan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai calon gubernur. Hanya saja PKB belum menentukan bersama siapa Anies akan diduetkan. Tentu PKB akan menunggu dinamika yang terjadi beberapa waktu ke depan.
Lalu Bagaimana dengan Ahok?
Ahok sendiri saat ini merupakan kader PDI-P yang memiliki 15 kursi di DPRD Jakarta. Itu artinya apabila ingin mengusung kadernya untuk maju PDI-P butuh berkoalisi dengan partai lain. Oleh sebab itu, meskipun Ahok memiliki elektabilitas yang tinggi ia memilih untuk bersabar dan menunggu instruksi partai.
Rilis survei Litbang Kompas memang membuat asumsi duel ulang antara Anies vs Ahok berpotensi terjadi. Anies dengan elektabilitas tinggi akan menjadi incaran sejumlah partai yang ingin menang. Namun, Ahok dan PDI-P sama sekali tidak boleh diremehkan.
Angka 20 persen bagi seorang politisi yang tidak terlalu punya panggung adalah modal yang sangat berharga bagi Ahok. Apalagi partai tempat ia bernaung saat ini, PDI-P, kerap kali mengusung kader mereka sendiri pada kontestasi pilkada di berbagai wilayah.
Akankah Anies vs Ahok jilid 2 akan benar-benar terjadi?
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: