NOBARTV NEWS – Bima Sakti meminta maaf kepada wartawan karena ia melakukan kebijakan yang cukup ketat ketika anak asuhnya mengikuti pemusatan latihan. Bima tak memberikan izin wartawan untuk meliput kegiatan skuad Timnas U-17 dengan leluasa.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu, Timnas Indonesia U-17 sudah memulai pemusatan latihan perdananya jelang tampil di Piala Dunia U-17 2023. Dalam pemusatan latihan tersebut, Bima melalui PSSI telah mengumumkan daftar 34 pemain yang diminta untuk mengikuti TC tahap pertama. Menariknya, banyak alumni Piala AFF U-16 2022 lalu kembali dipanggil oleh sang pelatih.
Selain itu, dalam daftar 34 pemain itu, Bima juga mengikutsertakan enam pemain keturunan. Sejatinya, PSSI memiliki 30 daftar pemain keturunan yang sudah diserahkan oleh tim dari Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga). Akan tetapi, setelah menimbang lebih dalam lagi, PSSI serta Bima Sakti sepakat untuk mengikutsertakan enam pemain keturunan dulu. Ke-enam pemain tersebut adalah Welber Halim Jardin, Madrid Augusta, Mahesa Ekayanto, Staffan Qabiel Horrito, Aaron Liam Suitela, Aaron Nathan Ang.
Selain memanggil 34 nama itu, PSSI juga masih mencari pemain lainnya dengan cara menggelar seleksi di beberapa kota. Seleksi tersebut dilakukan di 12 kota dengan Bandung menjadi kota pertama. Seleksi di Bandung – tepatnya di Stadion Si Jalak Harupat dilakukan pada Rabu 12 Juli kemarin. Adapun pemusatan latihan perdana yang diikuti oleh 34 nama tersebut dilakukan pada Kamis 13 Juli 2023.
Di sesi latihan kali ini, ada sedikit sesuatu yang berbeda. Wartawan yang meliput kegiatan Iqbal Gwijangge dkk tidak diberikan leluasa oleh sang pelatih Bima Sakti. Ada alasan khusus mengapa eks pemain Timnas Indonesia itu mengambil keputusan tersebut. Kata Bima, keputusan itu adalah untuk menjaga sang pemain itu sendiri.
“Ya, saya minta maaf kepada wartawan saya harap kerja samanya, saya tadi menjaga mereka, karena kami ini internal game jadi tidak terlalu banyak liputan yang bisa dilakukan,” kata Bima Sakti.
Bima mengaku sedikit risih dengan pemberitaan media terlebih di akun-akun YouTube yang kerapkali membuat thumbnail berlebihan. Misalnya, ketika seorang pesepakbola Indonesia main bagus sedikit, maka pemberitaan di YouTube menjadi-jadi dan terkesan sangat lebay.
“Kami berharap tidak muncul video-video di Youtube menganggap Iqbal Gwijangge misalnya sebagai Materazzi-nya Indonesia, agar pemain juga bisa lebih konsentrasi dan tidak dibesar-besarkan, itu harapan kita. Karena kami juga belum apa-apa,” ujar Bima Sakti memungkasi.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini:
Jangan sampai afa drama