NOBARTV NEWS – Pelatih sementara Timnas Indonesia U-19, Dzenan Radoncic memiliki pandangan tersendiri terhadap punggawa Garuda muda. Menurutnya, para pemain Timnas Indonesia memiliki kepribadian yang santai sehingga membuat mereka sulit untuk berkembang.
Hal itu diungkapkan Dzenan usai tim-nya dipastikan gagal melangkah ke semifinal Piala Toulun 2022. Timnas Indonesia U-19 hanya finis di urutan ketiga grup B. Tiga poin yang didapatkan Ronaldo Kwateh dkk tidak mampu membuat skuad Garuda lolos ke babak berikutnya.
Usai dinyatakan gagal melaju ke babak semifinal, Timnas Indonesia U-19 dijadwalkan akan bermain satu kali lagi dalam perebutan peringkat ke-sembilan. Di Piala Toulun 2020, setiap tim yang gagal melaju ke babak semifinal diberi kesempatan bermain satu kali lagi untuk memperebutkan peringkat sesuai dengan poin yang didapatkan.
Dalam hal ini, Timnas Indonesia U-19 berkesempatan melawan Timnas Aljazair karena selisih poin mereka tidak terpaut jauh. Sedangkan untuk perebutan tempat ke -lima dan tujuh akan ditentukan oleh tim dengan peroleh poin yang lebih baik dari Indonesia dan lawannya (Aljazair) tadi.
Jadi, setiap tim akan berhadapan secara acak – sesuai perolehan poin terdekatnya. Dengan demikian, seluruh tim (12) akan mendapatkan peringkatnya masing-masing.
“Pemain Indonesia tenang dan cenderung memiliki kepribadian yang santai,” ujar Dzenan Radoncic dilansir dari tempo.co
Menurut Dzenan, budaya masyarakat Indonesia yang cenderung santai membuat mereka (Timnas Indonesia U-19) kurang memiliki daya juang ketika bertanding. Hal ini menjadi pekerjaan rumah untuk pelatih asal Montenegro itu. Dzenan diwajibkan mampu untuk mengubah kepribadian para Garuda muda – di samping pula dengan cara bermainnya.
“Saya terus meminta para pemain tetap bertahan dan agresif selama 90 menit dan tidak mundur selama pertandingan, bahkan ketika kalah,” tambahnya.
Rata-rata, skuad Timnas Indonesia U-19 hanya bermain di dalam negeri. Hal ini tentu menyulitkan pelatih untuk memilih skuad terbaiknya. Dzenan berharap agar mereka keluar dari zona nyamannya – dan bertekad untuk bisa bermain di luar negeri. Terlebih usia mereka masih sangat muda sehingga peluang untuk berkembang masih sangatlah panjang.
“Kami mencoba mengubah pola pikir. Para pemain perlu didorong. Mereka nyaman bermain di Indonesia, tetapi kami ingin membuat mereka untuk lebih dengan naik ke level internasional,” tambahnya lagi.
Meski demikian, Dzenan tetap memuji penampilan anak asuhnya itu meski gagal melangkahkan kaki ke babak semifinal.
“Kami kebobolan karena kesalahan di lini tengah, tapi kami tetap kompak hampir sepanjang pertandingan,” tutup pelatih yang juga pernah menjadi anak didik Shin Tae-Yong itu.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: