NOBARTV NEWS | Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, meluapkan kekecewaannya terhadap sikap Amerika Serikat yang dinilai kurang menunjukkan dukungan militer dalam menghadapi ancaman Iran. Dalam wawancara eksklusif dengan ABC News, Netanyahu menyampaikan pernyataan tajam yang menjadi sorotan internasional: “Today, it’s Tel Aviv. Tomorrow, it’s New York. Look, I understand ‘America First’. I don’t understand ‘America Dead’.”
Pernyataan tersebut mencerminkan frustrasi Netanyahu atas sikap kehati-hatian Washington di tengah eskalasi terbaru antara Israel dan Iran. Ia memperingatkan bahwa ancaman Iran bukan hanya soal Israel, tetapi menyasar eksistensi Barat secara keseluruhan, termasuk Amerika Serikat. “Mereka [Iran] meneriakkan ‘Death to America’, bukan hanya ‘Death to Israel’. Ini bukan cuma Konflik Timur Tengah—ini pertempuran untuk peradaban,” tegasnya.
Serangan Balasan dan Krisis Regional
Pernyataan keras ini muncul menyusul serangan besar-besaran Israel ke sejumlah fasilitas militer dan nuklir Iran pada Jumat dini Hari (13/6). Operasi militer udara yang disebut “Rising Lion” tersebut dilaporkan melibatkan lebih dari 200 jet tempur dan menewaskan sejumlah ilmuwan nuklir serta perwira senior, termasuk Jenderal Mohammad Bagheri dari IRGC.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan Rudal Balistik dan Drone ke wilayah Israel, memicu alarm di kota-Kota Besar seperti Tel Aviv dan Haifa. Beberapa rudal dilaporkan menghantam Infrastruktur sipil, menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Ketegangan meningkat tajam, mendorong AS untuk menaikkan Status Waspada di Timur Tengah serta mengevakuasi sebagian staf diplomatiknya dari Tel Aviv dan Baghdad.
Netanyahu: “Amerika Tak Bisa Diam”
Netanyahu menegaskan bahwa Amerika tidak bisa terus berpura-pura netral ketika sekutu strategisnya berada di ujung tanduk. Ia juga menyinggung bahwa serangan terhadap Ayatollah Ali Khamenei—Pemimpin Tertinggi Iran—adalah opsi sah yang dipertimbangkan Israel.
“Jika Anda ingin mencegah perang besar, Anda harus bersiap untuk konfrontasi kecil. Membunuh pemimpin teror bukan memperluas konflik, tapi mengakhirinya,” ujar Netanyahu dalam wawancara tersebut.
Reaksi Amerika: Dilema Kebijakan Luar Negeri
Gedung Putih belum secara resmi merespons pernyataan Netanyahu, namun sejumlah analis menilai komentar tersebut menambah tekanan bagi Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump yang kini kembali bersaing di tengah masa kampanye.
Pihak Partai Republik cenderung mendorong aksi tegas terhadap Iran, sementara sejumlah suara di Partai Demokrat mengkhawatirkan keterlibatan dalam perang baru yang akan menguras anggaran dan memperparah ketegangan global.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri yang enggan disebut namanya mengatakan, “AS mendukung hak Israel untuk membela diri, tetapi kami juga harus menghindari langkah-langkah yang bisa memicu konflik regional yang lebih luas.”
Dunia di Ujung Krisis
Ketegangan ini menandai Salah satu momen paling genting dalam hubungan Timur Tengah dalam dekade terakhir. Sementara Israel berupaya memukul mundur kekuatan Iran yang dianggap sebagai ancaman eksistensial, dunia menyaksikan dengan cemas bagaimana dua kekuatan besar di kawasan itu bergerak menuju konfrontasi langsung.
Pernyataan Netanyahu—yang membandingkan potensi kehancuran Tel Aviv dengan New York—bukan hanya retorika perang, tetapi cerminan bagaimana konflik Lokal bisa bertransformasi menjadi perang global bila salah langkah.
Ringkasan Analisis Berita
Elemen Utama | Penjelasan |
---|---|
Pernyataan Netanyahu | Menyindir kebijakan “America First” dan menyiratkan bahwa AS berisiko mati jika tak bertindak terhadap Iran |
Operasi Israel | Serangan udara besar-besaran ke Fasilitas Nuklir Iran menewaskan jenderal penting dan ilmuwan strategis |
Respons Iran | Iran membalas dengan Rudal Dan Drone, menimbulkan korban di wilayah Israel |
Posisi AS | Masih hati-hati, tetapi ditekan oleh Israel untuk mengambil langkah militer |
Dampak Global | Potensi pecahnya perang regional dan dampak langsung terhadap Keamanan global, termasuk AS |