NOBARTV NEWS – Di tengah krisis kepercayaan global terhadap Kepemimpinan Benjamin Netanyahu dan meningkatnya kecaman internasional atas agresi militer Israel ke Gaza dan Tepi Barat, dunia dikejutkan oleh hasil pemilihan pendahuluan wali kota New York City. Seorang politisi muda progresif dan anti-Zionis vokal, Zohran Mamdani, berhasil menggeser dominasi politik konvensional dengan pesan yang tidak biasa: menentang Zionisme dan menolak kehadiran Netanyahu di New York.
Lebih dari sekadar kontestasi Lokal, Kemenangan Mamdani mencerminkan pergeseran fundamental dalam politik Amerika Serikat. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Modern, calon pemimpin kota terbesar di AS secara terbuka mengusung agenda keadilan Palestina dan penolakan terhadap kunjungan seorang kepala negara sekutu AS, yakni PM Israel Benjamin Netanyahu.
Kemenangan yang Mengguncang: Dari Aktivis Pro-Palestina ke Kandidat Wali Kota
Zohran Kwame Mamdani, anggota parlemen negara bagian New York dari Partai Demokrat Sosialis Amerika (DSA), lahir di Uganda dan besar di Queens dari orang tua campuran India-Afrika. Sosoknya selama ini dikenal sebagai aktivis komunitas dan pendukung gerakan Keadilan Sosial.
Dalam kampanye pilkada 2025, Mamdani mengusung program yang secara teknis lokal—transportasi gratis, moratorium penggusuran, dan toko kebutuhan pokok milik kota. Namun yang paling mencolok adalah sikapnya yang tidak kompromistis terhadap Kebijakan Luar Negeri AS, khususnya hubungan dengan Israel.
Dalam beberapa debat publik dan unggahan kampanye, Mamdani menegaskan bahwa jika ia menjabat sebagai walikota, ia tidak akan menyambut kedatangan Netanyahu, dan bahkan siap menangkapnya jika ICC benar-benar mengaktifkan surat perintah penangkapan internasional atas kejahatan perang yang dituduhkan kepada PM Israel dalam perang Gaza 2024.

Benjamin Netanyahu Gagal Gulingkan Iran: Serangan Udara Tak Berbuah Perubahan Rezim
Secara bersamaan, dunia mencatat kegagalan besar di kancah internasional. Upaya Benjamin Netanyahu untuk mendorong perubahan rezim di Iran melalui serangkaian serangan udara gabungan dengan Amerika Serikat pada awal Juni 2025 justru memperburuk citra Israel.
Serangan terhadap Fasilitas Nuklir Iran, yang digambarkan Netanyahu sebagai “tindakan pre-emptive terhadap ancaman eksistensial,” gagal mencapai tujuan strategisnya. Menurut laporan dari Washington Post dan analis di International Crisis Group, serangan itu hanya menghambat pengayaan uranium Iran selama 6 hingga 9 bulan, tanpa efek jangka panjang terhadap stabilitas pemerintahan Iran.
Alih-alih melemah, rezim Teheran justru mendapatkan simpati dari banyak negara global, termasuk negara-negara Non-Blok dan blok BRICS, yang mengecam tindakan sepihak Israel sebagai provokatif dan melanggar Hukum internasional.
Reaksi Politik Nasional: Antara Dukungan Pemuda dan Kecaman Elite Lama
Langkah Mamdani menentang Zionisme dan menyerukan penangkapan Netanyahu mengundang reaksi tajam di Amerika Serikat. Mantan Presiden Donald Trump menyebutnya sebagai “100% Communist Lunatic”, sementara tokoh-tokoh pro-Israel di Partai Demokrat menyuarakan kekhawatiran bahwa hal ini akan memperburuk hubungan AS-Israel.
Namun di sisi lain, dukungan terhadap Mamdani datang dari generasi muda Yahudi Amerika, yang semakin vokal dalam menentang pendudukan ilegal Israel di Palestina. Organisasi seperti Jewish Voice for Peace (JVP) dan IfNotNow menyatakan bahwa suara Mamdani merepresentasikan gelombang baru moralitas publik yang menolak “normalisasi kekejaman.”
Apakah Seorang Wali Kota Bisa Mencegah Kepala Negara Masuk ke Kota?
Secara konstitusional, walikota tidak memiliki wewenang langsung untuk menangkap atau melarang kepala negara asing masuk ke AS. Namun, dengan keberadaan surat perintah ICC dan tekanan opini publik, seorang wali kota dapat bekerja sama dengan lembaga penegak hukum lokal dan federal untuk membuat kehadiran seorang tokoh kontroversial seperti Netanyahu menjadi mustahil secara politis dan administratif.
Misalnya, Mamdani dapat:
- Menolak dukungan logistik dan Keamanan kota untuk kunjungan kenegaraan.
- Meminta protes terbuka atau menggerakkan opini publik untuk menekan Gedung Putih.
- Mendorong DPRD NYC untuk mengeluarkan pernyataan formal menolak kedatangan Netanyahu berdasarkan prinsip Hak Asasi Manusia dan hukum internasional.
Not only has Netanyahu failed to achieve regime change in Iran, but now New York City has elected an anti-Zionist mayor who will not allow Netanyahu in. pic.twitter.com/5VND3dgBPd
— Daily Iran Military (@IRIran_Military) June 25, 2025
Persimpangan Baru Politik Amerika: Dari Tel Aviv ke Times Square
Kemenangan Zohran Mamdani menjadi simbol penting pergeseran orientasi politik di jantung peradaban Barat. Selama puluhan tahun, New York City adalah kota yang terbuka dan bersahabat bagi para pemimpin Israel. Namun, kini narasi itu digantikan oleh tuntutan akan keadilan global dan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Langkah Mamdani seakan mengirim sinyal kuat bahwa politik luar negeri AS—khususnya Hubungan Dengan Israel—tidak lagi dapat dilepaskan dari tekanan publik domestik yang menghendaki pertanggungjawaban moral.
Tabel Ringkasan Fakta Penting
Topik | Detail Ringkas |
---|---|
Nama Walikota NYC Terpilih | Zohran Kwame Mamdani |
Partai & Gerakan | Demokrat Sosialis Amerika (DSA) |
Posisi terhadap Israel | Anti-Zionis, Pro-Palestina, Mendukung BDS |
Pernyataan Terhadap Netanyahu | Akan menangkap jika datang ke NYC (berdasarkan surat ICC) |
Status ICC | ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu, 2024 |
Serangan ke Iran | Dilakukan oleh Israel–AS, gagal gulingkan rezim, hanya hambat nuklir 6–9 bulan |
Dampak Diplomatik | Ketegangan meningkat, memicu isolasi internasional terhadap Israel |
Reaksi Nasional | Trump mengecam; generasi muda Yahudi mendukung Mamdani |
Dari Anti-Zionisme ke Jalur Politik Arus Utama
Apa yang terjadi di New York saat ini bukan sekadar Kontestasi Politik lokal, tetapi pertarungan moral dan Geopolitik yang menggemakan penderitaan rakyat Palestina hingga jantung dunia barat. Jika Zohran Mamdani resmi menjabat pada 2026 dan tetap berpegang pada janjinya, maka ini akan menjadi babak baru dalam hubungan Amerika–Israel.
Lebih dari itu, kemenangan Mamdani mencerminkan bahwa gerakan anti-Zionis kini telah menembus institusi politik arus utama—dan mungkin saja, akan menjadi katalis perubahan besar dalam arah kebijakan luar negeri AS di masa mendatang.