NOBARTV NEWS – Ketegangan militer yang meningkat antara Iran dan Israel dalam dua pekan terakhir telah menimbulkan dampak serius, tidak hanya secara militer dan diplomatik, tetapi juga dari sisi Ekonomi. Berdasarkan laporan dari berbagai lembaga resmi Israel dan analisis media internasional, nilai kerugian ekonomi yang ditanggung Israel akibat serangan Iran selama 12 Hari terakhir telah melampaui angka 17 miliar shekel atau sekitar Rp82 triliun.
Konflik yang dipicu oleh rentetan Serangan Udara dan Drone dari Iran, sebagai bagian dari eskalasi balasan terhadap Serangan Israel di Timur Tengah, membuat Israel berada dalam tekanan berat, baik dari segi Keamanan maupun Keuangan negara.
Kerugian Fisik: Ribuan Bangunan Rusak, Biaya Kompensasi Meningkat
Menurut laporan Kantor Pajak Israel, total nilai kerusakan fisik yang dialami akibat serangan langsung dari Iran, termasuk Rudal Balistik dan drone, mencapai kisaran NIS 4,5 hingga 5 miliar, atau setara dengan Rp21,6 – Rp24 triliun.
Kerusakan ini tidak hanya mencakup pemukiman penduduk, tetapi juga menyasar Kawasan Industri, fasilitas militer, Infrastruktur energi, hingga jalur Transportasi. Ini menjadikan gelombang serangan Iran sebagai Salah satu serangan paling merusak secara ekonomi dalam sejarah Israel Modern setelah Perang Yom Kippur 1973.
Sebagai akibatnya, lembaga Asuransi nasional Israel mencatat lonjakan klaim kompensasi dari warga sipil dan Perusahaan, bahkan melampaui Rekor klaim pasca-serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Biaya Pertahanan yang Mencapai Rp4 Triliun per Hari
Israel secara intensif mengoperasikan sistem pertahanan udara canggihnya seperti Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow-3 selama hampir dua pekan konflik. Operasional sistem ini bukanlah perkara murah.
Laporan investigatif dari harian ekonomi The Marker dan lembaga pertahanan mengungkapkan bahwa pengeluaran harian untuk mempertahankan wilayah udara Israel dari serangan mencapai NIS 1 miliar per hari, atau sekitar Rp4,8 triliun.
Ini mencakup:
- Biaya peluncuran rudal interseptor (sekitar $50.000 – $1 juta per unit),
- Biaya logistik dan pengisian ulang,
- Pengoperasian radar dan sistem komando terpadu.
Dalam rentang waktu 12 hari serangan, total biaya sistem pertahanan saja diperkirakan menyentuh NIS 12 miliar atau sekitar Rp57,6 triliun.
Gangguan Ekonomi Nasional & Risiko Resesi
Konflik ini juga memukul perekonomian domestik. Banyak sektor vital seperti industri Manufaktur, pertanian, dan Pariwisata lumpuh sementara akibat perintah evakuasi dan keadaan siaga nasional.
Menurut lembaga riset ekonomi TRT Global, kerugian tidak langsung—termasuk:
- Hilangnya produktivitas nasional,
- Penurunan aktivitas ekspor-impor,
- Penurunan sektor Investasi asing langsung (FDI), serta
- Ketidakpastian pasar modal,
telah menimbulkan kerugian ekonomi gabungan senilai antara $11,5 miliar hingga $17,8 miliar, atau sekitar Rp189 triliun hingga Rp292 triliun, apabila konflik berlangsung dalam satu bulan penuh.
Untuk 12 hari terakhir saja, kerugian minimal yang sudah terakumulasi dari seluruh sektor ditaksir mencapai sekitar $5 miliar atau Rp82 triliun.
Tekanan terhadap Anggaran Negara: Defisit dan Ancaman Penurunan Rating
Situasi ini mendorong Israel untuk melakukan pengeluaran luar biasa yang tidak terencana dalam anggaran 2024. Data dari Kementerian Keuangan Israel menunjukkan bahwa:
- Anggaran pertahanan nasional meningkat tajam dari NIS 60 miliar pada 2023 menjadi NIS 99 miliar pada 2024 (≈ Rp474 triliun),
- Diperkirakan melonjak lagi menjadi NIS 118 miliar (Rp566 triliun) pada 2025.
Kenaikan drastis ini memaksa pemerintah Israel mempertimbangkan revisi besar terhadap struktur anggaran negara. Lembaga pemeringkat internasional seperti Moody’s, Fitch, dan S&P Global telah mengeluarkan Peringatan serius, menyebut Israel berpotensi mengalami:
- Peningkatan defisit fiskal lebih dari 3% GDP,
- Penurunan rating Kredit,
- Dan perlambatan ekonomi signifikan dalam dua kuartal mendatang.
Bahkan, IMF menurunkan proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Israel dari 4,3% menjadi 3,6% untuk tahun 2025.
Israel Hadapi Tekanan Strategis di Dua Medan
Dalam waktu kurang dari dua minggu, Israel tidak hanya menghadapi tekanan militer dari Iran, tetapi juga krisis keuangan yang mengintai. Kombinasi antara:
- Kerusakan fisik,
- Biaya pertahanan yang ekstrem,
- Gangguan ekonomi domestik, dan
- Beban anggaran negara,
membuat Israel berada di persimpangan kebijakan antara memperkuat pertahanan atau menyelamatkan stabilitas fiskal.
Dengan kerugian total mencapai Rp82 triliun hanya dalam 12 hari, ancaman konflik berkepanjangan jelas akan memperburuk kondisi ini. Langkah diplomatik maupun penyesuaian fiskal kemungkinan besar akan segera dilakukan Israel untuk menghindari guncangan yang lebih parah di masa mendatang.
Rangkuman Kerugian Israel Akibat Serangan Iran
Komponen Kerugian | Estimasi Nilai (USD) | Estimasi Nilai (Rp) |
---|---|---|
Kerusakan properti | $1,45 miliar | Rp23,8 triliun |
Biaya Pertahanan (12 hari) | $3,5 miliar | Rp57,6 triliun |
Total Kerugian 12 Hari | $5 miliar | Rp82 triliun |
Proyeksi Kerugian Bulanan | $11,5–17,8 miliar | Rp189 – Rp292 triliun |