NOBARTV NEWS Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan darurat kesehatan global akibat lonjakan kasus cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) yang sangat cepat dari Republik Demokratik Kongo, Afrika Tengah, kemudian menyebar ke luar negeri.
Wabah ini dipicu oleh virus varian baru Mpox, yakni clade 1b, yang menimbulkan kekhawatiran global. Apalagi, informasi mengenai cacar monyet terbaru ini masih begitu minim.
Penyakit ini menyebar melalui kontak dekat. HIngga saat ini, penyebaran cacar monyet varian baru telah mencapai seluruh Kongo, Swedia, Thailand, Burundi, Rwanda, Kenya, Uganda, bahkan Indonesia.
Strategi Menkes Cegah Penyebaran Virus Mpox di Indonesia
Mengutip dari laman Kompas (27/8), Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapan sejumlah strategi dan kebijakan yang telah disiapkan dalam upaya pencegahan penyebaran virus biang Mpox ini, termasuk mengaktifkan kembali sistem surveilans elektorik, yang serupa dengan aplikasi PeduliLindungi.
“Kita akan mengaktifkan kembali electronic surveilands card, dulu ingat aplikasi PeduliLindungi. Jadi, orang-orang yang datang dari luar negeri akan diminta mengisi data, nanti dikasih QR.” ujarnya.
Selanjutnya, hasil dari tes skrining tersebut akan keluar dalam bentuk warna hijau, kuning, dan merah. Apabila hasilnya berwarna hijau, maka orang tersebut dikatakan aman dari dugaan paparan virus.
Sementara hasil berwarna kuning dan merah akan mendapat tindakan lanjutan untuk dilakukan skrining lebih dalam, seperti pengecekan suhu dan ruam kulit.
“Kalau (hasilnya) hijau, ya enggak usah diapa-apain. Kalau kuning-merah, kita lihat suhunya, kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam, nanti diambil PCR,” terang Budi.
Budi menyebutkan, langkah ini diambil sebagai upaya pemerintah untuk memastikan tidak adanya penyebaran virus Mpox di Indonesia, di tengah maraknya kedatangan internasional, terutama saat pelaksanaan International Asia Afrika (IAF).
Pemerintah menyediakan mesin PCR di dua bandara internasional Jakarta dan Bali. Hasil skrining awal PCR tersebut dapat diketahui dalam 30-40 menit.
Kasus Positif Mpox di Indonesia Masih Seratus Persen Sembuh
Budi menambahkan, sebagai langkah awal menghadapi penyebaran Mpox, pemerintah telah mendatangkan 1000 dosis vaksin pada tahun 2022. Sekitar 40 dosis akan dikirimkan ke Bali untuk vaksinasi kelompok berisiko tinggi, termasuk di dalamnya adalah petugas laboratorium dan tenaga medis.
Pemerintah juga telah memesan 1.600 dosis vaksin tambahan dari Denmark yang diharapkan tiba dalam waktu dekat.
Vaksin dan obat-obatan penangan Mpox telah tersedia si seluruh rumah sakit di Jakarta dan Bali. Budi mengatakan, berdasarkan pengalaman yang telah ada, seluruh pasien positif Mpox yang tangani telah 100 persen sembuh.
“Semua rumah sakit di Bali-Jakarta sudah kita siapkan, ya. Sudah kita siapkan, obat-obatannya sudah dikirim ke sana, karena pengalaman kita kalau kena, 100 sembuh, ya,” terangnya.
Budi menegaskan bahwa virus Mpox yang menjangkit pasien di Indonesia adalah varian 2b, yang mana dapat sembuh dengan cara diobati karena tingkat fatalitasnya rendah.
“Mpox yang di Indonesia itu varian 2b atau clade 2b, yang di Afrika itu varian 1b, ya. Itu (varian 1b) fatality rate-nya tinggi, mendekati 10 persen, kalau kita (varian 2b) masih 0,1 persen,” tuturnya.
Menkes juga menjelaskan bahwa hingga saat ini, hanya ada 88 orang yang positif Mpox di Indonesia. Sebagian besar kasus terjadi di Pulau Jawa dan Kepulauan Riau.
“Saya sampaikan, dari 88 (kasus positif Mpox) ini, 100 persen sembuh, ya. Seratus persen sembuh, karena mereka adalah varian atau claude 2b,” pungkas Budi.
Virus Mpox hanya Dapat Menular Lewat Kontak Fisik
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa penularan virus Mpox hanya dapat terjadi melalui kontak fisik secara langsung, mirip seperti HIV/AIDS.
Oleh karena itu, pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu khawatir. Penyebaran virus ini tidak secepat Covid-19 karena hanya terjadi pada kelompok tertentu.
“Penularannya mesti kontak fisik dan terjadi di kelompok tertentu. Oleh karena itu, penyebarannya tidak akan secepat Covid-19, ya, dan risikonya pasti di kelompok-kelompok tertentu,” tegasnya.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: