NOBARTV NEWS – Indra Sjafri pernah mengejutkan publik sepak bola Indonesia ketika sukses membawa Garuda muda sebagai juara Piala AFF U-19 pada tahun 2013 silam. Akan tetapi, dari skuad emas yang dipimpinnya saat itu, hanya satu pemain yang masih eksis untuk membela Timnas Indonesia senior sampai saat ini. Lewat penelitiannya melalui metode psikotes, Indra mengungkapkan penyebab melempemnya para pemain muda tersebut.
Sebagaimana diketahui, tahun 2013 lalu, Evan Dimas cs mengejutkan panggung sepak bola nasional. Tim yang dipimpinnya berhasil menjuarai turnamen Piala AFF U-19. Saat itu, Garuda muda bertindak sebagai tuan rumah.
Publik pun berharap banyak kepada mereka. Evan Dimas cs digadang-gadang menjadi tumpuan masa depan Timnas Indonesia.
Namun sayang, dari sekian banyak pemain, hanya Evan Dimas yang masih bertahan. Muhammad Hargianto, Maldini Pali, Putu Gede Juni Antara, dan lainnya ditelan – hilang begitu saja.
Begitupun dengan skuad Timnas Indonesia U-23 yang berlaga di Piala AFF U-23 2019 lalu. Menjuarai turnamen tersebut, salah satu yang masih eksis sampai saat ini adalah Rachmat Irianto. Selain dirinya, tersisih satu demi satu.
Baru-baru ini, melalui webinar Partai Perindo, Indra mengungkapkan penyebabnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan Indra melalui metode psikotes, terdapat 3 faktor yang membuat para pemain tersebut melempem di usia emasnya.
“Lalu pemain saya yang zaman Evan Dimas itu, yang pada hilang itu, dari hasil penemuan saya melalui psikotes, sudah diprediksi, mereka tidak berkomitmen, mereka mencari profesi lain atau terpengaruh lingkungan,” jelas Indra Sjafri dalam sesi webinar dengan tajuk “Belajar dari Sukses Timnas U-16, Kita Bangun Tim Sepak Bola yang Hebat” itu.
“Lalu kalau di senior tidak berhasil, maka tugasnya adalah mencetak lagi generasi baru yang lebih berkualitas, contoh Timnas Jerman di kelompok umur itu gak semuanya bermain di tim senior,” ujarnya menambahkan.
Indra menyebut sistem Liga 1 Indonesia harus diperbaiki. Hal ini ditujukan agar para pemain muda tadi tetap mendapatkan kesempatan untuk bermain reguler di klubnya masing-masing. Sebagai contoh, skuad Timnas Indonesia U-19 lalu seperti Hokky Caraka dan lainnya harus mendapatkan tempat inti di klubnya. Dengan demikian, mental dan skill mereka akan terus berkembang bersama klub yang dibelanya.
Jika pemain muda tidak mendapatkan tempat dan ujung-ujungnya selalu menjadi pemain cadangan, maka skill serta kemampuan mereka tidak berkembang karena kurangnya kepercayaan. Hal itu bisa menimbulkan rasa putus asa sehingga mereka tidak mengalami peningkatan dari hari ke hari. Ujung-ujungnya, seperti yang dikatakan Indra Sjafri tadi, salah satu yang mereka lakukan adalah mencari profesi lain.
“Mungkin ada sistem yang harus diperbaiki, tim-tim Liga 1 itu tidak bisa diatur yang main harus pemain U-19 kayak gitu tidak bisa, artinya di Liga 1 itu pemain-pemain yang berkualitas,” papar Indra lagi.
“Kalau pemainnya berkualitas, itu Marselino (Ferdinan) umur 17 udah main di Persebaya,” tutup mantan pelatih yang kini menjabat sebagai direktur teknik PSSI itu.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini:
Pergaulan tdk mendukung