NOBARTV NEWS – Marcelino Ferdinan menjadi salah satu wonderkid terbaik di Indonesia saat ini. Evan Dimas, selaku seniornya memberikan nasehat kepadanya agar menerima kesempatan bermain di luar negeri jika ia mendapatkan tawaran. Evan Dimas tidak ingin juniornya itu bernasib sama dengan dirinya.
Karir Evan Dimas bak turunan jalan. Dulu, ia sempat mendapat julukan Messi dari Indonesia. Namun sayang, karirnya sampai saat ini masih berada di liga Indonesia. Dengan begitu, julukan yang diberikannya terlalu besar dan tak dapat ia pikul sepenuhnya.
Publik Indonesia sempat tertegun dan berdecak kagum ketika Evan Dimas dkk berhasil mengalahkan Timnas Korea Selatan U-19 pada tahun 2014 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Dari pertandingan itu, banyak anak-anak muda termotivasi dan ingin menjadi sosok seperti dirinya. Sayang, pemain yang pernah merumput di Persebaya Surabaya itu tidak menunjukkan kenaikan kelas yang signifikan. Paling melekat, ia hanya mampu bermain di liga tetangga yaitu Selangor FA di Liga Malaysia. Salah satu pemain Korea Selatan yang dulu dipecundanginya justru meroket karirnya. Namanya Hwang Hee Can. Saat ini ia bermain di liga terbaik dunia yaitu Wolverhampton Wanderers di Liga Premier Inggris.
Evan Dimas sadar diri. Pemain Indonesia di masa mendatang harus bermain di kompetisi terbaik. Mendengar kata ‘kompetisi terbaik’, sudah pasti bukan liga lokal yang dimaksud. Tetapi harus keluar. Meninggalkan Liga 1 Indonesia.
Ia pun tak ingin para juniornya nanti mengikuti langkah yang diambilnya. Daripada menyesal seperti dirinya, lebih baik bermain di luar sana jika ada tawaran. Masalah gaji tidak apa-apa berkurang asalkan kualitas pemain bisa meningkat pesat. Jika pemain sudah abroad ke luar negeri, sudah pasti namanya akan selalu dipanggil membela Timnas Indonesia.
Melihat peningkatan karir dari Marcelino Ferdinan, Evan Dimas sebagai seniornya pun memberikan petuah. “Memang masuk di timnas Indonesia dengan usia muda itu tidak mudah, kami juga perlu adaptasi. Tapi saya lihat Marselino dan Ronaldo ini pemain yang sangat potensial. Marsel juga sering bicara sama saya, bertanya kok bisa main lama di timnas, Ronaldo Kwateh juga.” Ujarnya.
“Saya bilang, memang untuk mencapainya gampang, tapi untuk mempertahankannya tidak mudah. Yang penting kamu harus jaga mental, dan jangan seperti saya ketika muda. Penyesalan itu datang belakangan, kalau ada kesempatan untuk main di luar negeri, main di luar negeri.” Lanjutnya.
Semoga penyesalan Evan Dimas cukup menyandarkan pemain lainnya. Jangan sampai nasehatnya diabaikan begitu saja. Asnawi, Egy, Witan, adalah salah tiga dari sekian nama yang mengambil pelajaran dari cerita Evan. Semoga Marcelino mendengar, begitupun dengan Kwanteh dan semua pemain potensial Indonesia lainnya.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: