NOBARTVNEWS Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib – Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat, sepupu, sekaligus menantu Rasulullah SAW yang menjabat sebagai khalifah ke-4 setelah kepemimpinan Utsman bin Affan.
Banyak riwayat yang menjelaskan keutamaan beliau di sisi Nabi, salah satunya Beliau sebagai orang kedua yang menerima dakwah Islam setelah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad SAW.
Sejumlah riwayat menyebutkan, Ali bin Abi Thalib masuk Islam di usia delapan tahun. Uniknya, Beliau tidak meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya untuk masuk Islam di usianya yang masih belia.
Selain itu, sahabat Ali bin Abi Thalib dikenal orang yang cerdas, saking cerdasnya beliau bahkan disebut oleh Nabi sebagai gerbang Ilmu. Dalam satu hadits disebutkan,
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda:
ِأَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ ، وَعَلِيٌّ بَابُهَا ، فَمَنْ أََرَادَ الْعِلمِ فَلْيَأتِهِ مِنْ بَابِه
“Aku adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya, maka barang siapa yang menghendaki ilmu maka datangilah pintunya.”
Karena kecerdasan beliau, para sahabat dan orang-orang di sekitarnya saat mengalami kebuntuan tak jarang meminta pendapat dan nasihat Ali. Oleh karena itu, sikap bijaknya kerap jadi solusi dalam suatu permasalahan.
Ada kisah haru yang pernah dialami Ali. Kisah ini terjadi saat Ali belum menikah dengan Fatimah, putri Rasulullah. Yakni, kisah antara dua insan mulia, Ali dan Fatimah, yang saling memendam perasaan cinta.
1. Pertama kali Ali jatuh cinta kepada Fatimah
Sebagai seorang anak Nabi, Fatimah mendapat didikan penuh dari ayahanya, Rasulullah. Fatimah tumbuh menjadi perempuan cantik, cerdas, sederhana dan penuh kasih sayang.
Kecantikan Fatimah tidak hanya jasmaninya saja, kecantikan ruhaninya melewati batas-batas langit hingga langit ketujuh.
Sejak lama Ali menaruh hati pada Fatimah, perasaan itu muncul pertama kali saat melihat Fatimah dengan sigap membasuh dan mengobati luka ayahnya, Rasulullah SAW, terluka parah karena perang.
Namun, Ali tak pernah sakalipun mengumbar perasaannya melainkan menyimpannya dalam doa. Hingga beberapa kali perasaannya diuji saat mendengar kabar Fatimah akan dilamar oleh laki-laki lain.
2. Ali mendengar kabar Fatimah dilamar laki-laki lain
Walaupun dirinya istimewa di mata Rasulullah SAW, Ali masih merasa malu untuk melamar Fatimah, karena ia pemuda miskin yang belum mampu memiliki mahar untuk melamar.
Sampai terdengar kabar, ada laki-laki yang ingin melamar Fatimah. Laki-laki itu adalah Abu Bakar Ashiddiq, sahabat dekat sekaligus pendamping setia Nabi.
Mendengar kabar itu, spontan tersentak jiwa Ali. Muncul perasaan dimana ia merasa diuji. Siapalah dirinya dibanding Abu Bakar.
Dari segi finansial Abu Bakar merupakan seorang saudagar, tentu akan lebih membahagiakan Fatimah, dibanding dirinya yang hanya pemuda miskin dan dari keluarga miskin.
Begitulah barangkali yang ada dalam benak Ali.
Namun kenyataan justru berbeda. Kabar gembira datang saat Ali mengetahui lamaran Abu Bakar ditolak oleh Rasulullah SAW. Semangat Ali tak surut, ia merasa masih punya kesempatan di saat mengumpulkan modal untuk melamar Fatimah, putri kesayangan Rasulullah.
Setelah Abu Bakar ditolak, datanglah laki-laki lain yang ingin melamar Fatimah. Dia adalah Umar Bin Khattab, sahabat ke dua terbaik Rasulullah, lelaki pemberani dan gagah perkasa yang diberi gelar Al-Faruq, pemisah antara kebenaran dan kebatilan.
Ternyata ujian Ali belum berakhir. Saat mengetahui perempuan yang dicintainya akan dilamar. Ali hanya bisa ridha dan bahagia jika Fatimah menikah dengan Umar. Ia merasa Umarlah yang lebih pantas. Umarlah yang memiliki kedudukan lebih baik di sisi Rasulullah dibanding dirinya.
Namun ternyata lamaran Umar juga ditolak Nabi. Ditolaknya lamaran umar kali ini membuat Ali bingung. Muncul pertanyaan dalam benaknya, menantu seperti apa sebenarnya yang diinginkan Rasulullah.
Dalam riwayat lain juga dikisahkan, Abdurrahman Bin ‘Auf pernah melamar Fatimah dengan membawa 100 unta dan uang 10.000 dinar. Lamaran sebanyak itupun ditolak oleh Rasulullah SAW.
Kekhawatiran Ali belum berakhir. Ternyata perasaannya masih diuji saat mendengar kabar bahwa sahabat yang lainpun datang melamar Fatimah.
Bukan hanya Abu Bakar dan Umar, ternyata Utsman Bin Affan pun memberanikan diri melamar sang putri Rasulullah SAW.
Mendengar kabar tersebut, tentu Ali mengira mungkin Utsmanlah selama ini yang diinginkan Rasul untuk menjadi menantunya. Selain terkenal dermawan, dalam segi finansial Utsman sangat kaya raya. Ali menganggap, kontribusi Utsman di sisi Nabi lebih banyak ketimbang dirinya.
Namun lagi-lagi semua yang dipikirkan Ali salah. Tak disangka, ternyata Rasulullah juga menolak lamaran Utsman. Ali semakin bingung. Empat sahabat sudah memberanikan diri untuk melamar Fatimah, namun semua ditolak oleh Rasulullah SAW.
“Mengapa bukan engkau saja yang mencobanya kawan,” seru salah satu sahabat Ali.
“Mengapa engkau tak mencoba melamar Fatimah, aku punya firasat engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.”
“Aku?” tanya Ali tak yakin. “Ya, engkau wahai saudaraku!”
“Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa aku andalkan?”
Kemudian sahabatnya memberi semangat, “Kami dibelakangmu, kawan!”
3. Ali Memberanikan diri melamar Fatimah
Akhirnya Ali memberanikan diri mengahadap Rasulullah untuk melamar Fatimah. Pada saat di hadapan Nabi, mulanya Ali hanya diam. Ia tidak mampu bicara apapun melihat wajah dan kewibawaan Nabi.
“Ali kamu datang ada apa dan untuk apa?” tanya Nabi. Ali hanya diam. Lidahnya seakan-akan berat mengucapkan sesuatu.
Melihat Ali terdiam, Rasul kembali bertanya, “Apakah kamu datang untuk melamar Fatimah?”
“Ya,” jawab Ali.
“Apakah kamu punya sesuatu untuk dijadikan maharnya?” tanya Rasul.
“Tidak ada,” jawab Ali.
Kemudian Rasulullah SAW berkata, “Bagaimana dengan tameng yang pernah saya berikan padamu?”
“Demi Allah, itu hanya huthomiyah, nilainya tidak mencapai dari 4 dirham,” kata Ali.
Dalam riwayat Ahmad dan Nasa’i disebutkan, berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, izinkan aku untuk menemui Fatimah” “Berikan mahar kepadanya,” jawab Nabi. “Aku tidak punya apapun,” jawabku. Lalu Nabi bertanya, “Mana tameng Huthamiyah milikmu?” “Ada di tempatku,” jawabku. “Berikan kepadanya!” perintah Nabi. (HR. Ahmad 603, Nasa’i 3388 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Kemudian Rasulullah menikahkan Ali dengan perisai al-huthomiyah itu sebagai maskawin.
Namun menurut satu riwayat menceritakan, bahwa Ali menjual perisai dan beberapa barang miliknya sehingga terjual 400 dirham. Riwayat lain menyebutkan ada 480 dirham.
Ada percakapan romantis setelah Ali Menikah dengan Fatimah. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasa jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya,” ucap Fatimah.
Mendengar ucapan tersebut, Ali pun bertanya, “Mengapa Fatimah tak mau menikah dengannya, dan apakah ia menyesal menikah dengan Ali?”
Sambil tersenyum Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.”
Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai dua orang anak yaitu Hasan dan Husain. Walaupun keduanya hidup serba kekurangan, ternyata Ali dan Fatimah mampu menghadapi semuanya dengan bahagia. Fatimah menjadi seorang istri yang tulus dan setia, begitu juga dengan Ali yang bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga.
Baca Juga Al-Qur’an Ungkap Proses Terjadinya Hujan
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: