Timur Tengah

Pil OxyContin Palsu Mengandung Zat Mematikan dalam Bantuan Tepung Gaza

Pil Opioid Mirip OxyContin 80 mg Ditemukan dalam Karung Tepung Badan Kemanusiaan Israel-Amerika



NOBARTV NEWSOtoritas Palestina di Jalur Gaza tengah melakukan investigasi terhadap penemuan sejumlah pil berwarna hijau berlabel OxyContin 80 mg yang ditemukan tersembunyi di dalam karung bantuan tepung. Bantuan tersebut merupakan bagian dari program Kemanusiaan yang disalurkan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga distribusi yang beroperasi di bawah koordinasi logistik bersama antara Israel dan Amerika Serikat.

Penemuan yang dilakukan oleh warga sipil pada pekan lalu ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena jenis obat yang ditemukan termasuk dalam kategori opioid kuat yang sangat diawasi di seluruh dunia. OxyContin sendiri merupakan merek dagang dari obat pelepasan lambat yang mengandung Oxycodone, opioid sintetis yang biasa digunakan untuk mengobati nyeri berat. Obat ini sangat ketat pengaturannya karena memiliki potensi adiksi dan overdosis yang tinggi.

Menurut pernyataan dari Komite Anti-Narkotika Gaza, hasil Pemeriksaan visual terhadap pil-pil tersebut menunjukkan bahwa produk tersebut sangat mirip dengan OxyContin, baik dari segi bentuk, warna, hingga cap bertuliskan “80”. Meski demikian, otoritas medis Lokal mencurigai bahwa pil tersebut bukanlah produk Farmasi resmi, melainkan tiruan yang mungkin mengandung zat sintetis lain yang lebih berbahaya.

Baca Juga:  Israel dan Suriah Segera Normalisasi Hubungan Diplomasi Kedua Negara

Pil OxyContin
Pil OxyContin dalam Karung Tepung Bantuan Kemanusiaan GHF (sc: x.com)

“Ini bukan sekadar insiden teknis. Kemungkinan besar kita sedang menghadapi upaya sistematis untuk merusak Kesehatan publik di Gaza melalui kontaminasi bantuan pangan,” kata Dr. Yasser Al-Khatib, juru bicara lembaga pengawasan narkotika di Gaza, kepada Middle East Eye. Ia menambahkan bahwa analisis laboratorium lebih lanjut tengah dilakukan untuk mengetahui kandungan pasti dari pil-pil tersebut.

Kecurigaan otoritas Gaza diperkuat oleh laporan resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret 2025 yang memperingatkan peredaran OxyContin 80 mg palsu di berbagai negara Eropa. WHO menyatakan bahwa pil-pil tersebut tidak mengandung oxycodone seperti aslinya, tetapi justru mengandung Nitazene—zat opioid sintetis generasi baru yang memiliki potensi mematikan jauh lebih besar dibandingkan fentanyl. Nitazene dapat menyebabkan henti napas dan Kematian hanya dalam dosis mikrogram, sehingga keberadaannya dalam bantuan pangan dianggap sebagai ancaman serius.

Dalam konteks Gaza, situasi ini menjadi semakin kompleks karena bantuan pangan yang tercemar tersebut disalurkan melalui jalur distribusi yang sangat terbatas dan sepenuhnya berada dalam pengawasan Militer Israel. Program distribusi yang dikendalikan GHF ini sebelumnya telah menuai kritik dari sejumlah lembaga kemanusiaan internasional, termasuk UNRWA dan Human Rights Watch, karena seringkali menimbulkan kerusuhan dan jatuhnya korban jiwa saat distribusi berlangsung.

Baca Juga:  Israel dan Suriah Segera Normalisasi Hubungan Diplomasi Kedua Negara

Pada 20 Juni lalu, sedikitnya 35 orang dilaporkan tewas dalam insiden saat berebut bantuan di Gaza Utara. Dalam kondisi demikian, penemuan pil berbahaya dalam paket tepung semakin memperkuat tuduhan bahwa bantuan yang seharusnya menyelamatkan justru bisa menjadi alat pelemah sistemik terhadap populasi sipil.

Hingga kini, baik pemerintah Israel maupun Amerika Serikat belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait temuan ini. Gaza Humanitarian Foundation sebagai lembaga pengirim bantuan juga belum memberikan Klarifikasi publik atas laporan yang beredar. Di sisi lain, WHO menyerukan agar investigasi menyeluruh segera dilakukan oleh lembaga forensik independen untuk memastikan bahwa jalur bantuan kemanusiaan tidak menjadi medium penyebaran zat adiktif yang mematikan.

Berbagai lembaga Hak Asasi Manusia internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, telah mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak dilakukan audit total terhadap bantuan logistik ke Gaza, serta peninjauan ulang terhadap peran GHF dalam rantai distribusi tersebut.

“Setiap penyalahgunaan bantuan pangan sebagai saluran masuk zat berbahaya harus diklasifikasikan sebagai pelanggaran serius terhadap Hukum internasional, dan bisa mengarah pada tuduhan kejahatan perang,” demikian pernyataan resmi Amnesty dalam Konferensi Pers di Jenewa, Kamis malam waktu setempat.

Baca Juga:  Israel dan Suriah Segera Normalisasi Hubungan Diplomasi Kedua Negara

Saat ini, sebagian besar karung bantuan dari batch yang sama telah ditarik dari peredaran oleh otoritas Gaza. Warga diminta untuk berhati-hati dan melaporkan segera jika menemukan kejanggalan pada bantuan kemanusiaan yang mereka terima.

Situasi ini kembali menegaskan pentingnya Transparansi, pengawasan internasional, dan perlindungan menyeluruh terhadap jalur distribusi bantuan kemanusiaan di kawasan Konflik. Gaza, yang telah menderita blokade dan kekurangan pangan selama lebih dari satu dekade, kini dihadapkan pada ancaman baru yang jauh lebih senyap—kemungkinan sabotase kesehatan publik melalui kontaminasi pangan berskala besar.


Ringkasan Kesimpulan Berita

AspekKeterangan
Jenis PilPil berlabel OxyContin 80 mg, mirip produk farmasi resmi
Zat Aktif yang SeharusnyaOxycodone (opioid sintetis untuk nyeri berat)
Dugaan Isi SebenarnyaNitazene, opioid sintetis ultra-kuat dan sangat berbahaya
Asal BantuanKarung tepung dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF), didukung AS dan Israel
Tempat PenemuanJalur Gaza, Palestina
Status ResmiInvestigasi forensik sedang berlangsung; WHO dan HRW menyerukan audit global
Ancaman KesehatanOverdosis fatal, Keracunan Makanan, sabotase bantuan kemanusiaan

News Thumbnail