NOBARTV NEWS – Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad Bin Salman (MBS), menyatakan bahwa perjanjian yang ditandatangani dengan Presiden AS Donald Trump selama kunjungan ke Arab Saudi pada Mei 2025 akan menghasilkan penciptaan 2 juta pekerjaan di Amerika Serikat.
Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah forum Investasi Saudi-AS yang digelar di Riyadh. “Ada yang mengatakan kunjungan Presiden AS ke Arab Saudi tidak berguna, tetapi perjanjian yang kami buat akan memungkinkan penciptaan 2 juta pekerjaan untuk orang Amerika, dan ini adalah sebuah karya besar di hadapan Tuhan,” ujar MBS dalam pidatonya.
Perjanjian tersebut, yang mencakup kesepakatan senilai hampir $142 miliar, merupakan bagian dari komitmen investasi sebesar $600 miliar yang diumumkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk proyek-proyek di AS. Kesepakatan ini tidak hanya mencakup sektor pertahanan, tetapi juga energi, Teknologi, dan Infrastruktur, yang diharapkan akan mendorong inovasi dan menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi di Amerika.
Namun, pernyataan MBS ini menuai berbagai reaksi di Media sosial. Beberapa pengguna X, seperti @LDelsoll, menyoroti bahwa penciptaan pekerjaan ini sebagian besar berbasis pada kontrak senjata, minyak, dan diamnya Arab Saudi terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia. “Dua juta pekerjaan yang dibangun atas dasar kontrak senjata, minyak, dan diam atas pelanggaran hak asasi manusia. Jika itu yang disebut ‘karya besar di hadapan Tuhan‘, maka seseorang sedang membaca kitab suci yang berbeda,” tulis @LDelsoll.
Sementara itu, @Ajini_ menambahkan kritik dengan mengatakan, “Pekerjaan seperti apa yang dimaksud? Membangun bom untuk Israel yang akan dijatuhkan ke anak-anak yatim dan warga Gaza yang kelaparan.” Komentar ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap prioritas Arab Saudi yang tampaknya lebih berfokus pada hubungan dengan AS daripada isu-isu Kemanusiaan, terutama di Palestina.
Analisis Kritis: Palestina yang Diabaikan
Pernyataan MBS tentang penciptaan pekerjaan di AS tidak dapat dipisahkan dari konteks hubungan Arab Saudi dengan Palestina, yang semakin kompleks.
Meskipun Arab Saudi secara historis menunjukkan simpati terhadap Palestina, hubungan ini sering kali dipertentangkan dengan kepentingan strategis Arab Saudi, terutama dengan AS dan Israel. Kritik tajam terhadap Arab Saudi muncul karena dianggap membantu Israel, baik melalui normalisasi hubungan maupun melalui kebijakan yang tidak mendukung Palestina secara substansial.
Situasi di Gaza, yang terus mengalami Krisis Kemanusiaan akibat Konflik berkepanjangan, tampaknya tidak menjadi prioritas utama dalam Pidato MBS. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah investasi besar-besaran ke AS benar-benar mencerminkan prioritas Arab Saudi, atau hanya bagian dari strategi Geopolitik untuk menjaga hubungan baik dengan AS demi Keamanan domestik dan regional.
Kritikus seperti @resistance7771, yang juga mengomentari tweet ini, menyoroti bahwa Arab Saudi justru membantu Erdogan dan Netanyahu dalam mengubah situasi di Suriah, yang berdampak pada etnis pembersihan di Gaza. “Kita harus memutus hubungan dengan pemimpin yang licik dan tidak bersyukur ini,” tulisnya.
Informasi dalam tweet ini didukung oleh sumber resmi, termasuk pernyataan dari Gedung Putih yang mengonfirmasi kesepakatan investasi senilai $600 miliar dan kontrak pertahanan senilai $142 miliar. Selain itu, pidato MBS yang diabadikan dalam video tersebut juga menegaskan fokus pada penciptaan pekerjaan di AS.
Namun, Reaksi Publik, terutama di media sosial, menunjukkan adanya ketimpangan persepsi antara manfaat Ekonomi yang disebutkan MBS dan dampak geopolitiknya, terutama terhadap Palestina.