NOBARTV NEWS Badai tropis yang dikenal sebagai Enteng di Filipina, atau secara internasional disebut Topan Yagi, telah menyebabkan dampak serius di negara tersebut.
Menurut pengumuman dari Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional (NDRRMC), badai ini telah mengakibatkan dua orang tewas dan menyebabkan pembatalan banyak penerbangan pada Senin.
Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional menyebutkan bahwa pihaknya saat ini sedang memverifikasi laporan mengenai dampak badai tersebut.
Dalam laporan awal, dikatakan bahwa 14 keluarga dari tiga desa telah terdampak oleh cuaca ekstrem yang dibawa oleh badai ini.
Badai Tropis Enteng juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan, termasuk runtuhnya dua bangunan di wilayah terdampak.
Selain kerusakan fisik, hujan deras yang disertai badai juga memicu tanah longsor di beberapa daerah. Situasi ini semakin memburuk dengan adanya pergerakan tanah yang menimbulkan risiko tambahan bagi warga setempat.
Banyak warga di daerah-daerah yang terpapar tanah longsor dan banjir harus mengungsi dari rumah mereka, meninggalkan properti dan barang-barang berharga mereka dalam kondisi yang sangat tidak pasti.
Badai Tropis Enteng juga telah memperkuat monsun barat daya, yang berimbas pada kehidupan sehari-hari di Filipina. Presiden Ferdinand Marcos Jr. telah mengeluarkan perintah untuk meliburkan kantor dan sekolah pada Selasa (3/9) sebagai langkah pencegahan. Dalam pernyataannya, Marcos mengungkapkan pentingnya membuat keputusan yang tepat terkait aktivitas sekolah dan perkantoran.
“Kami akan mencoba memberikan buletin secepat mungkin untuk kantor dan sekolah besok. Instruksi saya kepada mereka adalah, jika memungkinkan, sebelum kita tidur, kita sudah harus tahu apakah besok bisa masuk kantor atau sekolah atau tidak,” ujar Marcos.
Kondisi cuaca buruk juga berdampak signifikan pada operasional pelayaran di Filipina. Sebanyak 739 penumpang terdampar di berbagai pelabuhan akibat badai, dengan rincian 679 penumpang berada di pelabuhan Bicol dan 60 penumpang di pelabuhan Calabarzon.
Gangguan pada jadwal pelayaran disebabkan oleh kondisi laut yang membahayakan keselamatan pelayaran, memaksa banyak kapal dan perahu untuk menunda keberangkatan.
Selain itu, sebanyak 22 kapal, empat perahu motor, dan 282 kapal layanan kargo mengalami penundaan operasional.
Gangguan ini tidak hanya mempengaruhi perjalanan penumpang, tetapi juga menghambat distribusi barang dan layanan logistik di seluruh wilayah yang terdampak.
Dengan banyaknya kapal yang tidak dapat beroperasi, rantai pasokan barang menjadi terputus, menyebabkan kekhawatiran tambahan terkait ketersediaan barang-barang penting di pasar.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: