What's on Google Trends

Warga Jepang Rela Bayar “Ahli” Demi Berhenti Kerja? Alasannya karena Sulit Resign!



NOBARTV NEWS Banyak karyawan di Jepang rela membayar ahli untuk bisa mengundurkan diri dari pekerjaannya. Pekerja Jepang ingin resign dari perusahaan karena stres akibat tekanan pekerjaan. Beberapa di antaranya bahkan menghabiskan waktu 12 jam setiap hari untuk bekerja di kantor, diberitakan CNN, Sabtu (31/8/2024).

Kendati demikian, mengundurkan diri dari pekerjaan bukan perkara yang mudah dilakukan. Pekerja yang mengundurkan diri akan dinilai tidak hormat. Sebab, mereka secara tradisional hanya bekerja di satu perusahaan selama puluhan tahun hingga seumur hidup.

Perusahaan juga bisa menolak pengunduran diri karyawannya. Agar bisa mengundurkan diri, para pekerja melakukan berbagai cara, termasuk menyewa ahli untuk membantu proses tersebut.

Keluar dari Perusahaan Lewat “Ahli Resign

Pekerja Jepang yang takut atau malu untuk menyatakan keluar dari tempatnya bekerja dapat menyewa lembaga pengunduran diri atau taishoku daiko yang bernama Momuri. Industri ini bahkan sudah ada sebelum Covid-19.

Namun, popularitasnya meningkat usai pandemi. Sebab, para pekerja mulai merenungkan karier mereka setelah kerja dari rumah bertahun-tahun. Mamouri dalam bahasa Jepang berarti “saya tidak tahan lagi”.

Perusahaan yang buka sejak 2022 itu berlokasi di Minato, distrik tersibuk di Tokyo, Jepang. Lembaga ini membantu pekerja mengundurkan diri tanpa stres dan terlibat dalam negosiasi bersama perusahaan. Mereka juga memberikan rekomendasi pengacara jika timbul sengketa hukum.

Pekerja tinggal membayar biaya 22.000 yen (sekitar Rp 2,3 juta) atau 12.000 yen bagi karyawan paruh waktu (Rp 1,27 juta) untuk menggunakan jasa ahli. Layanan ini pun ternyata laris dan banyak diminati warga Jepang.

Manajer operasi Momuri, Shiori Kawamata mengatakan, mereka menerima 11.000 klien tahun lalu. Menurut Shiori Kawamata, banyak pekerja meminta bantuan Momuri karena tidak diizinkan keluar dari perusahaan dan surat pengunduran dirinya dirobek. Beberapa di antaranya bahkan mendapat pelecehan.

“Kadang-kadang kami menerima telepon dari orang-orang yang menangis, menanyakan apakah mereka dapat berhenti dari pekerjaan. Kami memberi tahu mereka itu tidak apa-apa, berhenti dari pekerjaan adalah hak buruh,” tambah Shiori Kawamata.

Menurut Shiori Kawamata, orang-orang yang meminta bantuan resign biasanya bekerja di bidang usaha kecil hingga menengah. Umumnya, mereka bekerja di industri makanan, bidang perawatan kesehatan, atau kesejahteraan.

Banyak Diminati Kaum Milenial Jepang

Ilustrasi Pekerja di Jepang
Ilustrasi Pekerja di Jepang. (SC: Freepik.com)

Sekitar 60 persen klien Momuri berusia 20-30 tahun dan 40 persen berusia di atas 40 tahun. Shiori Kawamata menyebutkan, banyak kliennya memutuskan keluar dari pekerjaan setelah masa libur panjang Golden Week yang jatuh pada 29 April-5 Mei setiap tahun.

“Selalu ada tren peningkatan jumlah permintaan menyusul Golden Week pada tahun-tahun sebelumnya, karena ini merupakan hari libur panjang pertama berturut-turut dalam tahun fiskal,” kata Shiori Kawamata, dikutip dari Japan Times (8/5/2024).

Shiori Kawamata menuturkan, para pekerja Jepang mengalami fenomena bernama Gogatsubyo setelah Golden Week. Fenomena itu terjadi saat warga Jepang merasa sedih dan demotivasi karena harus kembali beraktivitas setelah libur panjang.

Menurut Shiori Kawamata, banyak orang cenderung mengundurkan diri setelah Golden Week karena alasan psikologis. Sebab, mereka sempat punya waktu untuk istirahat dan memikirkan berbagai hal selama libur panjang.

Meski begitu, Shiori Kawamata menegaskan bahwa lembaganya tidak didirikan untuk mendukung orang-orang agar mudah mengundurkan diri dari pekerjaan kapan pun mereka mau.

“Kami ingin orang-orang menggunakan layanan pengunduran diri kami sebagai pilihan terakhir yang dapat mereka andalkan sebagai perlindungan sehingga mereka dapat terus maju (dalam kehidupan mereka),” terang Shiori Kawamata.

Sementara, Kepala Momuri, Shinji Tanimoto mengaku lembaganya pernah dituduh menjalankan praktik hukum tanpa lisensi, karena membantu pekerja keluar dari perusahaan.

Tahun lalu, seseorang yang mengaku sebagai asosiasi pengacara bahkan pernah menyelidiki lembaganya. Kondisi ini dinilai terjadi karena layanan Momuri berbeda dari pengacara biasa.

“Saya diberi tahu bahwa jika saya kedapatan melanggar peraturan tertentu, saya akan diberi tahu. Tetapi, setelah itu tidak terjadi apa-apa. Jadi, saya masih bekerja,” tegas Shinji Tanimoto, dilansir dari Japan Today (11/7/2024).

Shinji Tanimoto memastikan, lembaganya berdiri dan bertugas hanya untuk memperbaiki lingkungan yang menyebabkan seorang pekerja berhenti dari pekerjaannya.

Demikian rangkuman info menarik dalam artikel berita berjudul Warga Jepang Rela Bayar “Ahli” Demi Berhenti Kerja? Alasannya karena Sulit Resign! yang telah tim penulis NOBARTV NEWS ( ) sarikan dari berbagai sumber terpercaya.

Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: