NOBARTV NEWS Leptospirosis, sebuah infeksi bakteri yang mengancam kesehatan masyarakat global, kini menjadi perhatian utama di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyerang hewan dan manusia, menular melalui kontak dengan air, tanah, atau tanaman yang terkontaminasi urin hewan penderita terutama tikus.
Dalam kondisi tertentu, seperti lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya, bakteri ini dapat bertahan hidup hingga satu bulan di air tawar. Namun, ia akan cepat mati di air laut, selokan, atau urin yang tidak diencerkan.
Mengapa Leptospirosis Merupakan Ancaman Serius?
Leptospirosis menonjol sebagai ancaman kesehatan serius karena kemampuannya untuk menyebar melalui berbagai media dan dapat menyebabkan komplikasi fatal. Dengan masa inkubasi antara 4 hingga 19 hari, penyakit ini seringkali menipu dengan gejala awal yang mirip dengan infeksi umum, seperti demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot.
Namun, jika tidak diobati, Leptospirosis dapat berkembang menjadi kondisi yang jauh lebih berbahaya.
Gejala yang Tidak Boleh Diremehkan
Pada stadium pertama, penderita mungkin mengalami demam tinggi, menggigil, sakit kepala, dan malaise. Gejala ini sering disertai dengan konjungtivitis, atau radang mata, yang menyebabkan kemerahan tanpa eksudat serous. Pada tahap ini, nyeri otot, terutama di betis dan punggung, juga umum terjadi. Gejala-gejala ini biasanya muncul dalam rentang waktu 4 hingga 9 hari setelah infeksi.
Memasuki stadium kedua, tubuh mulai memproduksi antibodi melawan bakteri, namun gejala yang muncul bisa lebih beragam dan serius. Pada tahap ini, infeksi dapat menimbulkan meningitis dan komplikasi lainnya.
Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, stadium kedua bisa berakibat fatal, dengan komplikasi seperti kegagalan hati dan ginjal, gangguan jantung, dan gangguan pernapasan.
Komplikasi Mematikan dari Leptospirosis
Komplikasi dari Leptospirosis tidak bisa dianggap sepele. Infeksi ini dapat menyebabkan kekuningan pada hati, gagal ginjal, serta gangguan jantung yang berpotensi fatal. Selain itu, paru-paru bisa terkena dampak, dengan gejala seperti batuk darah dan sesak napas.
Dalam kasus ekstrem, infeksi ini dapat menyebabkan perdarahan internal di berbagai organ tubuh dan mempengaruhi hasil kehamilan, seperti keguguran atau cacat lahir.
Pencegahan Leptospirosis membutuhkan pendekatan multifaset. Masyarakat harus menjaga kebersihan lingkungan dengan menyimpan makanan dan minuman dengan aman dari kemungkinan kontaminasi tikus.
Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah beraktivitas di area yang mungkin terkontaminasi sangat penting. Pekerja di sektor berisiko tinggi, seperti petani atau petugas kebersihan, harus dilindungi dengan perlengkapan pelindung seperti sepatu bot dan sarung tangan.
Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan dengan menyediakan tempat sampah tertutup, membersihkan kolam renang, dan menghindari kehadiran tikus dalam bangunan adalah langkah-langkah preventif yang harus dilakukan. Desinfeksi tempat yang terkontaminasi dan peningkatan penangkapan tikus juga harus dilakukan secara rutin.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: