NOBARTV NEWS Olimpiade Paris 2024 menyuguhkan kejutan besar bagi Indonesia dengan dua medali emas yang diraih dalam cabang olahraga yang sebelumnya belum pernah membawa pulang medali emas di panggung Olimpiade.
Medali emas pertama diperoleh oleh Veddriq Leonardo dalam nomor speed panjat tebing, sementara medali emas kedua disumbangkan oleh Rizki Juniansyah dalam cabang angkat besi kelas 73 kilogram putra. Pencapaian ini merupakan sebuah terobosan besar bagi Indonesia, terutama mengingat sejarah panjang dan tradisi olahraga yang kuat di negara ini.
Veddriq Leonardo mengukir sejarah dalam cabang panjat tebing, sebuah olahraga yang relatif baru bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Keberhasilannya meraih medali emas bukan hanya membanggakan dirinya sendiri, tetapi juga menjadi simbol harapan dan kebanggaan baru bagi olahraga panjat tebing di Indonesia.
Leonardo menunjukkan keterampilan dan ketangguhan yang luar biasa, mengalahkan lawan-lawannya dengan kecepatan dan teknik yang menakjubkan.
Sementara itu, Rizki Juniansyah juga mencatatkan sejarah dengan medali emas yang diraihnya dalam cabang angkat besi kelas 73 kilogram putra. Prestasi Juniansyah ini merupakan buah dari kerja keras dan dedikasi yang tinggi dalam latihan dan persiapan.
Medali emas yang diraihnya bukan hanya meningkatkan reputasi angkat besi Indonesia di dunia internasional, tetapi juga memberikan dorongan semangat bagi atlet-atlet muda di tanah air untuk terus mengejar impian mereka.
Namun, di tengah euforia dan kebanggaan atas pencapaian tersebut, terdapat kenangan haru yang mendalam dari salah satu ikon bulu tangkis Indonesia, Greysia Polii. Greysia Polii, yang sebelumnya meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020, mengenang masa-masa sulit ketika dirinya didiskualifikasi dari Olimpiade London 2012.
Pengalaman pahit ini meninggalkan bekas yang mendalam bagi Greysia dan menjadi motivasi tersendiri dalam perjalanan kariernya.
Pada tahun 2012, bulu tangkis Indonesia menghadapi ancaman serius ketika Greysia Polii didiskualifikasi dari Olimpiade London. Momen tersebut menjadi titik balik yang menyisakan kesedihan mendalam bagi seluruh atlet dan penggemar olahraga di tanah air.
Greysia, yang merasa ditinggalkan dan tersisih, harus menghadapi kenyataan bahwa bulu tangkis terancam tidak tampil di Olimpiade mendatang. Ancaman tersebut meninggalkan kekhawatiran besar tentang masa depan bulu tangkis sebagai cabang olahraga unggulan Indonesia.
“Pada 2012 setelah aku didiskualifikasi dari Olimpiade London. Bapak Erick Thohir dan Bapak almarhum Djoko Santoso (Ketua Umum PBSI) menemuiku dan berkata, Greys, kalau kita melawan peraturan IOC sekarang, bulu tangkis akan terancam tidak akan dipertandingkan pada Olimpiade-olimpiade berikutnya. Kalau sampai bulu tangkis ditiadakan, Indonesia mau berharap dari cabang olah raga mana lagi di Olimpiade?’, ” ungkap Greysia Polii dengan penuh emosi.
Dalam sebuah unggahan di platform X pada Jumat (9/8/2024), Greysia Polii mengenang kembali peristiwa tersebut dengan penuh emosi. Ia mengungkapkan rasa harunya saat berbicara tentang bagaimana Bapak Erick Thohir dan almarhum Bapak Djoko Santoso, Ketua Umum PBSI saat itu, menemuinya dan memberikan dukungan.
“Dalam hati dengan perasaan yang masih tidak terima dan juga masih mikirin logika, aku bertanya kepada diri sendiri. ‘Jadi, aku yang dikorbankan? Sebagai bangsa yang besar, masa hanya bulu tangkis yang mampu sumbang medali emas? Enggak bisa, enggak bisa kayak gini terus’,” ungkap Greysia Polii.
Sementara itu, Greysia juga menambahkan bagaimana momen tersebut meninggalkan bekas mendalam dalam hatinya. Ia merasa sangat sakit hati dan sedih karena situasi yang harus dihadapinya.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: