NOBARTV NEWS Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Jalur Gaza, telah mengumumkan penunjukan Yahya Sinwar sebagai pemimpin politik barunya. Pengumuman ini datang setelah pendahulu Sinwar, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan di Teheran beberapa hari yang lalu.
Sinwar, yang dikenal sebagai salah satu militan paling dicari di Israel, kini diharapkan akan memimpin gerakan tersebut dalam situasi yang semakin tegang.
Dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis hari ini, Hamas mengumumkan bahwa Sinwar telah terpilih sebagai kepala biro politik kelompok tersebut.
“Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan pemilihan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut,” ujar pernyataan tersebut.
Beberapa menit setelah pengumuman tersebut, Brigade Ezzedine Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, melancarkan serangan roket dari Jalur Gaza ke Israel. Serangan ini adalah respons langsung terhadap penunjukan Sinwar dan merupakan bagian dari peningkatan ketegangan yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
Militer Israel melaporkan bahwa beberapa roket berhasil ditembakan oleh sistem pertahanan Iron Dome, namun beberapa di antaranya berhasil mendarat dan menyebabkan kerusakan di wilayah pemukiman.
Ismail Haniyeh, yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin politik Hamas, terbunuh dalam serangan yang dilancarkan di Teheran pada awal minggu ini.
Iran dan Hamas secara terbuka menuduh Israel sebagai pelaku di balik pembunuhan Haniyeh, meskipun Israel menolak untuk memberikan komentar mengenai insiden tersebut. Serangan terhadap Haniyeh dan penunjukan Sinwar sebagai penggantinya menambah ketegangan yang sudah memuncak antara Hamas dan Israel.
Pejabat senior Hamas mengungkapkan kepada AFP bahwa penunjukan Sinwar mengirimkan pesan yang jelas kepada Israel.
“Dengan memilih Sinwar, kami mengirimkan pesan yang kuat bahwa Hamas akan terus melanjutkan jalur perjuangan dan perlawanan terhadap musuh kami,” kata pejabat tersebut yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Sinwar, yang dikenal sebagai tokoh utama dalam struktur kepemimpinan Hamas, memiliki latar belakang sebagai mantan tahanan Israel. Dia pertama kali ditahan pada tahun 1988 dan menjalani hukuman penjara selama lebih dari 20 tahun sebelum dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada tahun 2011.
Sinwar dikenal sebagai salah satu perancang utama strategi militer Hamas dan memiliki pengaruh besar dalam operasi-operasi militer kelompok tersebut.
Sementara itu, serangan roket yang dilancarkan oleh Brigade Ezzedine Al-Qassam pada hari ini merupakan bagian dari respons terhadap situasi yang semakin memanas. Serangan tersebut melibatkan rentetan roket yang ditembakkan ke berbagai wilayah di Israel, menambah beban keamanan yang sudah berat di wilayah tersebut.
Militer Israel menyebutkan bahwa beberapa roket berhasil dihadang oleh sistem pertahanan Iron Dome, tetapi tetap menyebabkan ketegangan dan kepanikan di wilayah pemukiman.
Serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023 lalu, yang diklaim oleh Hamas sebagai balasan atas tindakan agresif Israel, telah menimbulkan korban jiwa yang cukup besar.
Menurut penghitungan AFP yang didasarkan pada angka resmi dari pihak Israel, serangan tersebut menyebabkan kematian 1.198 orang, mayoritas di antaranya adalah warga sipil. Angka ini menunjukkan dampak yang signifikan dari konflik yang terus berlangsung dan menambah kompleksitas situasi di kawasan tersebut.
Dalam konteks lebih luas, penunjukan Sinwar dan serangan roket yang terjadi hari ini menggambarkan dinamika konflik yang terus berkembang antara Hamas dan Israel.
Dengan Sinwar sebagai pemimpin baru, Hamas tampaknya berkomitmen untuk melanjutkan strategi perjuangan bersenjata mereka dan menanggapi situasi dengan langkah-langkah yang lebih agresif. Sementara itu, Israel terus menghadapi tantangan besar dalam menjaga keamanan dan stabilitas di wilayah yang dilanda konflik ini.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: