NOBARTV.CO.ID Pattynama singgung soal naturalisasi, Pemain Timnas Indonesia Shayne Pattynama buka suara soal perbedaan pandangan yang diberikan kepada para pemain keturunan dan pemain lokal.
Sampai saat ini, sebutan khusus untuk pemain keturunan dengan ucapan “naturalisasi” masih terus menjadi perbincangan banyak orang. Tak cuma sekadar sebutan saja, namun keberadaan mereka kadangkala dianggap tak baik oleh sebagian penikmat sepakbola Indonesia. Biasanya, orang yang tak suka dengan kehadiran pemain naturalisasi tersebut beriringan dengan rasa ketidaksukaan dengan pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong.
Padahal, tak bisa dipungkiri, dengan kehadiran pemain naturalisasi ini, skuad Garuda mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dengan hadirnya Jordi Amat dkk, Timnas Indonesia untuk pertama kalinya lolos ke babak 16 besar Piala Asia. Tak cuma itu saja, skuad Garuda muda yang juga diperkuat oleh beberapa pemain naturalisasi tersebut tembus hingga babak semifinal Piala Asia U23 2024. Padahal, sekadar diketahui, Piala Asia U23 2024 merupakan even pertama yang diikuti mereka. Namun di laga debutnya dalam ajang tersebut, mereka mampu lolos ke babak tersebut (semifinal).
Tapi sayangnya, seperti yang dikemukakan tadi, beberapa kalangan kerap memandang mereka sebelah mata. Mereka tak dianggap, bahkan seolah-olah mereka itu berbeda dengan pemain lokal. Begitupun dengan peran media. Media kerap memanggil Shayne Pattynama dkk dengan sebutan pemain ‘naturalisasi’ atau terkadang dengan nama lain ‘keturunan.’
Padahal, seyogianya adalah ketika mereka sudah menjadi bagian dari WNI, maka kata-kata seperti itu tidak usah digunakan lagi. Atas dasar itulah, salah satu punggawa Timnas Indonesia Shayne Pattynama angkat suara. Dalam wawancara terbarunya, pemain yang merumput bersama KAS Eupen di Liga Belgia ini menyoroti label ‘naturalisasi’ yang diberikan kepada dirinya dan juga rekan-rekannya.
“Sejujurnya ketika mereka bilang ini budaya yang berbeda, tapi bagiku ketika saya datang ke negara ini (Indonesia), saya merasa sudah mengenal mereka,” ujar Pattynama.
“Ini budaya yang sama bagiku, hanya berbeda bahasanya. Tentu kita harus mengenal satu samai lain, setiap orang berbeda-beda. Jadi cukup mudah bagiku (adaptasi). Mereka membantuku, mereka mau bicara denganku,” kata Shayne menambahkan.
“Kadang saya membaca dan orang-orang mengatakan saya berbeda dengan yang lain. Tapi aku tidak merasa berbeda,” jelasnya lagi.
“Karena saya dibesarkan dengan nilai budaya Indonesia, dengan makanan yang sama sejak masih kecil. Keluarga saya masih tinggal di Semarang.”
“Jadi saya hanya tidak bisa bahasanya dan sekarang sedang belajar. Orang menganggap saya hanya ‘orang asing’, tapi saya bukan pemain asing. Saya Pattynama, saya orang Indonesia. Saya bukan orang asing,” pungkasnya.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: