NOBARTV NEWS Perseteruan antara sejumlah elite PBNU dan PKB akhir-akhir ini mengingatkan kita kembali pada konflik internal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dulu yang melibatkan Gus Dur dan keponakannya Cak Imin. Kala itu PKB menjadi rebutan 2 pihak, Gus Dur dan Cak Imin yang sejatinya punya hubungan keluarga dan sama-sama berasal dari Nahdlatul Ulama (NU).
Seperti apa sejarah perpecahan tersebut? Mengapa hingga sekarang kekuasaan Cak Imin di PKB tak tergantikan? Simak penjelasan singkatnya berikut ini!
Sejarah Kelahiran PKB
PKB sejatinya merupakan partai yang lahir pasca reformasi 1998. Persis satu hari pasca lengsernya orde baru yang ditandai dengan pengunduran diri Soeharto dari kursi presiden, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapatkan berbagai usulan dari nahdliyin se-Indonesia.
Usulan tersebut berisi keinginan warga NU untuk memiliki partai politik (parpol) yang mewadahi aspirasi kaum nahdliyin. Akhirnya pada 3 Juni 1998 PBNU membentuk Tim Lima yang beranggotakan KH. Ma’ruf Amin sebagai ketua, KH M. Dawam Anwar, KH Said Aqil Siradj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja sebagai anggota. Tim ini bertugas untuk mempersiapkan pendirian parpol yang akan mewadahi aspirasi warga nahdliyin.
Dilansir dari tirto.id, beberapa hari kemudian dibentuk Tim Asistensi yang bertugas membentuk Tim Lima dalam menginventarisasi dan merangkum usulan pembentukan parpol baru sesuai aspirasi warga NU. Muhaimin Iskandar menjadi salah satu anggota Tim Asistensi ini.
Pada akhirnya di tanggal 23 Juni 1998, PKB resmi terbentuk untuk menampung aspirasi warga NU pada khususnya, dan umat Islam serta rakyat Indonesia pada umumnya.
Deklarasi pendirian PKB berlangsung di kediaman Ketua Umum PBNU saat itu, Gus Dur. Turut hadir pada saat itu sejumlah tokoh NU di antaranya KH Ilyas Rukhiat, KH Munasir Ali, KH Mustofa Bisri, KH Muchit Muzadi, dan sejumlah tokoh yang lain.
Konflik 1: Gus Dur vs Matori Abdul Jalil
Matori Abdul Jalil terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) PKB pertama. Ia berhasil membawa PKB menempati urutan ketiga pada Pemilu 1999 di bawah PDIP dan Partai Golkar. Keberhasilan itu tak terlepas dari restu PBNU dan seluruh warga NU ketika itu.
Pada 2001 Dewan Syuro PKB memecat secara sepihak Matori sebagai Ketua Umum dan mengangkat Alwi Shihab sebagai gantinya. Hal ini lantaran kehadiran Matori dalam sidang MPR 2001 dengan agenda pelengseran Gus Dur dari kursi presiden.
Inilah konflik internal pertama dalam tubuh PKB sejak berdirinya.
Konflik 2: Gus Dur vs Cak Imin
Dalam Muktamar PKB tahun 2005 yang bertempat di Semarang Muhaimin Iskandar terpilih sebagai Ketua Umum PKB. Gus Dur selanjutnya didapuk sebagai Ketua Dewan Syuro PKB. Keduanya adalah paman dan keponakan.
Menjelang Pemilu 2009 PKB kembali diterpa konflik internal. Cak Imin dipecat dari jabatannya sebagai Ketum PKB lantaran dianggap melakukan manuver dengan “bermain-main ke istana”. Cak Imin kala itu mendekat ke pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Cak Imin dan pendukungnya tidak terima. Mereka mengajukan gugatan terhadap Gus Dur ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Untuk menyelesaikan konflik tersebut muncul wacana untuk menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (MLB).
Akhirnya diselenggarakan Muktamar Luar Biasa PKB. Sayangnya kubu Gus Dur dan Cak Imin melakukan MLB sendiri-sendiri. Kubu Gus Dur menyelenggarakan MLB di Parung (Bogor) pada 30 April – 1 Mei 2008. Sedangkan Cak Imin di Hotel Mercure Ancol sehari setelahnya.
MLB Ancol menghasilkan beberapa keputusan di antaranya menetapkan kembali Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB dan memberhentikan Yenny Wahid, putri Gus Dur, yang kala itu menjabat Sekretaris Jenderal (sekjen). Lukman Edy ditunjuk sebagai Sekjen yang baru.
Pemerintah pada akhirnya mengakui PKB versi Cak Imin lah yang sah dan diakui oleh negara. Sejak saat itu Gus Dur mulai menepi dari dunia politik dan Cak Imin langgeng sebagai pemimpin tertinggi PKB hingga saat ini.