NOBARTV NEWS Sejumlah bank di Indonesia mulai mengurangi jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mereka, sebuah langkah yang menarik perhatian banyak pihak.
Hal ini terungkap dalam Laporan Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia hanya tersisa 115.539 unit pada triwulan IV-2023.
Angka ini menunjukkan penurunan signifikan sebanyak 4.676 unit dibandingkan periode sebelumnya.
Namun yang menarik perhatian lebih adalah penurunan jumlah terminal perbankan elektronik, seperti ATM, Cash Deposit Machine (CDM), dan Cash Recycling Machine (CRM). Jumlah unit terminal ini menyusut dari 92.829 menjadi 91.412 unit dalam setahun terakhir.
Penyebabnya Bank Tutup ATM di RI
Arianto Muditomo, seorang pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, memberikan pandangan yang menarik terkait fenomena ini.
Dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada Minggu (9/6/2024), Arianto menjelaskan bahwa tren penurunan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain.
Ia menyebutkan bahwa peralihan transaksi ke layanan digital seperti mobile banking dan aplikasi perbankan menjadi salah satu faktor utama.
Arianto menjelaskan bahwa perkembangan teknologi dan kebiasaan masyarakat yang semakin bergantung pada perangkat mobile telah mengubah lanskap perbankan.
Nasabah kini lebih memilih menggunakan layanan perbankan yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja melalui ponsel mereka, tambahnya.
Selain itu, dari sudut pandang bank, biaya investasi dan perawatan mesin ATM yang cukup tinggi juga menjadi pertimbangan penting.
Mengoperasikan dan merawat mesin ATM memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dengan semakin tingginya adopsi layanan digital, bank lebih memilih mengalokasikan sumber daya mereka untuk mengembangkan dan memperkuat layanan digital tersebut, jelas Arianto.
Dari perspektif nasabah, kebiasaan menggunakan layanan digital juga terus berkembang. Banyak nasabah kini lebih nyaman dan merasa aman menggunakan mobile banking untuk berbagai transaksi keuangan mereka.
Mulai dari transfer dana, pembayaran tagihan, hingga pembelian produk keuangan, semua bisa dilakukan dengan mudah melalui aplikasi perbankan.
Meskipun demikian, Arianto menekankan bahwa ATM tetap memegang peranan penting, terutama bagi masyarakat di daerah yang belum memiliki akses internet yang memadai.
ATM masih menjadi layanan vital bagi nasabah di daerah terpencil. Oleh karena itu, bank perlu memastikan bahwa layanan ini tetap tersedia dan dapat diakses dengan mudah, tegasnya.
Lebih lanjut, Arianto mengingatkan bahwa meskipun ada penurunan jumlah ATM, bank harus tetap berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan nasabah di era digital ini.
Pada akhirnya, akan ada keseimbangan baru antara penggunaan layanan digital, ATM, dan cabang fisik. Bank harus menemukan strategi yang tepat untuk melayani semua segmen nasabah, ujarnya.
Melihat fenomena ini, jelas bahwa perubahan dalam dunia perbankan tidak bisa dihindari. Perkembangan teknologi dan perubahan kebiasaan masyarakat mendorong bank untuk terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.
Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun teknologi terus berkembang, kebutuhan dasar nasabah akan akses yang mudah dan aman tetap menjadi prioritas utama.
Berbeda dengan BCA
Di tengah tren penurunan jumlah ATM ini, Bank Central Asia (BCA) justru tampil sebagai pengecualian.
Bank swasta terbesar di Indonesia ini mencatat peningkatan jumlah ATM dari 18.348 unit menjadi 19.055 unit per Maret 2024.
Selain itu, BCA juga mempertahankan 1.258 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menjelaskan bahwa banyaknya jaringan kantor dan ATM tersebut bertujuan untuk melayani lebih dari 38 juta rekening nasabah dan memproses sekitar 90 juta transaksi setiap harinya.
Hera menambahkan bahwa BCA memproyeksikan penggunaan mesin ATM akan terus tumbuh seiring dengan prospek perekonomian Indonesia yang positif dan meningkatnya aktivitas transaksi masyarakat.
Maka demikian, BCA senantiasa melakukan investasi berkesinambungan untuk memperkuat ekosistem hybrid banking yang mencakup kanal mobile dan internet banking, point of sales, kantor cabang, ATM, hingga contact center, jelasnya.
Dalam upaya memperkuat layanan ATM, BCA juga berinvestasi dalam teknologi transaksi tanpa kartu.
Hera menyebutkan bahwa investasi strategis untuk ATM dilakukan melalui penyediaan fitur setor dan tarik tunai tanpa kartu (cardless) di BCA mobile serta myBCA.
Dengan langkah-langkah ini, BCA menunjukkan komitmennya untuk terus berinovasi dan memenuhi kebutuhan nasabah di era digital, sambil tetap mempertahankan layanan tradisional yang masih relevan dan diperlukan oleh masyarakat.*