NOBARTV NEWS – Pihak Arema FC seolah sudah kewalahan dengan nasib klubnya sendiri. Terbaru, mereka didemo Aremania. Demo tersebut berakhir dengan ricuh. Manajemen berencana untuk membubarkan tim – namun sayang, banyak sekali hukuman yang akan mereka terima andai hal itu terjadi.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu, salah satu petinggi Arema FC Tatang Dwi Yulianto melakukan sebuah konferensi pers. Konferensi pers yang dirilis lewat laman resmi Arema itu menunjukkan sinyal bahwa manajemen akan membubarkan tim. Kata pihak Arema, mereka sudah melakukan segala upaya usai Tragedi Kanjuruhan yang mengakibatkan ratusan jiwa melayang.
Dari memberikan trauma healing, membuat crisis center, hingga terlibat aktif dalam penanganan hukum dalam Tragedi Kanjuruhan tersebut. Akan tetapi, hal yang dilakukan manajemen dianggap belum maksimal. Hingga akhirnya mereka mendapatkan kecaman dari suporter mereka – bahkan oleh suporter lain di Indonesia.
“Kami sangat memahami suasana duka yang berkepanjangan, kami akan terus berusaha dan berupaya agar situasi ini kembali normal,” jelas Tatang usai ricuh di Kantor Arema Minggu kemarin.
Tatang selaku salah satu petinggi Arema pun memberi sinyal pihaknya akan membubarkan tim jika suasa tidak kondusif lagi.
“Tentu kami merespon atas insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya seperti apa. Jika sebelumnya kita memikirkan banyak masyarakat Malang yang hidup dari sepakbola utamanya Arema FC, seperti UMKM, pedagang kaki lima sampai usaha kecil lainnya. Tapi jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusifitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa tapi kami tetap menyerahkan kepada banyak pihak,” tambahnya.
Namun perlu diketahui adalah jika Arema dibubarkan, maka manajemen dan seluruh petinggi klub akan mendapatkan hukuman yang cukup berat. Jadi, dibubarkannya tim tidak akan membuat manajemen terhindar dari masalah lama – bahkan telah dinanti oleh masalah baru lainnya.
Dilansir dari GOAL Indonesia, dalam pasal 7 regulasi Liga 1 2022/23 terdapat tujuh poin yang akan dikenakan bagi tim yang mundur di tengah kompetisi. Apa saja? Berikut ulasannya!
- Seluruh hasil pertandingan yang telah dijalankan oleh klub yang mengundurkan diri dibatalkan dan dinyatakan tidak sah. Seluruh poin dan gol yang diraih dalam pertandingan-pertandingan tersebut, baik oleh klub tersebut dan klub lawan, tidak akan dihitung dalam hal menentukan klasemen akhir dan dihilangkan dari klasemen Liga 1.
Seluruh pertandingan terjadwal dari klub yang mengundurkan diri akan dibatalkan.
Klub yang mengundurkan diri harus membayar biaya kompensasi terhadap kerugian yang timbul dan dialami oleh klub lainnya, PSSI, LIB, sponsor, televisi dan pihak terkait lainnya. Nilai kompensasi akan ditetapkan oleh LIB.
Diskualifikasi terhadap klub yang mengundurkan diri dari Liga 1 di 2 musim berikutnya dan hanya dapat bermain di kompetisi yang akan ditentukan oleh PSSI.
Klub yang mengundurkan diri dihukum denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah) apabila mengundurkan diri pada putaran 1 (pekan pertandingan ke-1 hingga ke-17) dan sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) apabila mengundurkan diri pada putaran 2 (pekan pertandingan ke-18 hingga ke-34).
Klub yang mengundurkan diri dapat dilaporkan ke Komite Disiplin PSSI untuk mendapatkan sanksi tambahan.
Klub yang mengundurkan diri harus mengembalikan seluruh kontribusi yang telah diterima yang terkait penyelenggaraan Liga 1.
Melihat banyaknya hukuman yang berpotensi jatuh kepada Arema (andai benar-benar bubar), maka tentu pihak manajemen harus berpikir ulang. Karena nilai materi yang akan dikeluarkan tidaklah sedikit. Selain itu, mereka juga harus berjuang sedari awal untuk membentuk tim lagi.
Jgn sampai mundur
Jangan mundur lagian liganya tidak ada degradasi
Jangan musim ini tapi musim depan
Ya itu akan mempengaruhi jadwal liga yg sudah diatur
Selalu bikin susah
Musim ini jangan sampai mundur, musim depan pun kalau bisa jangan juga , lebih baik hukum degradasi saja ke liga 2 atau 3.