BRI Liga 1Timnas Indonesia

3 Sisi Buruk Dihentikannya BRI Liga 1 Bagi Timnas Indonesia

TOPIK BERITA :


NOBARTV NEWS – Satu bulan sudah kompetisi termasuk Liga 2 beserta Liga 3 dihentikan. Beberapa tim bertahan di tengah ketiadaan kompetisi. Beberapa tim lainnya terpaksa membubarkan skuadnya karena tak sanggup membiayai kebutuhan tim setiap harinya. Namun ternyata, efek mandeknya kompetisi bukan sekadar dirasakan oleh klub saja melainkan juga berefek pada .

Diketahui, sejak Tragedi Kanjuruhan yang membuat ratusan jiwa melayang itu, seluruh aktivitas sepak bola Indonesia dihentikan secara total. Pertandingan yang seharusnya dilaksanakan keesokan hari setelah tragedi tersebut juga dibatalkan. Laga Persib Bandung Vs Persija dan PSIS Semarang Vs Bhayangkara FC menjadi dua pertandingan yang seharusnya dihelat pada pekan yang sama namun akhirnya ditunda.

Tragedi memilukan tersebut terjadi pada pekan ke-11 BRI Liga 1 antara tuan rumah Arema FC Vs Persebaya Surabaya. Dua jadwal pertandingan sisa di pekan tersebut – dan juga pekan ke-12 hingga berakhirnya kompetisi pun terpaksa mengambang. Tidak ada yang menjamin pertandingan akan segera dilaksanakan esok, lusa, atau lainnya.

Akan tetapi, sebuah draf usulan kelanjutan kompetisi BRI Liga 1 sempat bocor beberapa waktu lalu. Namun sayang, pihak PT LIB selaku operator masih bungkam dengan dokumen kelanjutan tersebut. Jadi, sampai detik ini, bisa dipastikan bahwa tidak satupun orang yang bisa menjamin laga BRI Liga 1 akan dilanjutkan – meski draf usulan sudah tersebar kemana-mana.

Baca Juga:  Pelatih Guinea U23 Ungkap Masalah Timnya Jelang Hadapi Timnas Indonesia

Ternyata, ketiadaan kompetisi ini tidak hanya berpengaruh pada klub saja. Namun tim nasional dalam hal ini skuad Garuda Indonesia ikut terpengaruh juga. Setidaknya, terdapat tiga sisi buruk dihentikannya kompetisi BRI Liga 1 bagi Timnas Indonesia. Apa saja? Berikut ulasannya!

1. Fisik Pemain Timnas Indonesia Menurun

Tiadanya kompetisi membuat para pemain jarang untuk bermain. Semakin lama kompetisi ditunda akan membuat fisik pemain menurun karena tidak adanya pertandingan. Tubuh yang rehat dalam waktu yang cukup lama membuatnya menjadi lebih lemah dari biasanya.

Hal ini menjadi kekhawatiran bagi banyak orang jelang bergulirnya 2022. Tidak lebih dari dua bulan lagi, skuad Garuda Indonesia bakal turun dalam ajang sepak bola dua tahunan di Asia Tenggara itu. Namun mayoritas pemainnya justru jarang berlatih sebab liga tengah dihentikan.

2. Sentuhan Bola Pemain Terganggu

Beberapa tim memutuskan untuk meliburkan pemainnya namun tetap meminta mereka untuk tetap melakukan latihan mandiri demi kebugaran tubuh. Namun hal ini tidak selamanya manjur karena mereka jarang memegang bola dalam waktu yang cukup lama.

Baca Juga:  Termasuk Arab Saudi, 2 Negara Timur Tengah Ini Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2027

Ketika nanti mereka mendapatkan panggilan membela Timnas Indonesia, sudah pasti sentuhan-sentuhan yang biasa mereka lakukan akan terasa asing karena kebiasaan rutin yang sudah jarang dilakukan. Jangan sampai ketika mendapatkan bola sang pemain justru bingung bagaimana cara menerimanya.

3. Gagal Orbitkan Pemain Muda Berkualitas

Melihat rekam jejak Piala AFF 2020 lalu, semua penikmat sepakbola Indonesia pasti tahu jika STY mengandalkan mayoritas pemain muda. Tanpa adanya kompetisi, pelatih beserta stafnya akan kesulitan menemukan pemain baru yang bisa diorbitkan.

Absennya kompetisi BRI Liga 1 hingga menjelang Piala AFF 2022 ini membuat STY hanya mengandalkan pemain-pemain lama tanpa adanya penambahan pemain baru seperti biasanya.

Lalu Getar

Seorang penikmat kopi dan fans layar kaca Real Madrid

6 Comments