NOBARTV NEWS – Anggota Exco PSSI sekaligus Ketua tim investigasi PSSI Ahmad Riyadh menanggapi desakan dirinya untuk mundur dari jabatannya buntut dari tragedi Kanjuruhan. Menurutnya, saat ini mundurnya para pejabat PSSI bukanlah sebuah solusi konkret untuk menyelesaikan permasalah yang tengah dihadapi.
Permintaan itu muncul dalam debat panas antara dirinya dengan komentator sekaligus pengamat sepakbola nasional Tommy Welly atau yang biasa disapa Bung Towel. Dalam debat bertajuk “Tak Ada Bola Seharga Nyawa” pada Kamis malam kemarin, Bung Towel dan Ahmad Riyadh diundang sebagai dua narasumber oleh stasiun televisi swasta Metro TV.
Sang komentator cum pengamat tersebut mempertanyakan sejauh mana tanggungjawab yang sudah dijalani oleh PSSI terkait tragedi mematikan tersebut. Meski sudah melakukan investigasi internal dari pihak PSSI sendiri, Bung Towel merasa tanggungjawab tersebut belum terlihat begitu nyata.
Kesal dengan pertanyaan yang diterimanya, Ahmad Riyadh terpancing dan justru mempertanyakan kembali apa maksud di balik pertanyaan Bung Towel.
“Coba dikasih contoh, apa bentuk tanggung jawab yang bisa menyelesaikan masalah?” tanya Ahmad Riyadh.
“Ini korbannya banyak, tapi hanya sekadar kode disiplin yang dilakukan oleh komdis. Makanya saya mempertanyakan. Ini tidak bisa biasa,” jawab Bung Towel.
“Apa kasih contoh, satu,” tanya Riyadh kembali.
Dengan tegas, sebagai tanggungjawab moral, Bung Towel meminta pengurus PSSI untuk mundur dari jabatannya.
“Menurut saya harus mundur. Tadi bapak bilang, aturannya dibebaskan, itu bukan kode disiplin. Itu regulasi pertandingan. Kenapa sekarang berlindung di regulasi pertandingan,” tegas Bung Towel.
Kesal dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Bung Towel, Ahmad Riyadh membela diri.
“Itu hak seseorang. Mundur bisa ditafsirkan meninggalkan tanggung jawab. Enak aja mundur,” balasnya.
“Bukan itu, mundur itu bagian tanggung jawab moral. Karena apa? PSSI tidak bisa menggelar pertandingan sepak bola dengan aman. Itu filosofisnya,” akhir Bung Towel.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, 131 korban jiwa melayang akibat berdesakan dan terkena gas air mata. Para korban yang berjatuhan diawali dengan membludaknya para suporter yang ingin menyelamatkan diri karena mendapatkan tembakan gas air mata dari aparat usai berakhirnya pertandingan antara Arema FC Vs Persebaya Surabaya.
Aparat mengkalim langkah yang mereka lakukan dengan menembakkan gas air mata adalah sebuah hal yang harus dilakukan karena di stadion tersebut terdapat kerusuhan yang harus dibubarkan. Namun pada dasarnya, hal yang dilakukan oleh aparat tersebut termasuk kesalahan – bahkan tiga perwira polisi resmi dijadikan tersangka sebab kejadian mengerikan itu.
Selain tiga anggota polisi tersebut, tiga tersangka lainnya adalah Ketua Panpel, Security Officer, dan Direktur Utama PT LIB (Liga Indonesia Bersatu).
Tak tahu diri
Salut bung Towel yg kuat menghadapi pihak PSSI
Wkwkw bener juga tuh
Bung Towel for Ketum PSSI!
Penggila uang dan rakus jabatan
Hahaha ..lucu emang exco nya…
Exco yg gak pecus pecat aja
Gila jabatan,prestasi nol
Gak punya malu emang