NOBARTV NEWS Kata Klok soal STY, Shin Tae-yong tak lagi menjadi nahkoda Timnas Indonesia. Ia dipecat dan digantikan oleh eks pemain Ajax Amsterdam Patrick Kluivert. Salah satu punggawa Timnas Indonesia Marc Klok melontarkan kritik usai pemecatan tersebut.
Shin Tae-yong menandatangi kontrak baru bersama Timnas Indonesia pada pertengahan tahun lalu. Dalam kontrak tersebut, STY diberikan mandat hingga tahun 2027. Artinya, akan ada puluhan pertandingan lagi yang akan diembannya bersama Timnas Indonesia. Salah satu yang paling penting adalah Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Pada tahun ini, skuad Garuda mempunyai empat pertandingan penting di babak kualifikasi tersebut. Timnas Indonesia akan melakukan dua laga tandang ke markas Australia dan Jepang lalu menjamu Bahrain dan China. Sementara itu, untuk saat ini, skuad Garuda menempati peringkat ketiga klasemen sementara grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Sayangnya, jelang empat pertandingan penting itu, Shin Tae-yong mengalami nasib sial. Kontrak yang baru saja ditandatanganinya itu diputus secara sepihak oleh PSSI. Sebagai penggantinya, PSSI menunjuk legenda Timnas Belanda Patrick Kluivert.
Namun demikian, penunjukan ini mengalami pro kontra. Di satu sisi, banyak suporter Timnas Indonesia kecewa karena keputusan ini dilakukan secara tiba-tiba. Namun tak sedikit pula rumor yang menyebutkan kalau kondisi ruang ganti skuad Garuda sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, menghentikan Shin Tae-yong merupakan salah satu keputusan tepat yang dilakukan. Konon, telah terjadi perselisihan di kalangan pelatih – dalam hal ini Shin Tae-yong dengan beberapa pemain keturunan.
Salah satu pemain keturunan yang sempat menjadi bagian dari skuad Garuda angkat suara. Adalah Marc Klok, pemain Persib Bandung tersebut mengkritik mantan bosnya tersebut. Apa katanya?
“Dia [STY] benar-benar diktator dan dia merasa di atas tim,” ujar Klok dalam sebuah wawancara terbarunya.
“Kendala bahasa menjadi masalah dengan pelatih nasional sebelumnya [STY], yang membuat banyak pemain jengkel. Itu yang menyebabkan friksi,” sambung mantan pemain PSM Makassar itu.
“Saya punya konflik dengan pelatih nasional sebelumnya. Kalau Anda coba berdiskusi dengan dia, nama Anda bisa dicoret. Itu yang membuat saya keluar.”
“Dia [STY] bekerja dalam hierarki yang cukup ketat dan komunikasi dilakukan melalui seorang penerjemah. Itu sedikit menjadi masalah. Banyak pemain asal Belanda bergabung dan bagi mereka hierarkinya sangat berbeda,” katanya memungkasi.