NOBARTV NEWS – Sebuah serangan udara Israel menewaskan Profesor Zakaria Al-Senwar, seorang akademisi terkemuka di bidang sejarah Modern dan kontemporer dari Universitas Islam Gaza (IUG), bersama tiga anaknya pada dini Hari tadi, Minggu (18/5). Insiden Tragis ini terjadi di kamp Pengungsian Al-Nuseirat, Gaza tengah, saat Keluarga tersebut berada di dalam tenda pengungsian mereka.
Menurut laporan yang diunggah akun X @gazanotice pada pukul 07:38 WIB, serangan tersebut dilakukan oleh Pasukan Israel tanpa Peringatan sebelumnya.
🚨BREAKING: Israeli forces have killed Professor Zakaria Al-Senwar, a renowned scholar of modern and contemporary history at the Islamic University, along with three of his children, in an airstrike targeting their displacement tent in Al-Nuseirat central Gaza early this morning. pic.twitter.com/eZXlSIx1AG
— Gaza Notifications (@gazanotice) May 18, 2025
Postingan tersebut, yang telah diverifikasi kebenarannya melalui analisis metadata dan konteks, menyertakan foto Profesor Zakaria Al-Senwar yang menunjukkan sosoknya dalam suasana santai, mengenakan kemeja biru bergaris. “🚨BREAKING: Pasukan Israel telah membunuh Profesor Zakaria Al-Senwar, seorang cendekiawan terkenal di Universitas Islam, bersama tiga anaknya, dalam serangan udara yang menargetkan tenda pengungsian mereka di Al-Nuseirat, Gaza tengah, pagi ini,” tulis akun tersebut.
Serangan ini terjadi di tengah Konflik yang terus memburuk di Jalur Gaza. Kamp Al-Nuseirat, yang terletak lima kilometer timur laut dari Deir al-Balah, merupakan Salah satu kawasan pengungsian padat penduduk di Gaza.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) tahun 2017, kamp ini dihuni oleh 31.747 jiwa, dengan populasi di sekitar kotamadya Nuseirat mencapai 54.851 orang. Kawasan ini telah berulang kali menjadi sasaran serangan sejak Eskalasi Konflik Israel-Palestina meningkat.
Profesor Zakaria Al-Senwar dikenal sebagai salah satu akademisi berpengaruh di IUG, sebuah universitas independen yang didirikan pada 1978 di Kota Gaza. IUG sendiri memiliki sejarah panjang sebagai pusat Pendidikan tinggi di Gaza, meskipun sering dikaitkan dengan gerakan Hamas oleh beberapa pihak, seperti yang pernah dilaporkan oleh mantan kepala biro New York Times di Yerusalem, Steven Erlanger, pada 2007.
Namun, IUG juga dikenal sebagai lembaga yang melahirkan banyak cendekiawan terkemuka, termasuk almarhum Profesor Sufyan Tayeh, seorang fisikawan ternama yang tewas dalam serangan udara Israel pada 2023.
Berita ini memicu gelombang reaksi keras di Media sosial. Pengguna X @janices34452984 menyampaikan duka dengan singkat, “💔,” sementara @children1st menyerukan perdamaian dengan menulis, “‘Bebaskan Palestina’ 🇵🇸🍉 Saya Deklarasikan Perdamaian Dunia. #IDWP dari 🇦🇺.” Namun, beberapa komentar juga mencerminkan kemarahan mendalam, seperti yang ditulis oleh @Dewaa_INDRA, “Yahudi adalah makhluk terkutuk yang sangat menjijikkan dan tidak layak berada di bumi ini!!! 🤮🤮🤮.”
Dr. Paul Dorfman (@dorfman_p), seorang pengamat konflik internasional, menyebut insiden ini sebagai “pembunuhan” dalam cuitannya. Komentar-komentar ini mencerminkan polarisasi yang tajam dalam persepsi publik terhadap konflik Israel-Palestina, di mana simpati terhadap korban sipil sering kali bercampur dengan retorika keras yang memperdalam kebencian.
Serangan ini menambah daftar panjang korban sipil, termasuk anak-anak, dalam konflik yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad. Human Rights Watch (HRW) dalam laporan April 2024 telah memperingatkan bahwa pasukan Israel kerap menggunakan kekuatan mematikan secara tidak sah terhadap warga Palestina, termasuk anak-anak, dengan minimnya akuntabilitas.
Laporan tersebut mencatat bahwa 2022 menjadi tahun paling mematikan bagi anak-anak Palestina di Tepi Barat dalam 15 tahun terakhir, sebuah tren yang terus berlanjut hingga 2025.
Kasus Profesor Zakaria Al-Senwar juga menyoroti pola berulang di mana akademisi dan intelektual Palestina menjadi sasaran dalam konflik ini. Sebelumnya, Refaat Alareer, seorang profesor sastra di IUG, juga tewas dalam serangan udara Israel pada 2023 bersama keluarganya. Kehilangan tokoh-tokoh seperti Zakaria Al-Senwar tidak hanya merupakan tragedi personal, tetapi juga pukulan besar bagi Dunia Pendidikan di Gaza, yang sudah berjuang di tengah blokade dan Kekerasan berkepanjangan.
Di sisi lain, operasi Militer Israel, seperti penyelamatan sandera di Nuseirat pada Juni 2024 yang menewaskan 274 warga Palestina menurut Kementerian Kesehatan Gaza, menunjukkan bahwa strategi militer Israel sering kali menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar. Hal ini memicu pertanyaan tentang proporsionalitas dan kepatuhan terhadap Hukum internasional, terutama dalam konteks serangan terhadap target sipil seperti tenda pengungsian.
Informasi dalam postingan @gazanotice telah diverifikasi melalui analisis metadata dan konsistensi dengan laporan sebelumnya mengenai situasi di Gaza. Data pendukung juga bersumber dari artikel Wikipedia tentang Universitas Islam Gaza dan Kamp Pengungsian Nuseirat, serta laporan Human Rights Watch (April 2024) mengenai kekerasan terhadap anak-anak Palestina. Selain itu, konteks konflik diambil dari Global Conflict Tracker oleh Council on Foreign Relations (CFR), yang mendokumentasikan perkembangan terkini konflik Israel-Palestina.