NOBARTV NEWS – Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, secara tegas mendesak Israel untuk menghentikan operasi militer di Jalur Gaza, menyusul meningkatnya korban sipil Palestina. Pernyataan ini disampaikan pada Sabtu, 17 Mei 2025, di Roma, di tengah suasana diplomatik yang memanas akibat Konflik berkepanjangan di Timur Tengah.
Dalam pidatonya, Tajani menegaskan bahwa penderitaan rakyat Palestina harus segera diakhiri. “Kami harus berkata kepada pemerintah Israel: cukup. Kami tidak ingin lagi melihat rakyat Palestina menderita,” ujar Tajani, seperti dikutip dari unggahan akun X @S2FUncensored pada 17 Mei 2025 pukul 12:09 UTC.
Ia juga menyerukan Gencatan Senjata, pembebasan sandera, dan langkah menuju perdamaian yang berkelanjutan. Pernyataan ini telah diverifikasi kebenarannya melalui laporan resmi Reuters dan The Jerusalem Post pada Hari yang sama.
Pernyataan Tajani muncul di tengah laporan bahwa Militer Israel tengah mempersiapkan perluasan operasi di Gaza. Otoritas Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas melaporkan sedikitnya 146 orang tewas dalam 24 jam terakhir akibat Serangan Udara Israel. Konflik ini, yang telah menewaskan lebih dari 53.000 orang dan mengungsikan hampir 2 juta penduduk Gaza sejak Oktober 2023, menuai kecaman internasional yang semakin keras.
Pernyataan Tajani memicu beragam reaksi di Media sosial. Pengguna X dengan akun @Sabbydave mengkritik tajam dengan menyatakan, “‘Tidak lagi’?? Berarti selama ini Anda tidak keberatan melihat rakyat Palestina dibantai?” Komentar serupa juga disampaikan oleh @constforwrdmvmt yang mempertanyakan, “Jadi sebelumnya dia menikmati melihat mereka menderita?” Sementara itu, @neen10426 mendesak Tajani untuk lebih tegas menyuarakan sikapnya tanpa ragu.
Analisis Kritis: Pergeseran Sikap Italia?
Italia, yang selama ini dikenal sebagai Salah satu pendukung vokal Israel di Eropa, tampaknya mulai bergeser sikapnya. Pernyataan Tajani mencerminkan ketidaknyamanan yang meningkat di kalangan pemimpin Eropa atas dampak Kemanusiaan dari Serangan Israel di Gaza. Namun, pernyataan ini juga menuai kritik karena dianggap terlambat dan kurang tegas. Frasa “kami tidak ingin lagi melihat penderitaan” yang diucapkan Tajani memunculkan pertanyaan: mengapa baru sekarang Italia angkat bicara, setelah puluhan ribu nyawa melayang?
Analis Politik internasional, Dr. Marco Bellini, menilai bahwa pernyataan Tajani lebih merupakan respons terhadap tekanan global ketimbang inisiatif tulus untuk mendorong perdamaian. “Italia berada dalam posisi sulit. Mereka ingin mempertahankan hubungan dengan Israel, tetapi tekanan dari komunitas internasional dan opini publik domestik memaksa mereka untuk bersuara,” ujar Bellini. I
a juga menambahkan bahwa pertemuan Tajani dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pada hari yang sama mungkin menjadi bagian dari strategi untuk menyelaraskan sikap dengan sekutu besar seperti Amerika Serikat.
Langkah Italia di Panggung Diplomasi
Pada hari yang sama, Tajani dijadwalkan bertemu dengan Marco Rubio di Roma untuk membahas situasi di Timur Tengah. Italia sendiri memiliki peran penting dalam misi perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL), dengan kontribusi sekitar 1.100 pasukan, menjadikannya kontributor terbesar kedua setelah Prancis.
Hal ini menunjukkan komitmen Italia dalam menjaga stabilitas regional, meskipun sikapnya terhadap konflik Israel-Palestina sering kali dianggap ambivalen.
Pernyataan Antonio Tajani menjadi sinyal penting bahwa dukungan Eropa terhadap Israel mulai terkikis di tengah Krisis Kemanusiaan di Gaza. Namun, efektivitas seruan ini masih dipertanyakan, terutama mengingat lambannya respons Italia dan negara-negara Barat lainnya dalam konflik yang telah berlangsung lama.
Akankah pernyataan ini diikuti dengan langkah konkret, seperti sanksi atau tekanan diplomatik yang lebih keras terhadap Israel? Dunia masih menunggu.