Timur Tengah

Jeritan Gaza: 50 Nyawa Hilang dalam 5 Menit, Penulis Hamza Abu Touha Ungkap Tragedi Paling Kelam

Tragedi di Gaza: 50 Tetangga Tewas dalam 5 Menit Akibat Serangan Israel, Penuturan Penulis Gaza Hamza Abu Touha



NOBARTV NEWS – Sebuah kisah tragis yang memilukan kembali mencuat dari Gaza, Palestina, ketika penulis terkenal asal Gaza, Hamza Abu Touha, membagikan pengalaman mengerikan yang dialaminya. Dalam sebuah serangan udara oleh militer Israel pada dini Hari, 50 tetangganya tewas hanya dalam waktu lima menit, termasuk anak-anak dan perempuan yang terjebak di bawah reruntuhan.

Peristiwa ini, yang terjadi di dekat rumahnya, menjadi salah satu babak kelam dalam Konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.

Menurut unggahan Hamza Abu Touha di Platform X pada 18 Mei 2025 pukul 05:49 WIB melalui akun @gazanotice, serangan dimulai saat fajar. Rumah di sebelah kediamannya menjadi sasaran pertama bom Israel. Sebagian besar penghuni rumah tersebut tewas, namun jeritan anak-anak dan perempuan yang terperangkap di bawah puing-puing masih terdengar. Warga sekitar, termasuk Hamza, bergegas untuk menyelamatkan korban. Namun, kakak perempuannya menghentikan langkah Hamza dengan alasan, “Kamu satu-satunya yang kami miliki.”

Keputusan itu ternyata menyelamatkan nyawanya. Hanya 30 detik setelahnya, rudal kedua menghantam rumah yang sama, menewaskan semua orang yang sedang berusaha menyelamatkan korban. “Jika saya ikut pergi, saya pasti sudah tewas,” tulis Hamza. Tragedi belum berhenti di situ. Beberapa menit kemudian, rumah tetangga lainnya di sekitar lokasi juga menjadi sasaran serangan, termasuk rumah di seberang Jalan, hingga total 50 orang yang dikenalnya tewas di depan matanya.

Unggahan Hamza Abu Touha di X telah diverifikasi keasliannya melalui akun resmi @gazanotice, yang dikenal sebagai sumber terpercaya untuk berita langsung dari Gaza. Informasi ini juga selaras dengan laporan terbaru dari berbagai organisasi internasional.

Menurut artikel di The Guardian yang diterbitkan pada 16 Januari 2025, konflik di Gaza yang berlangsung selama 15 bulan telah menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan sebagian besar Infrastruktur, termasuk sekolah dan Rumah Sakit. Selain itu, laporan Wikipedia bertanggal 17 Mei 2025 mencatat bahwa serangan udara Israel di Gaza telah menewaskan banyak warga sipil, termasuk pekerja Kemanusiaan internasional.

Serangan yang digambarkan oleh Hamza menunjukkan pola yang kerap dikritik oleh berbagai organisasi kemanusiaan: serangan berulang dalam waktu singkat tanpa jeda yang cukup bagi warga sipil untuk menyelamatkan diri atau mendapatkan bantuan.

Pola ini tidak hanya meningkatkan jumlah korban jiwa, tetapi juga menciptakan trauma mendalam bagi warga yang selamat. “Serangan seperti ini seolah dirancang untuk memaksimalkan kerugian sipil, sebuah tindakan yang berpotensi melanggar Hukum internasional,” kata Dr. Aisyah Farida, seorang pakar hukum humaniter internasional dari Universitas Indonesia.

Lebih lanjut, peristiwa ini menambah daftar panjang dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Konflik Gaza. Menurut The Guardian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant telah dikenai surat perintah Penangkapan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang. Namun, hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa serangan terhadap warga sipil akan mereda.

Tragedi ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Mohammed Almurhabi, seorang pengguna X, menulis, “Hanya kepada Allah kami mengadu,” mencerminkan rasa putus asa yang melanda warga Gaza. Sementara itu, Sheikha, pengguna X lainnya, mengungkapkan kemarahan dengan berkomentar, “Mereka sedang menguji kita! Jika kita diam, mereka akan membunuh semuanya. Jangan salah paham.” Komentar ini mencerminkan ketegangan yang terus meningkat di kalangan warga Gaza dan pendukung mereka di seluruh dunia.

Aktivis kemanusiaan Lokal, Fatimah Al-Zahra, yang berbasis di Jakarta, mengatakan, “Kisah Hamza adalah cerminan dari penderitaan yang dialami rakyat Gaza setiap hari. Dunia tidak boleh tinggal diam. Kita perlu tindakan nyata untuk menghentikan kekejaman ini.” Fatimah juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk memberikan tekanan lebih besar kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.

Peristiwa ini bukan hanya sekadar statistik korban jiwa, tetapi juga gambaran nyata dari Krisis Kemanusiaan yang terus berlanjut di Gaza. Menurut laporan Oxfam dan Action on Armed Violence pada Oktober 2024, konflik di Gaza telah menewaskan lebih banyak perempuan dan anak-anak dibandingkan konflik lain di dunia dalam dua dekade terakhir. UNICEF juga melaporkan bahwa sekitar 19.000 anak di Gaza telah menjadi yatim piatu atau terpisah dari Keluarga mereka akibat perang.

Meski Gencatan Senjata telah diumumkan pada Januari 2025, seperti dilaporkan The Guardian, situasi di lapangan menunjukkan bahwa Kekerasan masih berlangsung. “Kami berharap dunia tidak hanya melihat Gaza sebagai angka, tetapi sebagai manusia yang berhak hidup damai,” ujar Hamza dalam unggahannya.

News Thumbnail