NOBARTV NEWS – Gus Miftah, seorang pendakwah yang juga menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, kembali menjadi pusat perhatian publik. Peristiwa ini terjadi saat ia mengisi acara keagamaan bertajuk Magelang Bersholawat Bersama Gus Miftah, Gus Yusuf Chudlori, dan Habib Zaidan Bin Yahya di Lapangan Drh. Soepardi, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Rabu (20/11/2024). Kejadian tersebut memicu kritik tajam terhadap adab dan perilakunya, terutama dalam interaksi dengan seorang pedagang kecil.
Insiden Penjual Es Teh yang Jadi Viral
Dalam acara tersebut, jamaah meminta Gus Miftah untuk membeli dagangan milik pedagang kecil, seorang pria penjual es teh dan air mineral yang berada di tengah kerumunan. Alih-alih merespons dengan membeli, Gus Miftah memberikan komentar yang dianggap merendahkan. Ia bertanya kepada pedagang itu apakah dagangannya masih banyak. “Es tehmu sih akeh nggak? Ya sana jual goblok! Jual dulu, nanti kalau belum laku ya udah, takdir,” ujar Gus Miftah sambil tertawa keras. Tindakannya membuat sang pedagang terdiam dengan ekspresi yang terlihat canggung. Video momen ini diunggah oleh akun Instagram @wkwkmedsos dan langsung menarik perhatian netizen.
Memanusiakan Manusia itu
Memang Sulit.
Makanya adab lebih diatas ilmu.Bisa bedakan mana Manusia yg berilmu dan beradab meski berbeda profesi.
Semoga Bapak penjual Es nya Lapang dada ya Bapak, smoga Allah memudahkan jalan rizki Bapak… Amin…🤲 pic.twitter.com/5HK9Yk0SIO
— Muhammad Sobri (@msobri99) December 2, 2024
Setelah video tersebut tersebar, banyak warganet menyampaikan kritik keras terhadap Gus Miftah. Mereka mempertanyakan adab dan kepantasannya sebagai seorang penceramah sekaligus pejabat negara. Salah satu akun, @liaasister, menulis, “Pak Presiden salah pilih orang. Utusan Khusus Presiden kok kelakuannya begini? Gak ada akhlak, padahal penceramah. Bikin malu bapak saja tuh.”
Komentar lain datang dari @gold_meteordown, yang menyebut tindakan Gus Miftah mencerminkan perilaku tipikal pembully. “Sering bertemu orang tipikal begini di sekolah dan dunia kerja. Bercanda, tapi sebenarnya membully. Kalau tertawa, noleh ke temannya buat validasi kalau tindakannya benar.” Akun @yovst1 juga mengomentari, “Orang sebelahnya yang ketawa kenceng itu tipe-tipe teman tukang bully yang numpang eksis. Ketawa keras biar terlihat masuk circle, tapi cukup pengecut untuk membully sendiri.”
Sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, perilaku Gus Miftah dinilai tidak sesuai dengan tugas yang diembannya. Publik menilai ia seharusnya menunjukkan empati dan sikap yang mencerminkan harmoni, terutama dalam memperlakukan masyarakat kecil. Sebaliknya, insiden ini dianggap menunjukkan sikap yang jauh dari teladan seorang pemimpin agama.
Tidak hanya di Instagram, insiden ini juga menjadi bahan pembicaraan hangat di platform media sosial lain seperti X (Twitter). Berbagai unggahan memperdebatkan kelayakan Gus Miftah sebagai sosok yang mewakili Presiden dalam isu kerukunan beragama. Seorang pengguna bernama @SimpleSmart11 bahkan berbagi pengalaman pribadinya, “Pernah ngadepin orang kayak begini di sekolah. Belagak jagoan tapi aslinya pengecut. Sampai harus saya ajak by one di belakang sekolah.”
Komentar lainnya datang dari @lelakibudiman yang menulis, “Orang kayak gini harus ngerasain balasan yang setimpal.” Meski sebagian besar respons bernada negatif, ada juga beberapa warganet yang membahas kejadian ini secara satir.
Insiden ini menciptakan perdebatan serius tentang bagaimana seorang tokoh agama sekaligus pejabat negara seharusnya bertindak di ruang publik. Banyak yang menyebutkan bahwa tindakan Gus Miftah menunjukkan kurangnya empati terhadap perjuangan masyarakat kecil seperti pedagang es teh tersebut. Dalam konteks yang lebih luas, ini mencoreng reputasi figur publik yang seharusnya menjadi panutan moral.
Kejadian ini menunjukkan pentingnya bagi tokoh masyarakat untuk berhati-hati dalam bersikap, terlebih di era digital di mana setiap tindakan dapat terdokumentasi dan menjadi viral. Gus Miftah dan pihak terkait mungkin perlu memberikan klarifikasi untuk meredakan polemik dan menjaga citra lembaga yang diwakilinya. Sebagai Utusan Khusus Presiden, ia memegang tanggung jawab besar untuk mempromosikan nilai-nilai kerukunan dan empati yang justru dipertanyakan akibat insiden ini.