NOBARTV NEWS – “Like a Dragon: Yakuza” atau yang dikenal juga dengan nama Jepang “Yakuza 7” adalah entri kedelapan dalam serial “Yakuza,” namun berhasil membawa napas baru dengan perubahan genre menjadi RPG berbasis giliran. Game ini dikembangkan oleh Ryu Ga Gotoku Studio dan diterbitkan oleh Sega.
Sejak dirilis pertama kali pada 2020, Like a Dragon berhasil menyedot perhatian gamer karena menawarkan pengalaman yang berbeda dari pendahulunya yang lebih berfokus pada aksi. Dalam ulasan ini, kita akan membedah berbagai aspek menarik dari Like a Dragon: Yakuza yang menjadikannya salah satu game RPG dengan alur cerita menarik yang kaya akan budaya Jepang dan karakter yang mendalam.
Alur Cerita yang Berbeda dengan Karakter Baru
Salah satu elemen menarik dari Like a Dragon: Yakuza adalah pengenalan karakter utama baru, Ichiban Kasuga. Ichiban merupakan seorang mantan yakuza yang dipenjara karena kesetiaannya kepada kelompoknya, tetapi malah dikhianati oleh orang yang ia percayai. Plot ini membuat Like a Dragon menjadi lebih menarik karena mengangkat tema tentang pengkhianatan, loyalitas, dan perjuangan. Alur cerita ini berhasil membuat gamer terikat secara emosional pada perjalanan Ichiban untuk menuntut balas dan menemukan arti kehidupan yang baru di kota Yokohama.
Pihak pengembang menyatakan bahwa kehadiran Ichiban memang sengaja dirancang sebagai karakter yang berjiwa optimis, berbeda dengan Kazuma Kiryu, protagonis utama dalam seri sebelumnya yang lebih tenang dan karismatik. Dalam wawancara dengan sebuah media game Jepang, direktur kreatif Sega, Toshihiro Nagoshi, menyebutkan bahwa “Ichiban adalah karakter yang lebih manusiawi dan rentan, yang mencerminkan situasi-situasi yang dihadapi masyarakat urban Jepang.”
Perubahan Gameplay menjadi RPG Berbasis Giliran
Berbeda dengan game Yakuza sebelumnya yang mengusung sistem pertempuran real-time, Like a Dragon hadir dengan mekanisme RPG berbasis giliran, yang memungkinkan pemain untuk merencanakan strategi dalam melawan musuh. Menurut Toshihiro Nagoshi, perubahan ini dimaksudkan untuk menawarkan sesuatu yang segar bagi penggemar lama dan membuka pengalaman baru bagi pemain yang baru mengenal seri Yakuza. Dalam sebuah wawancara, Nagoshi mengungkapkan, “Kami ingin bereksperimen dengan genre yang berbeda tanpa meninggalkan identitas dasar seri Yakuza.”
Mekanisme berbasis giliran ini telah mendapat banyak pujian dari para pemain dan kritikus. Seorang gamer, Hiroshi Takanashi, yang telah memainkan semua seri Yakuza, mengatakan bahwa perubahan ini membuat Like a Dragon terasa lebih seperti permainan RPG klasik Jepang. “Ini seperti menggabungkan dua dunia favorit saya—Yakuza dan game RPG tradisional,” ujar Takanashi.
Dunia Terbuka di Kota Yokohama
Kota Yokohama menjadi setting utama dalam game ini, menggantikan distrik Kamurocho yang sudah menjadi ikon seri Yakuza. Yokohama yang digambarkan dalam game ini memiliki peta yang jauh lebih luas dibandingkan Kamurocho, dengan banyak area yang dapat dijelajahi oleh pemain. Yokohama hadir dengan kehidupan yang sangat mendetail, seperti kehidupan malam, restoran khas Jepang, dan mini-game yang menawarkan pengalaman budaya Jepang yang otentik.
Menurut para pengembang, detail ini sengaja dibuat untuk memberikan nuansa kehidupan nyata di Jepang kepada para pemain. Menurut para pengamat industri game, seperti Keiko Yamada dari Tokyo Game Show, “Detail dalam desain kota dan kebudayaan lokalnya sangat mencengangkan. Ini menunjukkan dedikasi Ryu Ga Gotoku Studio dalam menghadirkan pengalaman budaya yang nyata kepada gamer.”
Mini-Game dan Aktivitas Sampingan yang Melimpah
Salah satu elemen paling populer dalam seri Yakuza adalah mini-game, dan Like a Dragon tidak mengecewakan dalam hal ini. Pemain dapat menikmati berbagai mini-game seperti karaoke, kart racing, judi, serta kegiatan bisnis yang memungkinkan Ichiban untuk mengelola perusahaan kecil dan membawanya menuju kesuksesan.
Aktivitas ini memberikan tambahan menarik bagi gameplay utama, di mana pemain bisa sejenak melepaskan diri dari alur cerita utama dan menikmati mini-game yang dirancang dengan sangat baik. Menurut seorang reviewer dari IGN Japan, mini-game ini berhasil menambah daya tarik Like a Dragon, “Mini-game di Yakuza selalu menjadi daya tarik, tetapi dalam Like a Dragon, mereka berhasil membuatnya lebih relevan dengan cerita utama.”
Karakter Pendukung yang Beragam dan Menarik
Dalam perjalanannya, Ichiban tidak beraksi sendirian. Ia ditemani oleh berbagai karakter pendukung yang masing-masing memiliki cerita dan latar belakang unik. Beberapa karakter tersebut antara lain adalah Nanba, seorang mantan perawat yang hidup di jalanan, serta Saeko, seorang host yang terlibat dalam kehidupan Ichiban karena alasan yang mendalam.
Kehadiran karakter-karakter pendukung ini menambah dinamika cerita dan memberikan kesempatan kepada pemain untuk lebih memahami dunia yang dihuni oleh Ichiban. Seorang kritikus dari Kotaku Asia menyebutkan bahwa “Interaksi dan dialog antara karakter utama dan pendukung dalam Like a Dragon membuat pengalaman bermain semakin berkesan.”
Dukungan Visual dan Audio yang Mengagumkan
Dari sisi grafis, Like a Dragon hadir dengan tampilan yang memanjakan mata, terutama pada konsol next-gen seperti PlayStation 5. Detil lingkungan, tekstur wajah karakter, dan efek-efek visual saat pertarungan berlangsung benar-benar terlihat memukau. Ryu Ga Gotoku Studio tampaknya berhasil memaksimalkan kemampuan teknologi visual untuk menciptakan pengalaman bermain yang imersif.
Soundtrack dan audio dalam Like a Dragon juga sangat menarik. Dengan nuansa musik khas Jepang yang dramatis, soundtrack ini memperkuat emosi yang muncul dalam berbagai adegan penting. Bahkan, beberapa gamer menyatakan bahwa mereka merasa lebih terhubung secara emosional dengan cerita berkat musik yang dimainkan selama permainan.
Respons dari Para Penggemar dan Industri Hiburan
Respon dari para pemain sangat positif, bahkan banyak yang menyebut bahwa Like a Dragon berhasil mengangkat kembali serial Yakuza ke level yang lebih tinggi. Menurut pendapat salah seorang influencer game Jepang, Yuji Tanaka, “Transformasi dalam Like a Dragon sangat berhasil. Sega tidak hanya mempertahankan inti dari serial Yakuza, tetapi juga berhasil menjadikannya lebih relevan dengan tren game saat ini.”
Sementara itu, sutradara film ternama, Kenji Tsumoto, menyatakan bahwa “Penggambaran kota dan kehidupan dalam game ini begitu hidup. Ini bisa menjadi inspirasi baru bagi perfilman Jepang dalam menggambarkan cerita urban yang realistis.” Tsumoto melihat game ini sebagai contoh sukses bagaimana elemen cerita yang kuat dalam game dapat diadaptasi ke dalam sinema.
Secara keseluruhan, Like a Dragon: Yakuza adalah sebuah game yang berhasil memadukan elemen cerita yang mendalam, gameplay inovatif, dan dunia yang imersif. Dengan berbagai perubahan yang dihadirkan, terutama peralihan ke sistem berbasis giliran dan pengenalan karakter baru, game ini telah menunjukkan bahwa Sega dan Ryu Ga Gotoku Studio mampu beradaptasi dan berevolusi sesuai tuntutan pasar tanpa kehilangan jati diri serial Yakuza. Dengan respons positif dari para pemain dan kritikus, Like a Dragon: Yakuza berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu RPG modern yang wajib dimainkan bagi penggemar game di seluruh dunia.