NOBARTV NEWS Terjalnya jalan yang dihadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta membuat publik mulai mempertanyakan keseriusan KIM Plus mengusung eks Gubernur Jawa Barat itu pada kontestasi yang akan berlangsung 27 November mendatang itu. Pasalnya, Ridwan Kamil-Suswono belum menunjukkan performa yang baik dari segi elektoral di sisa waktu yang ada.
Tidak majunya Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak serta merta memuluskan langkah Ridwan Kamil jadi kandidat terkuat. Kemunculan Pramono Anung yang cenderung nihil resistensi membuat KIM Plus nampaknya tidak terlalu mempermasalahkan jika nanti yang menjadi Gubernur adalah Pramono Anung bukan Ridwan Kamil.
Dalam acara Mata Najwa yang dihadiri oleh Pramono Anung dan Rano Karno, Sekretaris Kabinet itu mengaku mendapat telpon dari sejumlah Ketua Umum (Ketum) parpol KIM Plus yang memberikan dukungan moril kepadanya. Ini tentu jadi lampu kuning buat Ridwan Kamil karena jangan-jangan KIM Plus sudah tak seserius itu memperjuangkan dirinya.
Ridwan Kamil diusung oleh 12 parpol yang tergabung dalam KIM Plus. Praktis hanya PDI Perjuangan yang tidak mendukungnya di Pilkada Jakarta 2024. Namun, besarnya dukungan partai ternyata tidak jadi jaminan langkahnya akan mulus-mulus saja.
Di lapangan RK, sapaan akrab Ridwan Kamil, mendapatkan penolakan dari sejumlah elemen masyarakat. Agenda menyerap aspirasi di kawasan Jatinegara batal karena RK dan tim diusir oleh warga sekitar.
Pun juga komunikasi dengan The Jakmania, kelompok suporter Persija Jakarta seperti menemui jalan buntu. Padahal Persija punya basis masa yang cukup besar di Jakarta.
KIM Setengah Hati Dukung RK?
Menurut Direktur Eksekutif The Strategic Research and Consulting (TSRC), Yayan Hidayat, daya dukung KIM Plus terhadap RK-Suswono dipengaruhi oleh dinamika Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60 Tahun 2024 tentang ambang batas pencalonan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Keputusan itu dianggap mengubah konstelasi politik yang sebelumnya telah terpusat dalam satu kekuatan yang besar.
Ridwan Kamil menjadi salah satu tokoh politik yang terimbas. Pasalnya sebelum muncul putusan MK KIM Plus nampak serius mengusung RK-Suswono. Namun pasca putusan MK yang digunakan PDIP dengan mengusung Pramono-Rano, keseriusan parpol KIM dalam memenangkan RK-Suswono nampaknya sedikit mengendur.
“Hal ini membuat partai-partai di KIM Plus terlihat mulai berhitung ulang dalam memberikan dukungan penuh kepada Ridwan Kamil dan Suswono. Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah mundurnya Syahroni sebagai Ketua Tim Pemenangan RK-Suswono, yang menunjukkan adanya komunikasi di internal yang belum selesai,” ungkap Yayan.
Gerindra sendiri sebagai pemimpin dalam KIM Plus diyakini akan lebih fokus untuk memenangkan kader mereka sendiri yang bertarung di Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Lobi politik yang membuat Golkar akhirnya mau membawa keluar RK dari Jawa Barat membuat kans Dedi Mulyadi memenangkan pertarungan menjadi terbuka lebih lebar.
“Gerindra mungkin merasa sudah mencapai tujuannya di Jawa Barat, di mana elektabilitas Dedi Mulyadi meningkat setelah Ridwan Kamil pindah ke Pilkada Jakarta,” jelas Yayan lebih lanjut.
Selain itu, munculnya Pramono Anung sebagai kompetitor RK membuat sejumlah elite politik meyakini tidak akan ada resistensi berarti. Pasalnya Pramono Anung adalah sosok yang dikenal punya kedekatan dengan hampir seluruh petinggi parpol.
Ia kerap jadi penengah ketika ada pihak-pihak yang komunikasi politiknya terganggu. Di tengah-tengah panasnya hubungan Jokowi dan Megawati, Pramono Anung berhasil menjaga hubungan baik dengan kedua tokoh politik nasional ini.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: