Travel & WisataWhat's on Google Trends

Tradisi Unik Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta dan Surakarta Peringati Maulid Nabi, Apa Bedanya?



NOBARTV NEWS Tradisi unik tahunan Maulid Nabi di Jogja, Grebeg Maulud, digelar hari ini, Senin (16/9) di Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Tradisi memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW juga digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta.

Kedua Keraton memiliki tradisi Maulid Nabi yang hampir serupa. Hal ini tak mengherankan, mengingat dulunya Keraton Yogyakarta Hadiningrat dan Keraton Kasunanan Surakarta merupakan satu kesatuan.

Lantas, apakah tradisi dari kedua keraton tersebut memiliki perbedaan? Untuk mengetahui jawabannya, simak uraian berikut sampai habis, ya!

Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta Hadiningrat

Tradisi Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta Hadiningrat saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 16 September 2024 (SC: Kompas)
Tradisi Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta Hadiningrat saat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 16 September 2024 (SC: Kompas)

Melansir dari akun instagram @kratonjogja, selama pelaksanaan Grebed Maulud , wisata di Keraton akan ditutup untuk umum, selama satu hari.

Gelaran memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW di Jogja diselenggarakan di Bangsal Pagelaran dan Halaman Masjid Gedhe Kauman. Acara tersebut dimulai pada pukul 09.00 WIB, dengan iringan gunungan yang dikawal oleh 10 Bregada Kraton Yogyakarta.

Sekitar pukul 10.34 WIB, Bregada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta mulai memasuki area halaman Masjid Kagungan Dalem Keraton Yogyakarta atau yang akrab disebut dengan Masjid Gedhe Kauman.

Tradisi yang rutih digelar setiap tahun ini tak pernah menyurutkan antusiasme warga Yogyakarta dan sekitarnya. Begitu melihat Bregada, warga begitu bersemangat mengikuti proses berebut gunungan Grebeg Maulud yang menjadi puncak prosesi tradisi peringatan Maulid Nabi.

Baca Juga:  Anti Ribet! Begini Cara Klaim Asuransi Perjalanan dengan Mudah, Cuma 3 Langkah

Setidaknya, pihak Keraton Yogyakarta telah menyiapkan total tujuh gunungan, lima di antaranya diletakkan di halaman masjid, satu gunungan di Kantor Gubernur Kompleks Kepatihan, sedangkan sisanya di Pura Pakualam.

Ketika lima gunungan mulai memasuki halaman masjid, Bregada menyambut dengan tembakan Salvo atau senapan laras panjang ke udara beberapa kali, mengikuti komando inspektur.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, yang mana warga akan saling berebut gunungan. Tahun ini, gunungan dibagikan oleh Abdi Dalem. Gunungan-gunungan tersusun atas hasil bumi berupa sayur-sayuran, jajanan tradisional khas Jogja, dan rengginang, yang ditancapkan pada bilah-bilah bambu.

Awalnya, pembagian berjalan lancar. Namun, seiring besarnya antusiasme masyarakat membuat petugas keamanan yang berjaga sempat kewalahan menghalau warga yang merangsek berebut gunungan.

Warga Bantul, yang cukup jauh dari area Keraton, rela berangkat dari rumah sejak pukul 06.00 WIB untuk ikut berebut bambu. Menurut warga, bambu yang diperebutkan bukanlah sekadar bambu.

Warga meyakini bahwa bambu yang didapatkan dari Grebeg Maulid itu akan menjadi semacam tolak bala saat ditancapkan di ladang saat masa tanam, agar tanaman warga terhindar dari penyakit atay hama.

Grebeg Maulid di Keraton Kasunanan Surakarta

Grebeg Maulud Nabi di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Peringati Maulid Nabi (SC: surakarta.go.id)
Grebeg Maulud Nabi di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Peringati Maulid Nabi (SC: surakarta.go.id)

Salah satu rangkain penting dalam upacara Grebeg Maulid di Surakarta adalah Sekaten. Tradisi ini merupakan warisan budaya dari nenek moyang yang masih dilestarikan dan dipertahankan oleh Keraton Kasunanan Surakarta hingga sekarang.

Baca Juga:  Anti Ribet! Begini Cara Klaim Asuransi Perjalanan dengan Mudah, Cuma 3 Langkah

Pelaksanaan upacara ini merupakan rangkaian peristiwa tradisional yang sangat populer dan menarik perhatian wisatawan yang tidak hanya dari daerah sekitar Keraton, tetapi juga dari tempat-tempat yang jauh.

Pengunjung dari berbagai daerah tampak memadati Alun-alun Utara serta Masjid Agung Solo pada Minggu (15/9) malam. Kala itu, lalu lintas di sekitar lokasi tampak padat merayap. Terdapat berbagai wahana bermain serta bazaar makanan dan mainan tradisional yang membuat pengunjung memadati area sekitar.

Selain itu, pengunjung yang datang dapat menikmati sajian musik tradisional khas Jawa, gamelan Kyai Guntur Madu dan Kayi Guntur Sari di kawasan Masjid Agung Solo. Gamelan ini terus dibunyikan sampai hari Maulid Nabi (16/9).

Sementara itu, upacara Grebeg Maulud atau Sekaten di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat digelar hari ini, Senin (16/9) dengan menyajikan gunungan.

Gunungan tersebut didoakan  kemudian dibagikan kepada masyarakat dan pengunjung yang datang.

Salah seorang pengunjung asal Kota Solo, Partini, mengaku rutin menghadiri tradisi tahunan yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta ini. Menurutnya, Sekaten selalu memiliki daya tarik tersendiri dan sayang untuk dilewatkan.

Secara garis besar, tradisi Grebeg Maulud, baik yang digelar oleh Keraton Yogyakarta maupun Keraton Kasunanan Surakarta, memiliki rangkaian acara yang serupa. Tradisi peringatan Maulid Nabi di kedua daerah ini selalu berhasil menarik daya tarik wisatawan setiap tahunnya.

Demikian rangkuman info menarik dalam artikel berita berjudul Tradisi Unik Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta dan Surakarta Peringati Maulid Nabi, Apa Bedanya? yang telah tim penulis NOBARTV NEWS ( ) sarikan dari berbagai sumber terpercaya.

Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini:

Yuvita Mulanda

Writing is a cure for me :)