NOBARTV NEWS Perdana Menteri Bangladesh sejak 2009, Sheikh Hasina, akhirnya harus mengakhiri kekuasaannya setelah gelombang protes dan demonstrasi besar-besaran yang dilakukan rakyat Bangladesh. Serangkaian protes dan demonstrasi itu menjadi tak terkendali karena tindakan represif dari aparat keamanan yang menewaskan hingga 300 warga sipil. Kondisi ini semakin memperparah konflik di negara berpenduduk 170 juta jiwa tersebut.
Sheikh Hasina memerintah di negara Asia Selatan tersebut sejak 2009 dengan tangan besi. Dalam satu bulan terakhir gelombang demonstrasi menuntutnya mengundurkan diri semakin membesar dan melibatkan banyak elemen warga Bangladesh.
Demonstrasi tersebut bermula ketika masyarakat menolak kebijakan kuota pekerja yang dianggap tidak adil dan penuh diskriminasi. Sebelumnya Pemerintah Bangladesh menetapkan kuota 30 persen PNS untuk keluarga veteran perang Bangladesh. Awalnya protes yang terjadi berupa aksi damai biasa namun tiba-tiba berubah menjadi kerusuhan nasional yang menyudutkan posisi PM Hasina dan Partai Liga Awami yang mendukungnya.
Sekalipun pengadilan tinggi telah membatalkan kebijakan tersebut namun pergolakan untuk menuntut Hasina turun dari jabatannya sebagai Presiden dan Perdana Menteri Bangladesh terus menyeruak.
Dilansir dari bbc.com, sekalipun aparat keamanan menggunakan peluru dan gas air mata untuk meredam gelombang demonstrasi nampaknya warga Bangladesh sudah tidak takut lagi terhadap peluru. Demonstrasi telah berubah menjadi pemberontakan massal.
Istananya Diserbu, PM Bangladesh Kabur
Kerusuhan tersebut mencapai puncaknya ketika massa aksi menggeruduk Istana Perdana Menteri di Ibu Kota Dhaka. Mereka menjungkirbalikkan perabotan, memecahkan pintu kaca, dan menjarah buku-buku dan barang-barang lainnya, termasuk seekor ayam hidup.
“Saya berada di dalam Istana Ganabhaban. Ada lebih dari 1.500 orang di dalam istana. Mereka memecahkan perabotan dan kaca,” ungkap jurnalis Bangladesh Yeasir Arafat.
Sumber terpercaya dari internal istana mengatakan bahwa Sheikh Hasina telah meninggalkan Dhaka bersama saudara perempuannya ke tempat yang lebih aman.
Dilansir dari rmol.id, Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Waker-Uz-Zaman, mengkonfirmasi bahwa PM Hasina telah mengundurkan diri dan pemerintahan sementara kini yang akan menjalankan negara. Ia juga meminta masyarakat untuk percaya kepada militer.
“Kami juga akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan untuk setiap kematian dan kejahatan yang terjadi selama protes,” ungkapnya sembari meminta masyarakat untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan vandalisme.
Tentara di Bangladesh masih memiliki pengaruh politik yang cukup besar. Itu tak terlepas dari sejarah mereka yang pernah menjalankan roda pemerintahan di Bangladesh.
Kekerasan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir membuat pihak militer mempertimbangkan kembali pilihan-pilihan mereka. Jenderal Zaman dikabarkan terus melakukan pembicaraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk partai oposisi dan kelompok masyarakat sipil untuk mencari solusi sementara.
PM Hasina dikabarkan kabur ke India. Negara tetangga Bangladesh tersebut memang cukup dekat dengan Sheikh Hasina selama ia memimpin Bangladesh.
PM Hasina tercatat sebagai kepala pemerintah perempuan yang paling lama menjabat di dunia. Ia merupakan putri Presiden pertama Bangladesh yang menjadikan korban kudeta militer pada 1975. Dalam insiden itu hanya Hasina dan adik perempuannya yang selamat karena mereka sedang berada di luar negeri.
Setelah tinggal di pengasingan di India, ia kembali ke Bangladseh di tahun 1981. Hasina bergabung terjun ke dunia politik dan memimpin pemberontakan rakyat. Ia menjadi simbol perlawanan rakyat ketika itu dan mendapat simpati dari mayoritas penduduk Bangladesh.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: