NOBARTV NEWS Majunya Ridwan Kamil (RK) pada Pilgub Jakarta disambut antusias sejumlah elite politik. Salah satunya adalah Partai Demokrat. Partai yang hampir mendukung Anies Baswedan pada pilpres 2024 lalu ini menyambut gembira majunya RK di Pilgub Jakarta.
Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara (Jubir) Partai Demokrat, Herzaky Mahendra, saat dihubungi oleh wartawan Kumparan. Menurutnya Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, adalah paket komplit yang layak didukung oleh warga Jakarta.
“Kalau bicara mengenai prasyarat yang sempat disampaikan oleh ketua kami dalam mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur serta wali kota dan wakil wali kota itu adalah kans menang. Yang kedua punya integritas dan yang ketiga punya rekam jejak. Kang Emil ini punya semuanya,” ujar Herzaky.
Namun, meski demikian, Herzaky tetap menilai untuk meraih kemenangan tidak cukup melalui figur cagub saja. Ia menambahkan harus ada faktor-faktor lain yang tak kalah penting seperti sosok cawagub hingga kesiapan mesin partai dalam koalisi yang terbentuk.
Faktor cawagub nanti akan sangat menentukan. Apabila RK mendapat pendamping yang bisa menutupi kekurangannya, baik secara personal maupun elektoral, maka kemenangan akan lebih mudah diraih. Pun juga dengan kesiapan mesin partai politik tidak kalah penting karena karakter pemilih Jakarta berbeda dengan daerah lain.
Elektabilitas Ridwan Kamil Masih Rendah
Dalam sejumlah rilis hasil survei nama Ridwan Kamil sudah masuk dalam perhitungan dan mendapatkan elektabilitas yang cukup bagus. Namun, ketika elektabilitas RK dibandingkan dengan elektabilitas Anies Baswedan sebagai petahana maka elektabilitas RK terhitung masih rendah.
Berkaca pada hasil survei Litbang Kompas, misalnya, Anies Baswedan memperoleh 29,8 persen, disusul Ahok dengan 20 persen, baru kemudian Ridwan Kamil dengan 8,5 persen.
Di sisa waktu yang ada Ridwan Kamil perlu kerja lebih keras dengan bantuan segala sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan elektabilitasnya jelang Pilgub November mendatang. Karena di saat yang bersamaan kandidat lain pun pasti bergerak untuk meningkatkan elektabilitas mereka masing-masing.
Jakarta Tak Ramah dengan Petahana
Namun harapan itu masih tetap ada untuk RK. Pasalnya Jakarta tidak cukup ramah dengan cagub petahana. Setidaknya itulah yang terjadi pada 2 edisi Pilgub Jakarta terakhir.
Di tahun 2012 petahana kala itu, Fauzi Bowo harus mengakui keunggulan pendatang baru dari Solo, Joko Widodo. Padahal dalam sejumlah hasil survei Fauzi Bowo diunggulkan meraih kemenangan. Faktanya sebagai petahana ia harus menerima kekalahan.
Di tahun 2017 pun demikian. Basuki Tjahja Purnama alias Ahok kala itu yang menjadi petahana. Semua hasil survei mengunggulkan Ahok yang akan keluar sebagai pemenang pada Pilgub Jakarta.
Akan tetapi, lagi-lagi Jakarta tidak ramah pada petahana. Ahok pada akhirnya harus mengakui keunggulan Anies Baswedan yang mengalahkannya di putaran kedua.
Di tahun 2024 saat ini Anies dianggap sebagai petahana karena dia adalah Gubernur Jakarta terakhir. Hasil survei pun menunjukkan Anies yang paling berpotensi menang. Polanya mulai sama dengan dua edisi Pilgub sebelumnya.
“Ingat dulu Ahok sangat kuat dan tidak mungkin tidak ada yang bisa mengalahkan, lalu yang terpilih juga surveinya sangat-sangat rendah dari awal, kan begitu, jadi masih sangat terbuka peluang,” imbuh Herzaky optimis.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: