NOBARTV NEWS Pilgub NTB sepertinya mulai membentuk koalisi paten antar kandidat yang ada. Hal itu menyusul dukungan yang diberikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kepada pasangan Sitti Rohmi Djalilah – Musyafirin yang membuat pasangan ini sudah mencukupi jumlah kursi dukungan untuk Pilgub NTB.
Sebelumnya pasangan Rohmi-Firin baru mendapat dukungan dari PDIP (4 kursi), Perindo (3 kursi), dan Partai Bulan Bintang (PBB) (2 kursi). Syarat untuk pencalonan Cagub Cawagub NTB adalah 13 kursi. PKB sendiri memiliki 6 kursi di DPRD NTB sehingga pasangan Rohmi-Firin sudah mengantongi 15 kursi DPRD NTB.
Dukungan yang diberikan PKB ini membuat Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB kemungkinan akan diikuti 3 pasangan calon (paslon). Sebelumnya sudah ada Zulkieflimansyah-Suhaili yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Hanura. Kemudian ada paslon Lalu Iqbal-Dinda yang diusung Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Gelora.
Hanya Partai Golkar yang belum melabuhkan dukungan. Akan tetapi, Golkar tidak bisa membentuk poros sendiri karena mereka hanya memiliki 10 kursi DPRD NTB. Besar kemungkinan Golkar akan memberikan dukungan kepada Lalu Iqbal – Dinda yang merupakan representasi Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Pilgub NTB.
PKB dan PDIP Berkoalisi
Satu hal menarik dari dukungan PKB kepada paslon Rohmi-Firin adalah fakta bahwa PDIP dan PKB berkoalisi pada Pilgub NTB 2024. Calon Wakil Gubernur (Cawagub) HW Musyafirin merupakan Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) 2 periode yang juga kader PDI Perjuangan. Ia juga adalah kader Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam sambutan yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) PKB, Jazilul Fawaid, saat menyerahkan SK dukungan B.1-KWK kepada Rohmi-Firin menyatakan bahwa pasangan ini didukung oleh PKB setelah menimbang dan memperhatikan banyak aspek. Mulai dari komposisi calon hingga hasil survei terbaru untuk Pilgub NTB.
Kerja sama yang terjalin antara PDIP dan PKB di Pilgub NTB ini dapat memantik kerja sama dan koalisi di provinsi lain. Meskipun setiap daerah memiliki peta politiknya masing-masing dan tidak bisa disama-ratakan. Akan tetapi, setidaknya dalam waktu dekat ada 2 provinsi yang bisa menjadi tempat PKB dan PDIP kembali bekerjasama.
Pilgub Jawa Timur
Pada Pilgub Jawa Timur (Jatim) baru Khofifah Indar Parawansa – Emil Dardak yang dipastikan maju. Pasangan ini sudah didukung oleh mayoritas partai-partai besar seperti Partai Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PPP, hingga PKS.
Namun di provinsi ini PKB dan PDIP menjadi partai terbesar nomor 1 dan 2. Keduanya belum menentukan akan mendukung siapa. Akan tetapi, potensi untuk menduetkan kandidat dari PDIP dan PKB untuk melawan Khofifah-Emil Dardak masih terbuka lebar.
PDIP punya Tri Rismaharini, Mantan Wali Kota Surabaya yang saat ini menjabat Menteri Sosial RI. Elektabilitasnya membayangi Khofifah dalam berbagai rilis lembaga survei. Sedangkan PKB punya sejumlah nama potensial, termasuk KH Marzuki Musta’mar, eks Ketua PWNU Jatim yang diberhentikan Gus Yahya jelang pilpres 2024 lalu.
Kombinasi Risma-Kiai Marzuki bisa jadi ancaman serius untuk Khofifah-Emil Dardak. Jika PDIP dan PKB mau berkoalisi di Jatim maka pasangan ini berpotensi menjadi kenyataan.
Pilgub Jakarta
Potensi koalisi PDIP dan PKB juga masih terbuka lebar di Jakarta. PKB saat ini belum secara resmi memberikan dukungan kepada Anies Baswedan. Apalagi jika Anies benar-benar memilih Sohibul Iman sebagai cawagub potensi PKB mencabut dukungan menjadi terbuka lebar.
Belum lama ini Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, menyatakan komunikasi dengan PDIP terus terjalin dengan baik. Di Jakarta PDIP juga punya calon yang elektabilitasnya cukup baik, Ahok. PDIP dan PKB bisa membentuk satu poros untuk mengusung Ahok berpasangan dengan sosok yang merepresentasikan PKB.
Apakah koalisi PDIP dan PKB di Jakarta benar-benar bisa terwujud nantinya? Menarik untuk menantikan dinamika-dinamika politik selanjutnya.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: