NOBARTV NEWS Gaya hidup ternyata sangat mempengaruhi keuangan seseorang. Hal ini terlihat dari Generasi Z atau lebih dikenal dengan Gen-Z yang jadi sorotan terkait fenomena terjerat pinjaman online atau pinjol. Bahkan, jumlahnya tidak main-main, mulai ratusan ribu hingga ratusan juta.
Situasi ini tentunya sangat memprihatinkan, dan menimbulkan banyak sekali pertanyaan tentang bagaimana bisa anak muda harapan bangsa terjebak dalam jeratan hutang.
Perkara pinjaman online atau pinjol ini tengah menimbulkan keresahan bagi sebagian besar masyarakat. Hal inilah yang saat ini menjadi perhatian dari sekelompok masyarakat, bahkan hingga menggugat pemerintah agar menghentikan sementara, serta menertibkan penyelenggaraan pinjol di Indonesia.
Mahkamah Agung (MA) sendiri telah mengabulkan kasasi yang diajukan oleh sejumlah warga terhadap pemerintah tersebut. Mahkamah Agung (MA) memerintahkan pemerintah untuk memperbaiki aturan terkait dengan pinjaman online atau pinjol tersebut.
Bagaimana Pengaruh Pinjaman Online Terhadap Kemampuan Gen-Z dalam Membeli Rumah?
Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo juga menjelaskan bahwa pinjaman online atau pinjol yang bersifat konsumtif ini banyak dilakukan oleh anak muda. Beberapa diantaranya adalah untuk belanja gadget, pakaian, hingga kuliner.
Perilaku inilah yang kemudian bisa menimbulkan kebiasaan buruk mengenai belanja diatas kemampuan. Jadi, bahaya yang dihadapi dalam jangka menengah ini adalah perilaku shortage (kekurangan) likuiditas yang membayangi, serta pola gali lubang tutup lubang dari hutang ke hutang untuk gaya hidup.
Dampaknya, tabungan pun menjadi minim, serta tidak adanya perencanaan keuangan yang baik untuk para Gen-Z ini. Lantas, bagaimana pengaruh pinjaman online atau pinjol terhadap kemampuan Gen-Z membeli rumah?
Menurut Arianto Muditomo, ketidakmampuan dalam melakukan perencanaan keuangan akan membuat anak muda tidak memiliki kekayaan yang bisa dibelanjakan untuk membeli rumah.
Sebab, adanya pinjaman online atau pinjol ini bisa menjadi penghalang untuk Gen-Z memiliki rumah akibat kurangnya ketersediaan dana untuk menabung guna membeli rumah, baik untuk pembelian secara tunai maupun pembelian secara angsuran.
Selain itu, rekam historis nasabah pinjaman online atau pinjol yang kurang baik, seperti pembayaran tidak lancar alias macet ini bisa mempersulit pengajuan pembelian rumah.
Pasalnya, pihak bank biasanya akan mengecek riwayat kredit pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia yang dilakukan oleh debitur itu sendiri. Histori atau kualitas pinjaman online ini akan mempengaruhi perhitungan skor kredit dalam pemberian persetujuan fasilitas pembiayaan rumah KPR atau kredit.
Sebab, BI Checking yang merah akan menjadi alat ukur mengenai karakter dan kapabilitas nasabah. Secara umum, status merah ini menjadi perhatian penuh bagi penyedia KPR untuk mengambil keputusan persetujuan atau penolakan.
Tidak hanya Arianto Muditomo, Ketua Asosiasi Perencana Keuangan IARFC Indonesia, Aidil Akbar Madjid juga mengatakan bahwa pinjaman online yang tidak digunakan dengan baik akan berbahaya.
Kemudahan dalam mendapatkan pinjaman berbekal handphone dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) membuat seseorang bisa mendapatkan akses ke pinjaman yang tidak produktif.
Perilaku konsumtif dengan menggunakan pinjaman online bisa sangat berbahaya untuk Gen-Z. Salah satunya adalah mengalami pembayaran pinjaman yang macet akan mengganggu skor kredit, sehingga akan sulit untuk membeli rumah nantinya.
Selain itu, dunia kerja pun kini sudah mulai menerapkan pengecekan skor kredit bagi para calon karyawannya. Jadi, apabila ada riwayat pinjaman online yang macet, maka dikhawatirkan akan sulit mendapatkan pekerjaan.
Akibatnya, orang tersebut pun tidak akan memiliki pemasukan untuk bisa menabung atau mengajukan kredit pembelian rumah.
Lantas, Bagaimana Cara Terbebas dari Hutang Pinjaman Online?
Untuk mengatasi hutang pinjaman online memang bukanlah hal yang mudah. Namun, bukan berarti hal ini tidak mungkin bisa dilakukan. Lantas, bagaimana cara terbebas dari hutang pinjaman online? Simak beberapa tips berikut ini!
- Buatlah anggaran keuangan yang ketat. Catat semua pemasukan dan pengeluaran, serta tetapkan prioritas untuk membayar hutang terlebih dahulu.
- Negosiasi dengan pihak pinjaman online mengenai kemungkinan restrukturisasi hutang atau penundaan pembayaran.
- Cari sumber pendapatan tambahan.
- Minta bantuan konseling keuangan yang bisa memberikan nasihat dan strategi untuk bisa keluar dari hutang.
Menghindari jeratan pinjaman online tentunya memerlukan perubahan sikap dan perilaku. Gen-Z harus lebih kreatif dalam mengelola keuangannya. Selain itu, hindari kebiasaan menunda-nunda sesuatu, seperti menyusun anggaran, menabung, investasi atau membayar hutang tepat waktu.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: