Politik & Hukum

Anies Mulai Digoyang, PKS-PKB-NasDem Akan Cabut Dukungan?



NOBARTV NEWS Anies Baswedan mulai mendapatkan ujian dalam upaya pencalonan dirinya sebagai calon Gubernur (cagub) Jakarta. Pasalnya, meskipun punya elektabilitas yang cukup tinggi tetapi ketiga partai pendukung belum ada yang memberikan rekomendasi resmi B.1-KWK yang dapat digunakan untuk mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pendaftaran calon Gubernur (cagub) Jakarta akan dibuka akhir Agustus nanti. Menjelang tanggal tersebut berbagai dinamika politik di Jakarta mulai menghangat dan melahirkan tarik-ulur kepentingan antar partai politik. 

Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang belum menentukan calon di Jakarta mulai bermanuver dengan melempar wacana akan terbentuknya poros KIM plus. Menurut Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, KIM plus nantinya akan berisi semua partai politik (parpol) KIM ditambah parpol-parpol non KIM. Rencananya KIM plus akan berkoalisi di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta.

PKS-PKB-NasDem Dirayu Gabung KIM Plus

Dilansir dari detik.com, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Amanat Nasional (PAN), Viva Yoga, menyambut baik wacana KIM plus yang disuarakan oleh Sufmi Dasco. Ia bahkan berharap agar Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dapat bergabung ke KIM, khususnya pada Pilgub Jakarta 2024 mendatang.

“Senang sekali apabila di daerah khusus Jakarta dan Jawa Tengah ada tambahan koalisi dari KIM. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kemenangan elektoral di pilkada,” ungkap Viva kepada awak media pada Kamis lalu.

Ia berpendapat semakin banyak partai yang bekerja sama di Jakarta maka peluang menang pun akan semakin besar. Oleh karena itu, Viva sangat berharap partai-partai di Koalisi Perubahan bisa bergabung dengan KIM ke depannya.

“Kenapa penting? Karena satu bisa menambah basis konstituen baru pada masing-masing partai untuk memiliki basis suara yang beda-beda. Kalau ditambahkan jadi semakin memperbesar kemenangan,” kata Viva.

“Yang kedua, bisa menambah nilai elektoral sehingga potensi menang itu bisa terbuka lebar. Untuk partai mana, kami harapkan beberapa partai yang menjalin komunikasi seperti NasDem, PKB, PKS, gitu loh, jadi kita lihat dinamika perkembangan politik, di lapangan,” imbuhnya di hadapan awak media.

Kemungkinan PKB, PKS, NasDem Urung Dukung Anies

Di lain sisi kemungkinan batalnya Anies didukung oleh PKB, PKS, dan NasDem masih terbuka lebar. Selain karena belum mendapatkan rekomendasi B.1-KWK dari ketiga partai tersebut, Anies Baswedan juga dihadapkan pada aspirasi masing-masing partai yang punya kepentingan berbeda.

PKS, misalnya, begitu ngotot ingin kader mereka, Sohibul Iman, jadi cawagub Anies. Sedangkan PKB dan NasDem belum tentu setuju jika Anies berpasangan dengan Sohibul Iman. PKB bahkan mengklaim punya banyak kader yang kualitasnya lebih dari Sohibul Iman.

Jika Sohibul Iman tak diakomodir, PKS bisa saja urung mencalonkan Anies sebagai cagub pada Pilgub Jakarta November mendatang.

Lain lagi dengan NasDem. Belum lama ini Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni, mengatakan bahwa partainya belum tentu mendaftarkan Anies Baswedan meskipun saat ini sudah memberikannya rekomendasi. Semua bergantung pada keputusan para pimpinan partai politik nantinya.

PKB pun setali tiga uang dengan NasDem. Rekomendasi yang diberikan masih bersifat usulan dari DPW PKB yang nantinya akan diputuskan oleh DPP. PKB Juga memiliki aspirasi politik yang harus dipertimbangkan Anies Baswedan.

Jika ketiga partai ini, PKB, PKS, dan NasDem tidak menemukan jalan tengah alias kesepakatan kolektif dalam Pilgub Jakarta, bukan mustahil koalisi ini akan bubar jalan dan Anies batal bertarung pada Pilgub Jakarta.

Demikian rangkuman info menarik dalam artikel berita berjudul Anies Mulai Digoyang, PKS-PKB-NasDem Akan Cabut Dukungan? yang telah tim penulis NOBARTV NEWS ( ) sarikan dari berbagai sumber terpercaya.

Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini:

Muhammad Izzuddin

Seorang penikmat nasi balap yang suka mengamati dan membicarakan politik dalam negeri. Kadang-kadang menganalisa, memprediksi, dan mencari hal menarik dari setiap peristiwa politik yang terjadi.