NOBARTV NEWS Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Partai Gerindra dan presiden terpilih punya kepentingan besar di perhelatan Pilkada serentak tahun 2024. Ia harus memastikan bahwa sebagian besar gubernur, bupati, dan wali kota terpilih nanti dapat mendukung program kerja yang akan ia laksanakan.
Di sejumlah daerah Prabowo sudah memberikan rekomendasi dukungan. Di Jawa Timur dukungan diberikan kepada Khofifah Indar Parawansa, kandidat petahan. Khofifah juga ikut serta memenangkan Prabowo pada pilpres kemarin.
Di Jawa Tengah pilihan dijatuhkan kepada Ahmad Luthfi, eks Kapolda Jawa Tengah yang juga punya kedekatan khusus dengan Presiden Jokowi. Di Jawa Barat Gerindra sedang menyiapkan nama Dedi Mulyadi, eks Bupati Purwakarta.
Andra Soni ditugasi di Provinsi Banten. Ketua DPD Partai Gerindra Banten itu punya tugas berat karena akan berhadapan dengan calon dari Partai Golkar, Airin Rachmi Diany.
Pada Pemilihan Gubernur (pilgub) NTB Prabowo Subianto dan Partai Gerindra menjagokan Lalu Muhammad Iqbal. Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Turki tersebut memang salah satu orang dekat Prabowo. Iqbal akan berpasangan dengan kader Partai Golkar sebagai cawagubnya.
Lantas bagaimana dengan Jakarta?
Anies terlalu tangguh
Jika ada kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan iklim politik di Jakarta saat ini adalah “Siapa berani lawan Anies?”. Mantan Gubernur Jakarta 2017-2022 itu hingga bulan Juli ini masih terlalu tangguh dalam sejumlah rilis hasil survei.
Litbang Kompas menempatkan Anies pada posisi puncak. Elektabilitasnya mencapai 29,8 persen. Mengungguli nama-nama lain seperti Ahok dan Ridwan Kamil (RK).
Lain lagi dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia yang juga menempatkan Anies sebagai pemuncak elektabilitas sementara. Anies memperoleh elektabilitas sebesar 43,5 persen. Angka ini juga jauh meninggalkan Ahok dan RK yang jadi pesaing terdekat Anies.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang berhasil mengantarkan Prabowo jadi presiden terpilih pun belum menentukan kandidat. Sedangkan Anies sendiri sudah mendapat dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai NasDem.
Prabowo seharusnya rangkul Anies
Jika terpilih sebagai Gubernur Jakarta kembali maka bisa dipastikan Anies akan tetap mendapatkan panggung politiknya hingga tahun 2029. Dan di tahun tersebut ia kembali berpotensi menjadi rival Prabowo dalam perhelatan pilpres.
Hal inilah yang membuat banyak pihak menilai Prabowo dan KIM harus mengalahkan Anies di Pilgub Jakarta 2024. Namun, apakah langkah tersebut sangat tepat dalam strategi politik?
Bisa saja tepat, tetapi akan sulit dilakukan. Anies sudah terlanjur kuat bahkan menurut Burhanudin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, di Jakarta Anies sudah punya pemilih kuat.
Dari pada mengambil posisi berseberangan dengan Anies, Prabowo nampaknya bisa mempertimbangkan opsi mendukung Anies Baswedan. Langkah yang pernah ia lakukan pada Pilgub Jakarta 2017 silam.
Jika Prabowo mendukung Anies maka ia akan lebih mudah mengontrol Anies. Apalagi Gerindra berniat mengajak PKB dan NasDem untuk bergabung dengan pemerintah. Belum lagi PKS yang ingin diajak juga.
Ini adalah pintu masuk bagi Prabowo untuk bisa lebih mengontrol dan mengendalikan Anies nantinya. Bukan mustahil jika skenario ini berjalan mulus pada 2029 nanti Anies akan menjadi pihak yang mendukung Prabowo untuk tetap sebagai presiden.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: