NOBARTV NEWS Pilpres AS kian menghangat pasca mundurnya Joe Biden dari bursa capres Amerika Serikat (AS). Praktis Partai Demokrat saat ini harus menentukan siapa calon pengganti Joe Biden untuk melawan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump.
Partai Demokrat direncanakan akan segera melakukan penjaringan capres pengganti Biden. Salah satunya adalah segera menyelenggarakan konvensi yang direncanakan akan berlangsung Agustus mendatang.
Mundurnya Joe Biden disambut gembira Donald Trump. Menurutnya Joe Biden memang tidak layak jadi presiden. Ia juga percaya diri bahwa akan lebih mudah mengalahkan pengganti Biden pada pilpres AS nanti.
Donald Trump memang kerap kali menyerang Joe Biden dalam beberapa kesempatan. Baik ketika berdebat maupun dalam kampanyenya. Ia bahkan menuding Biden telah mengalami pengurangan kecerdasan sehingga tidak layak memimpin negara sebesar AS.
Sosok Pengganti Biden
Biden mengumumkan pengunduran dirinya melalui sosial media. Ia menyatakan alasan utamanya mengundurkan diri adalah demi kepentingan partai dan negara. Ia juga memberikan dukungan kepada Kamala Harris, Wakil Presiden AS saat ini, untuk menggantikan dirinya sebagai capres dari Partai Demokrat.
Sejauh ini Kamala Harris telah menunjukkan keseriusannya untuk maju sebagai capres AS. Besar kemungkinan jika mendapatkan restu Partai Demokrat pilpres AS tahun ini akan menjadi pertarungan antara Donald Trump vs Kamala Harris.
Tanggapan Kim Jong Un
Sebagai negara yang punya pengaruh besar, pilpres AS menyita perhatian banyak negara di dunia. Karena siapa yang akan menjadi presiden nantinya akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan makro AS yang dapat berdampak langsung dengan negara-negara lain.
Namun, Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, menyatakan tak peduli dengan siapa yang akan menjadi Presiden Amerika Serikat. Ia meragukan harapan dialog dengan AS terlepas apapun hasil pilpres yang akan digelar November mendatang.
Dilansir dari detik.com, Korut mengklaim tidak peduli dengan hasil pilpres AS meskipun salah satu kandidat capres mereka, Donald Trump, memiliki hubungan dekat dengan Kim Jong Un.
Di lain pihak Trump meyakini bahwa Kim Jong Un merindukan dirinya untuk kembali memimpin AS. Trump mengklaim telah berhasil menghentikan peluncuran rudal Korut dan Pyongyang menyambutnya dengan baik. Trump ingin AS memiliki hubungan yang kondusif dengan Korut.
Pihak Korut kemudian menampik hal tersebut. Dalam pernyataan resminya yang dimuat di kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA) ditulis “Meskipun ada pemerintahan yang berkuasa di AS, iklim politiknya, yang dibingungkan oleh pertikaian kedua partai, tidak akan berubah, dan oleh karena itu, kami tidak peduli dengan hal ini,”
Donald Trump memang pernah bertemu dengan Presiden Korut, Kim Jong Un. Bahkan ia menjadi Presiden AS pertama yang diperbolehkan menginjakkan kaki di perbatasan Korut-Korsel beberapa tahun silam.
Donald Trump selama menjadi Presiden AS memang berupaya membangun hubungan baik dengan Korut. Akan tetapi, bagi Korut upaya tersebut tidak memberikan perubahan substansial.
“Memang benar bahwa Trump, ketika menjabat sebagai Presiden, berusaha untuk mencerminkan hubungan pribadi yang baik khusus (dengan Kim Jong Un), tetapi tidak membawa perubahan positif yang substansial,” imbuh pernyataan yang dirilis KNCA.
Donald Trump dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya bagi AS memiliki hubungan yang baik dengan Korut. Karena saat ini Korut merupakan salah satu negara yang memiliki senjata nuklir terbesar di dunia. Ia meyakini dengan hubungan yang kondusif bersama negara-negara seperti Korut, AS akan lebih stabil dan memiliki peran yang semakin strategis di kancah global.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: