NOBARTVNEWS Tafsir Mimpi Menurut Islam – Dalam mimpi berbagai macam pengalaman bisa saja terjadi sebagaimana dalam dunia nyata, entah itu pengalaman yang menyenangkan atau sebaliknya. Bahkan, terkadang mimpi berupa pengalaman yang di luar nalar manusia.
Walaupun mimpi sering dianggap kembang tidur, namun tak sedikit orang meyakini bahwa mimpi memiliki makna tertentu. Makna ini bisa baik dan juga buruk.
Dalam Islam mimpi ada tiga macam, pertama mimpi yang datang dari Allah SWT yakni berupa kabar gembira.
Kedua mimpi yang datang dari setan yaitu, mimpi yang mengarah kepada keburukan. Biasanya mimpi yang datang dari setan berupa ajakan untuk berbuat maksiat.
Ketiga mimpi yang datang dari diri sendiri atau pikiran sendiri. Nah, biasanya mimpi ini berhubungan dengan bawah sadar manusia.
Lantas bagaimana ciri mimpi yang bermakna atau akan menjadi nyata? Penasaran? Simak artikel ini sampai akhir.
Buya Yahya dalam pengajiannya merespon pertanyaan salah satu jamaah terkait ciri mimpi yang bermakna dan akan menjadi nyata.
Mula-mula Buya Yahya memberi peringatan agar tidak bergantung pada mimpi. Menurutnya, alangkah aneh jika seseorang menggantungkan hidupnya pada mimpi yang belum tentu nyata.
Buya Yahya menuturkan sebaik-baik mimpi yaitu seburuk-buruk di saat bangun. Begitu juga sebaliknya, seburuk-buruk mimpi adalah sebaik-baik di saat bangun.
Buya Yahya juga menjelaskan, Nabi Yusuf diberi kemampuan mentakwil mimpi karena mendapat wahyu dari Allah SWT.
“Mimpi adalah mimpi, jangan rubah mimpi dengan sebuah kenyataan, aneh seseorang berkata suatu ketika ustadz kemarin saya denger Allah untuk menasihati dalam mimpi nasihat di alam nyata gak didengar nasihat di alam mimpi malahan,” kata Buya Yahya di kutip dari video Kanal Youtube Al Bahjah TV diunggah 22 Agustus 2021.
“Ini kadang-kadang orang mainnya mimpi hidunya dengan mimpi, mimpi adalah mimpi, sebaik-baik mimpi adalah seburuk-buruk di saat bangun, seburuk-buruk mimpi adalah sebaik-baik di saat bangun,” katanya.
“Orang mimpi dikejar harimau bangun, alhamdulillah, puasa siang hari di bulan Romadhon laper, dalam tidur keadaannya mau makan hidangan, sudah mau makan terbangun,” lanjut Buya.
Namun, jika mimpi itu baik, kata Buya Yahya, berhusnudzanlah (berperasangka baik) kepada Allah SWT semoga mimpi tersebut menjadi sebuah kebaikan. Jika mimpi itu buruk, maka berpeganglah pada ucapan Nabi bahwa mimpi itu tidak akan membahayakanmu.
“Cuman bagaimana agar seseorang di saat mimpi ada koidahnya, jika mimpi itu baik husnudzonlah kepada Allah semoga Allah memberikan kebaikan selesai, jika mimpi tidak baik, maka kata Nabi itu tidak akan membahayakanmu, kita cukup kita meludah yang tidak ada ludahnya ke kiri, kemudian baca maw’idataini, qula’u dubirobbil falaq, qula’u dubirobbinnas, tidak akan layadruk, tidak akan mimpi buruk membahayakanmu,” terangnya.
Kemudian Buya Yahya menuturkan, terkadang sebab mimpi sebagian orang dipenuhi dengan khayalan sehingga tidak menggantungkan hidupnya pada kehidupan nyata.
Buya Yahya juga menjelaskan terkait takwil mimpi. Ia menuturkan, jika kita tidak ditanya untuk menafsiri mimpi, maka jangan pernah sekali-kali menafsirinya, sebab kata Buya, hal ini merupakan adab yang tidak baik dalam sesama.
Buya Yahya melanjutkan, jika kita tidak mengerti ilmunya maka jangan pernah mentafsiri mimpi.
“Jika Anda tidak ditanya untuk mentakwili mimpi seseorang maka jangan ikut campur, Anda su’ul adab kurang ajar, satu. Yang kedua kalau Anda tidak ngerti ilmunya Anda ndak perlu menakwilinya,” ungkapnya.
Demikian penjelasan terkait ciri mimpi yang bermakna dan akan menjadi nyata menurut penjelasan Buya Yahya dalam pengajiannya. Semoga bermanfaat.
Baca Juga Belajar Sabar dari Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: