NOBARTV.CO.ID Film Ipar adalah Maut tengah menyita perhatian netizen Indonesia dalam beberapa pekan belakangan. Film garapan sutradara Hanung Bramantyo yang dibintangi oleh Deva Mahenra, Michelle Ziudith dan Davina Karamoy serta aktor-aktor unggulan lainnya ini sukses membuat para penonton utamanya kaum hawa terbawa emosi oleh alur cerita dan akting para tokohnya.
Secara garis besar, tema perselingkuhan di dalam hubungan rumah tangga adalah premis utama yang diusung dalam film Ipar adalah Maut. Namun uniknya, perselingkuhan yang dilakukan oleh tokoh pria utama, Aris (Deva Mahenra) dilakukan dengan adik kandung istrinya sendiri, Rani (Davina Karamoy).
Penonton sungguh dibuat sangat kesal hingga mengeluarkan berbagai macam ekspresi ketika menonton film yang diproduksi oleh MD Pictures ini.
Pasalnya, Rani yang semestinya menghormati pernikahan kakak kandungnya yang sudah berbaik hati memberikannya tempat tinggal, justru dengan sadar dan tega menjadi duri dalam daging bagi Nisa (Michelle Ziudith).
Meski tampak seperti film drama percintaan biasa, sebenarnya film Ipar adalah Maut memiliki beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil hikmahnya. Terlebih, film ini juga diangkat dari kisah nyata seorang Tiktokers yang menceritakan kisah kelam rumah tangganya kepada seorang penulis dan story teller bernama Elizasifaa.
Jadi, apa saja pelajaran berharga yang bisa diambil dari film Ipar adalah Maut ini? Simak ulasannya bersama NOBARTV.CO.ID!
Menjaga Interaksi dengan Lawan Jenis yang Bukan Muhrim
Terdengar klise, namun film Ipar adalah Maut dapat menjadi sebuah refleksi bagi siapapun yang kebetulan memiliki kondisi mirip dengan yang dialami oleh Aris dan Nisa, di mana mereka harus hidup seatap dengan Rani, adiknya, atas permintaan ibunda mereka.
Meskipun Rani, Nisa dan Aris sebenarnya terikat hubungan keluarga, namun pada dasarnya antara Aris dan Rani tetaplah lawan jenis bukan muhrim yang bisa memiliki ketertarikan romantis dan seksual kepada satu sama lain.
Oleh sebab itu, penting untuk dijadikan catatan bagi para pemirsa film Ipar adalah Maut yang kebetulan memiliki kondisi serupa; harus tinggal seatap dengan anggota keluarga yang bukan muhrim, agar senantiasa menjaga interaksi dan menerapkan norma-norma yang baik dalam interaksi sehari-hari.
Sebisa Mungkin Tidak Tinggal Serumah
Berkaca dari film Ipar adalah Maut, dalam situasi yang lebih longgar dan memungkinkan, sebisa mungkin pasangan yang telah menikah menghindari untuk tinggal seatap dengan keluarga, baik itu keluarga istri maupun keluarga suami.
Jika belum memungkinkan untuk memilki tempat tinggal sendiri, ada baiknya pasangan yang sudah menikah hidup mandiri misalnya dengan mengontrak rumah atau menyewa kamar kos sederhana.
Bukan saja untuk menghindari terjadinya perselingkuhan dengan anggota keluarga lainnya, namun dengan memilih tinggal berpisah dengan keluarga maka privasi dalam rumah tangga bisa lebih terjaga. Selain itu, melatih diri untuk hidup lebih mandiri setelah menikah merupakan suatu hal yang baik untuk dilatih sejak awal usia pernikahan.
Bersikap Asertif
Dalam film Ipar adalah Maut, terdapat adegan di mana Nisa sempat ragu untuk menuruti permintaan ibunya agar mau memberikan tumpangan tempat tinggal bagi Rani yang hendak berkuliah di kota Nisa. Dengan alasan tidak tega jika Rani harus hidup indekos, Ibunda mereka meminta Nisa untuk menerima adiknya tinggal di rumah Nisa dan Aris. Meski awalnya ragu dan sudah memiliki firasat tak enak, Nisa toh akhirnya menurut.
Begitupun Rani. Adik Nisa yang dikisahkan sejak kecil kurang dipercaya untuk hidup mandiri oleh ibunya itu sebenarnya ingin mencoba hidup mandiri dengan tinggal di kos-kosan. Namun, alih-alih mempertahankan keinginannya, Rani malah bertahan dalam pola yang sama sejak ia kecil; membiarkan dirinya dianggap tidak mampu mandiri.
Andai saja Nisa dan Rani sama-sama mampu bersikap asertif sejak awal, mungkin saja petaka dalam rumah tangga Nisa tidak harus terjadi.
Isu Fatherless dan Luka Pengabaian
Tokoh Rani dalam film Ipar adalah Maut sempat menjadi pembahasan oleh beberapa pakar psikologi perkembangan anak dan pakar innerchild healing di media sosial.
Seorang konselor rumah tangga dan hipnoterapis bernama Mbak Meida pun turut memberikan analisanya terhadap karakter Rani.
Dalam sebuah video yang ia unggah di laman Facebook miliknya, Mbak Meida memiliki hipotesa bahwa sosok Rani sebenarnya memiliki abandonment wounds atau luka pengabaian yang ia pendam sejak kecil. Ia juga mengalami apa yang disebut sebagai fatherless issue. Hal ini disebabkan karena Rani tidak mendapatkan rasa aman dan peran ayah sebab ayahnya telah meninggal dunia ketika Rani baru berusia 5 tahun.
Selain itu, dikisahkan dalam film Ipar adalah Maut, Nisa adalah sosok anak teladan kebanggaan keluarga yang membuat diri Rani kian tenggelam ketika dibandingkan dengan Nisa.
Faktor-faktor di atas membuat Rani diam-diam di alam bawah sadarnya memiliki dendam pribadi dan rasa bersaing dengan kakak kandungnya. Ia diam-diam ingin merebut apa yang dimiliki oleh Nisa, seperti bagaimana ia merasakan sakit ketika sejak kecil Nisa merebut semua perhatian keluarga dan mengesampingkan Rani.
Meski pendapat Mbak Meida ini menuai pro dan kontra, namun ada beberapa poin yang memang mesti dijadikan catatan penting bagi para orangtua agar tidak terjadi sibling rivalry yang tidak sehat di antara anak-anak yang bisa mengendap di alam bawah sadar hingga dewasa.
Apapun Itu, Tidak Ada Pembenaran Bagi Sebuah Perselingkuhan
Sekalipun kasus Rani, Nisa dan Aris ini dapat dibedah dan dianalisa secara berimbang dari sudut pandang psikologi, apapun itu tetap tidak ada pembenaran bagi sebuah perselingkuhan.
Sekalipun sosok Rani dalam film Ipar adalah Maut juga memiliki luka batin yang ia simpan sejak kecil, tidak sepatutnya ia berbuat kelewatan kepada rumah tangga kakak kandungnya sendiri. Begitu juga Aris, suami Nisa yang semestinya mampu menjaga nafsunya ketika berhadapan dengan godaan dahsyat yang berwujud adik iparnya sendiri.
Sebab, kebohongan dan perselingkuhan adalah suatu hal yang sangat menyakitkan yang bisa menghancurkan keutuhan sebuah hubungan.
Sebagaimana perkataan Pak Junedi, salah satu pemeran pendukung favorit penonton dalam film Ipar adalah Maut, “Kebohongan itu tidak pernah berdiri sendiri, selalu ngajak teman dan temannya banyak! Kerusakan, pertengkaran, kehancuran, bahkan maut.”
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini: