NOBARTV NEWS – Beberapa keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menghadang rombongan Presiden RI Joko Widodo ketika melewati Pasar Bululawang, Kabupaten Malang pada Senin siang kemarin. Mereka menuntut kepada Jokowi agar korban jiwa maupun luka-luka akibat tragedi tersebut diberikan keadilan.
Sebagaimana diketahui, pada tahun 2022 kemarin, telah terjadi sebuah tragedi mematikan dalam sejarah sepakbola Indonesia – bahkan dunia. Tragedi tersebut terjadi di Stadion Kanjuruhan yang merupakan markas salah satu tim Indonesia Arema FC.
Jadi, pasca pertandingan yang mempertemukan tuan rumah Arema FC versus Persebaya Surabaya, suporter tuan rumah tumpah ruah ke dalam stadion. Mereka – para suporter tersebut kesal lantaran tim yang dibelanya itu kalah dari sang rival 2-3.
Turunnya para suporter itu memantik respons dari aparat kemanan yang berjaga. Dengan sigap, mereka melepaskan gas air mata ke penjuru stadion yang membuat kondisi di Kanjuruhan menjadi tak kondusif. Para suporter berlarian menyelamatkan diri. Akibat rasa panik yang luar biasa – ditambah dengan gas air mata yang memperburuk keadaan, mereka pada akhirnya saling injak karena jalan keluar saat itu yang terbuka hanya satu pintu.
Akibatnya, beberapa suporter terinjak dan ujungnya adalah meninggal dunia. Mereka juga kehabisan napas karena gas air mata.
Buntut dari kejadian tersebut adalah PSSI dan Pemerintah RI menghentikan Liga 1 berikut dengan kasta di bawahnya. Kejadian ini juga memantik komentar dari FIFA hingga beberapa klub besar Eropa. Mereka berbelasungkawa atas kejadian buruk yang kini tercatat sebagai noda hitam dalam sejarah sepakbola di Indonesia.
Persidangan sendiri telah memutuskan bahwa beberapa orang kini ditetapkan sebagai tersangka. Beberapa aparat kepolisian dan rakyat sipil yang bertindak sebagai perangkat pertandingan diberikan hukuman. Namun sampai detik ini, banyak kalangan merasa belum puas dari apa yang sudah diputuskan – termasuk dari para keluarga korban tragedi tersebut.
Kemarin, ketika Presiden RI Joko Widodo melakukan kunjungan ke Provinsi Jawa Timur, beberapa keluarga korban Tragedi Kanjuruhan meluapkan kekesalannya dengan mencoba untuk menghadang rombongan presiden. Mereka hendak menuntut keadilan kepada orang nomor satu di Indonesia itu. Bahkan, sebagian di antaranya mencoba merengsek dan membentangkan banner dengan harapan Jokowi mau membacanya.
Ketika Jokowi dan rombongan berada di kawasan Pasar Bululawang Malang, orangtua korban Tragedi Kanjuruhan yaitu Rini Hanifah, Devi Athok, dan Juariyah diketahui mencoba masuk ke kerumunan Presiden RI.
Rini Hanifah, salah satu orangtua korban jiwa Tragedi Kanjuruhan berteriak ke arah rombongan Presiden.
“Anak saya mati! Anak saya mati! Saya enggak bikin keributan di sini. Saya enggak orasi, saya cuma diam sama gini (membentangkan spanduk) tok,” kata Rini Hanifah berteriak.
“Kami menagih janji Pak Jokowi dan Pak Erick Thohir, tapi kami dikepung aparat,” kata orangtua lainnya Devi Athok.
“Saya gak boleh ketemu Presiden Jokowi dan dibentak-bentak. Dibilang jangan macam-macam,” keluh Devi lagi.
Sementara itu, Juariyah, salah satu ibu dari korban jiwa Tragedi Kanjuruhan mengeluh karena usahanya datang jauh-jauh dari Pasuruan untuk bertemu Jokowi tidak berbuah manis. Juariyah kesal lantaran beberapa pelaku penembakan gas air mata saat itu justru dibebaskan.
“Ibu ini teman saya jauh-jauh datang dari Pasuruan hanya untuk meminta keadilan terkait Tragedi Kanjuruhan. Anaknya meninggal saat peristiwa itu. Harusnya yang melakukan penembakan itu diberikan hukuman. Ini malah kenapa ada yang dibebaskan. Saya ingin yang menembakan gas air mata ke anak saya itu dihukum,” kata Juariyah.
“Kami menuntut melalui Laporan Model B terkait Tragedi Kanjuruhan sampai sekarang pun prosesnya tidak ada peningkatan,” ucapnya memungkasi.
Belum mendapatkan informasi yang anda cari? silahkan ketik disini:
Harus di usut tuntas